Setelah mengantar sang pujaan hati, Ditya seperti biasa akan meminta Alvin untuk menjemputnya. Di dalam mobil Ditya terus tersenyum senyum sendiri membuat Alvin merasa aneh.
"Kenapa Bos? Kayanya lagi seneng?" tanya Alvin melirik sekilas ke arah Ditya
"Kami sudah jadian Al" kata Ditya semangat
Ckittt
"Hah?" Alvin menginjak rem mobil hingga menimbulkan bunyi decitan.
"Kau mau mati ya?" teriak Ditya kaget
"Sorry, tadi Bos bilang apa?" tanya Alvin memastikan kalau pendengaran nya tidak salah
"Kami jadian, aku sama Tia sudah resmi pacaran " jelas Ditya penuh dengan penekanan
"Kau serius?" Alvin masih menatap tidak percaya pada Bos dan juga sahabatnya ini
"Heem, sudah cepat jalan sekarang antarkan aku ke rumah utama" kata Ditya
"Tumben mau pulang ke rumah Bos" Alvin kembali menyalakan mobilnya dan melajutkan perjalanan mereka
"Aku mau menjalankan saran mu" kata Ditya santai
"Hah? Maksudnya?" Alvin mlirik Bosnya
"Yang waktu kau bilang aku harus berbicara jujur sama Opa dan aku akan melakukan nya. Aku akan mencoba membujuk Opa agar membatalkan perjodohan ini. Saat ini aku benar benar tidak mau sampai Tia tersakiti" jelas Ditya
Alvin tersenyum tipis "Kau sepertinya benar benar cinta dan sayang sama Tia"
"Heem, dan aku gak mau sampai Dia tersakiti karna perjodohan ini. Aku juga tidak mau Celin juga ikut tersakiti jika aku tidak cepat cepat mengakhiri semuanya" kata Ditya
"Semangat, aku akan selalu mendukungmu" Alvin menepuk bahu sahabatnya, Ditya mengangguk
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
"Opa"
Ditya turun ke bawah sambil memanggil manggil Opanya. Ditya semalam pulang ke rumah utama. Tapi Opa Fernan sudah tidur dan sekarang Ditya ingin membicarakan apa yang semalam akan Dia bicarakan pada Opanya.
"Ada apa Tuan muda?" tanya Pak Didi kepala pelayan di rumah ini
"Opa mana Pak?" tanya Ditya
"Tuan besar ada di ruang kerja nya" kata Pak Didi
"Baiklah terima kasih Pak Didi" kata Ditya, Pak Didi hanya mengangguk hormat
Ditya segera berjalan menuju ruang kerja Opa nya. Dia tidak ingin menunda nunda lagi untuk segera menjelaskan semuanya tentang perasaan nya sama Celin.
Di ruang kerja Fernan sedang merenung. Sebenarnya Dia juga tahu kalau cucunya tidak punya perasaan pada Celin. Tapi apa boleh buat, hutang budi di masa lalu nya membuat Fernan tidak punya pilihan lain.
Tok tok tok
"Siapa?"
"Ditya Opa"
"Masuk Dit"
Ditya pun masuk ke ruang kerja Fernan dan duduk di sofa. Fernan menatap cucu kesayangan nya itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Ada apa Dit?" tanya Opa Fernan
"Ditya mau bicara sesuatu sama Opa" kata Ditya santai
"Apa?"
Opa Fernan sudah bisa menebak apa yang akan Ditya ucapkan. Tentunya karna Opa Fernan sudah menyelidiki cucunya ini semenjak pindah ke apartemen nya.
"Ekhem" jujur saja Ditya sangat gugup saat ini, tapi Dia mencoba menghilangkan rasa gugup itu.
"Opa aku akan bicara jujur sama Opa, aku tidak mencintai Linn. Aku hanya menganggap Dia sebagai adik ku tidak bisa lebih dan sekarang aku sudah mempunyai kekasih" kata Ditya to the point
Fernan menghela nafas berat "Opa tahu Dit, tapi Opa mohon untuk kali ini kamu turutin kemauan Opa"
"Tapi kenapa Opa? Ditya kan tidak mencintainya dan aku juga tidak mungkin menyakiti Celin hanya karna menuruti kemauan Opa" kata Ditya mulai tersulut emosi
"Tenanglah dulu Dit, jika Opa tidak berhutang budi pada Gio. Opa juga tidak akan melakukan ini. Dan jika Gio tidak bilang kalau Celin mencintaimu mungkin Opa juga bisa membatalkan semuanya" jelas Fernan
Ditya mengerutkan keningnya "Hutang budi? Maksudnya?"
