Jam kerja Tiara sudah hampir selesai tapi tanda tanda Ditya akan datang tidak ada. Beberapa kali Tiara celingukan mencari kekasihnya. Tapi Dia tidak ada, Ditya tidak datang.
"Kemana Dia, ko tidak datang ya" gumam Tiara
"Ahh sudahlah mungkin Dia sibuk" Tiara muali membereskan pakaian pakaian dan menutup tokonya
Tiara berjalan ke arah eskalator sambil menggendong ransel kecilnya. Sesampainya di parkiran Tiara pun segera memakai helm dan menaiki motor metic nya. Dia melajukan motor itu keluar dari kawasan mall. Dia sempat menyapa satpam yang menjaga di area parkiran.
'Ahhhh kenapa aku terus memikirkan Mas Ditya si. Sudahlah Dia mungkin sibuk jadi tidak bisa menyempatkan datang'
Tiara menaikan motornya ke teras rumah. Dia pun membuka kunci pintu dan masuk ke dalam rumahnya.
"Ahhh lelahnya" Tiara merebahkan tubuhnya di sofa
"Mandi dulu deh" Tiara banghn dari sofa dan berjalan ke arah kamar mandi yang berada di dekat dapur.
Selesai mandi Tiara langsung masuk ke kamarnya "Hay Emon, ayo kita bobo"
Tiara memiliki boneka kesayangan. Boneka Doraemon berukuran sedang itu adalah hadiah dari orang tuanya saat Dia ulang tahun ke 17 tahun. Dan sampai sekarang boneka itulah yang selalu menemaninya.
Tiara merebahkan tubuhnya sambil memeluk boneka kesayangan nya itu.
"Emon kamu tau gak? Kemarin kan aku jadian sama Mas Ditya. Ahh aku senang sekali Emon" Tiara memeluk lebih erat boneka doraemon itu
"Tapi hari ini Mas Ditya tidak datang ke toko. Kenapa ya? Apa Dia menyesal telah menjadikanku pacarnya?" kata Tiara lagi sambil memandang lurus ke langit langit kamarnya
Begitulah keseharian Tiara, kalau Dia merasa lelah atau capek pasti yang di lakukan nya adalah betcerita dengan Emon si boneka kesayangan. Dia tidak punya tempat untuk bersandar ataupun bercerita. Jika Dia merasa lelah dengan hidupnya, Tiara akan menceritakan nya pada Tuhan lewat semua doa doanya. Kalau tidak Tiara akan bercerita pada Emon seloah Emon bisa mendengarkan curhatan nya.
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Ditya hanya bisa menghela nafas berat di apartemen nya. Dia hanya bisa diam tanpa melakukan apapun. Ditya harus menjaga jarak dengan Tiara dulu sebelum Dia bisa menemukan cara untuk menyelesaikan masalah nya ini.
"Dia sedang apa ya sekarang? Oke aku kalah, sehari saja tidak melihat senyumnya membuat ku setres"
Ditya mengambil ponselnya berniat mengirim pesan pada Tiara agar tidak mencemaskan nya.
Me
Tia maaf aku sibuk, jadi gak sempat mampir tadi
Send pesan berhasil di kirim Ditya kembali menyimpan ponselnya di atas meja. Sudah 30 menit berlalu tapi belum ada tanda tanda Tiara membalas pesan nya.
"Kenapa Dia tidak membalas pesanku? Apa Dia marah sama aku?" Ditya kembali mengambil ponselnya itu
Me
Tia maaf ya kamu gak marah kan sama aku? Besok hari Weekend kan. Kita jalan ya
Send pesan kedua sudah terkirim, tapi tetap tidak ada tanda tanda Tiara akan membalasanya. Di baca pun tidak pesan dari Ditya itu.
"Ahhh apa Dia sudah tidur?" kembali Ditya mengambil ponselnya
Me
Besok kita ketemuan di taman kota pukul 4 sore ya
Send pesan ketika telah terkirim, Ditya pun menyimpan kembali ponselnya di atas meja. Ditya bangun dari sofa dan berjalan ke arah kamar nya.
"Semoga saja besok Tia membaca pesanku" gumam Ditya smabil menatap langit langit kamarnya
Besok paginya Ditya terbangun saat ponselnya berdering. Dia langsung mengambil ponselnya di atas meja masih dengan mata terpejam.
"Hallo siapa?"
"Hallo Assalamualaikum Dit"
"Waalaikumsalam. Ada apa Linn?"
"Nanti siang aku ke apartemen mu ya. Mau aku bawakan makanan apa?"
"Apa saja"
"Oke"
"Ya sudah sekarang aku masih ngantuk ya. Mau tidur lagi"
"Apa kau tidak shalat subuh lagi Dit?"
"Aku kesiangan Linn"
Inilah kebiasan buruk seorang Ditya yang sangat sulit bangun pagi hari membuat Dia jarang menunaikan shalat subuh.
"Kebiasaan deh, nanti kalau kamu sudah menjadi suamiku gak boleh gitu ya"
Ditya langsung membuka matanya lebih lebar lagi dan langsung bangun dari tidurnya.
"Sudah dulu ya Linn, Assalamualaikum "
Tanpa menunggu jawaban dari Celin Ditya langsung menutup telpon nya. Rasa kantuknya pun sudah hilang begitu saja. Entahlah mendengar ucapan Celin tadi membuat Ditya tidak tenang.
"Maafkan aku Linn, aku tidak bisa menjadi suamimu. Kau layak mendapatkan yang lebih baik dariku yang mencintaimu tentunya" gumam Ditya sambil berjalan gontai ke kamar mandi
Benar saja siang harinya Celin datang ke apartemen Ditya dan membawakan makanan kesukaan Ditya.
"Di makan ya" Celin menyiapkan makanan yang Dia bawa di meja makan
"Terimakasih Linn" Ditya tersenyum tipis dan duduk di kursi meja makan
"Sama sama Dit, aku kan ingin calon suamiku mencoba masakan ku" kata Celin tersenyum bahagia
Ditya hanya tersenyum masam, sungguh sangat tidak tega kalau Dia harus menyakiti wanita sebaik Celin. Tapi apalah daya hatinya telah memilih orang lain dan bukan Celin.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
Alfathunissa Almahyra Jeffry
jujur saja Ditya
2021-07-28
0
Siber Ber
makin bikin penasaran jln ceritanya
2021-06-20
0
Umi Qiqana
jujur itu penting bgt
2021-06-15
0