Opa Fernan menghela nafas "Dulu Opa mengalami gagal ginjal saat di luar negri saat Opa masih kuliah"
Ditya terkejut mendengar ucapan Opanya itu. Tapi Dia tidak mau menyela ucapan Opanya. Biarlah Opa Fernan melanjutkan ceritanya.
"Opa dan Eyang mu sudah mencari kemana mana donor ginjal yang cocok untuk Opa. Mengingat golongan darah Opa termasuk golongan darah yang sangat langka. Tidak ada yang cocok untuk menjadi donor buat Opa. Bahkan Eyang mu juga tidak bisa karna mengingat usia beliau yang sudah tua"
"Hingga akhirnya, Gio datang dan bersedia mendonorkan salah satu ginjal nya untuk Opa. Dan Opa bisa sembuh, sejak saat itulah kita menjadi sahabat dekat bahkan seperti saudara. Itulah kenapa Opa tidak bisa membatalkan perjodohan ini. Apalagi saat Gio bilang kalau Celin mencintaimu"
Opa Fernan kembali menghela nafas "Opa tidak mau mengecewakan Gio jika Celin harus tersakiti karna cintanya tidak terbalas"
Ditya memijat pelipisnya, pusing bagaimana caranya menghadapi ini. Di satu sisi Ditya tidak mau mengecewakan Opa nya dan juga Opa Gio yang memang sudah Ditya anggap sebagai Opanya sendiri. Tapi di sisi lain Ditya juga tidak bisa memaksakan hatinya untuk mencintai Celin.
"Tapi Opa, kita bakal lebih menyakiti Linn karna Dia akan menikah dengan pria yang sama sekali tidak mencintainya. Bagaimana perasaan nya nanti Opa?" Ditya mulai mengeluarkan pendapatnya
Fernan memijat pelipisnya "Opa tau, tapi untuk saat ini ikuti dulu lah apa yang inginkan. Sambil kita mencari jalan keluarnya"
"Apa kau sangat mencintai gadis itu Dit?" tanya Opa Fernan tentu saja membuat Ditya terkejut
"Apa maksud Opa?" tanya Ditya berusaha menyembunyikan keterkejutan nya
"Kau tidak perlu pura pura Dit, Opa sudah mengetahui semuanya. Inilah kenapa Opa dulu melarang kamu untuk ikut bergaul dengan dunia luar. Karna Opa takut kalau kau akan menemukan gsdis yang membuat mu jatuh cinta yang sebenarnya. Bukan hanya mencintai karna paksaan seperti kau bersama Celin" jelas Fernan
Ditya menatap tidak percaya pada Opa nya "Apa Opa memata matai ku selama ini?"
"Opa hanya ingin melihat apa saja yang kamu lakukan setelah tinggal sendiri di apartemen mu" jelas Opa Fernan
Ditya berdiri dengan wajah menahan amarah "Cukup Opa, aku akan mengikuti mau Opa untuk bertunangan dengan Linn. Tapi aku minta Opa jangan memata matai ku lagi dan jangan ganggu Dia"
"Baik, kita lakukan kesepakatan ini. Opa akan memberimu keringanan jika kamu bisa membuat Celin menerima pembatalan perjodohan ini maka Opa tidak akan memaksamu lagi" kata Fernan tegas
"Baik, Ditya yakin kalau Linn bukanlah orang yang egois seperti Opa" kata Ditya tak kalah tegas
Setelah berucap seperti itu Ditya langsung keluar dari ruang kerja Opanya. Wajah nya memerah menahan amarah mengingat selama ini gerak gerik nya di awasi oleh Opa nya sendiri.
Sifat Ditya dan Opa nya memang banyak kesamaan. Keras kepala dan tidak mau di bantah. Membuat mereka sering berdebat dalam masalah apapun.
Ditya melajukan mobilnya menuju apartemen. Saat ini Dia butuh waktu untuk menenangkan fikiran nya. Sekarang yang harus Dia fikirkan adalah bagaimana caranya membicarakan ini pada Celin. Bagaimana cara membuat Celin mengerti tentang situasi saat ini.
Bukan nya Ditya tidak mau membicarakan ini pada kedua orang tuanya. Tapi Ditya ya Ditya yang selalu tertutup tentang masalah pribadinya. Ditya tidak pernah mau melibatkan orang lain dalam masalah pribadinya sekalipun itu orang tuanya sendiri.
Bersambung
Wah makin rumit nih, author aja makin bingung ini. 😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 193 Episodes
Comments
istianah 16081985
Celin udah ngerasa kayaknya, kalau dia cinta sendiri
2021-06-16
0
€nd@h
semangat terus ditya...semoga celin mau menerima...mending ma alvin aja lin...ditya nya cintanya ma tiara si
2021-06-12
0
Mirna Almagangga
ya mending jujur sm celin walau menyakitkan, daripada dikasih kebahagiaan semu, kasian..
2021-06-10
0