......DUA MOSTER KECIL......
Seperti biasa rutinitas Dian dipagi hari selalu berakhir dengan rasa sesak yang memenuhi jiwanya karna Amel sang nona mudanya yang masih sama saja.
Bahkan semakin hari semakin menjadi kelakuannya,saat ini Dian dipusingkan dengan permitaan Amel,yang memintanya untuk mencari sepatu kets berwarna putih.
Sedangkan Dian tau dan hafal betul jika nona mudanya itu tak pernah memiliki spatu kets berwarna putih.
Dua bulan bekerja dirumah ini membuat Dian hafal segala sesuatu dan kebutuhan Amel karna setiap harinya dia yang diperintah oleh Syafitri Diwangkara istri dari Surya Diwangkara untuk selalu mengurus dan memenuhi kebutuhan anak bungsunya, yang manjanya setengah mati itu.
" Ketemu ga ?" tanya Amel dengan ketusnya yang dibalas dengan gelengan oleh Dian.
" Sebenernya loe bisa kerja ga si ?" tanya Amel kembali dengan nada yang mulai meninggi,emosinya mulai tersulut kembali.
" Benar tidak ketemu nona, bukan kah nona tidak memiliki sepatu warna putih" jawab Dian
" Heh ...Bo**h siapa yang nyuruh loe cari septu warna putih kan gue udah bilang yang pink ini " tukas Amel sembari menenteng spatu berhak runcing berwarna pink senada dengan dres yang dikenakannya saat ini, lantas keluar dari ruangan berpatisi kaca itu diikuti Dian.
" Pakai kan " perintah Amel sembari memberikan spatu ditangannya.
" Baik nona " jawab Dian
" Cepat dikit bisaga si, apa - apa lelet banget loe, mau gue aduin ke papa iya" bentak Amel.
" T..Tidak nona, akan saya percepat" jawab Dian.
" Yaudah cepetan selesain, gara - gara loe lama cari sepatu gue tadi.Waktu gue udah makin berkurang " omel Amel.
" E...Bukannya nona sendiri yang minta saya buat cari sepatu yang warna putih " jelas Dian.
" Jadi loe nyalahin gue gituh. Kalau gue salah bicara gituh..." bentak Amel
Dian menggelengkan kepalanya tanda menyanggah ucapan Amel.
" Hemmmm.... Hari ini loe belum gue hukum rupanya sampe berani nyalahin gue iya " ucap Amel.
" Tidak ... Nona iya saya yang salah to..Tolong jangan hukum saya nona" mohon Dian.
" Ikut " bentak Amel sembari menarik rambut Dian yang kusut.
" Ampun nona ..." ucap Dian sembari memegang lengan Amel yang menarik rambutnya,bukannya berhenti Amel semakin menarik rambut dian dan menyeretnya kemar mandi.
Dian hanya bisa meringis menahan rasa pedas pada kulit kepala akibat perbuatan Amel.
" Duduk " bentak Amel sembari mendorong tubuh Dian,Dian yang tak memiliki keseimbangan limbung lantas terjerambah dilantai kamar mandi.
" Loe harus dihukum biar kapok dan ga suka menyalahkan orang lain " ucap Amel degan seringainya,malah terlihat begitu cantik nan manis.
" Ampun nona .. Saya minta maaf, saya yang salah nona " ucap Dian masih memohon.
" Diammmmmm.... Kita mulai ritulnya Dian" ucap Amel kembali dengan semakin mengembangkan senyum mematikannya.
" Akkhhhhhhh...... Pa...Panaass....Ampun nona " teriak Dian.
" No..Na ampun panas ... Akhhhhh.... Saya salah nona saya minta maaf " ucap Dian kembali tak dihiraukan olehnya,Amel malah menambah suhu pada shawer dan mengeluarkan air mendidih itu yang mengalir ketubuh Dian.
" Akhhhhhhkkk" teriak Dian.
" Masih mau nyalahin gue ?" tanya Amel tersenyum mematikan.
" Tidak non maafkan saya,saya yang salah " ucap Dian
" Bagus kalau loe sadar,awas kalau loe sampe ngadu ke mamah apa lagi papa abis loe " ancam Amel seraya pergi meninggalkan Dian yang masih terduduk dengan kondisi badan basah kuyup.
*
Rani tengah asik mendengarkan lagu pop dari dalam earphone sembari membersihkan kamar mela,seharusnya ini menjadi tugas Dian,namun karna seperti biasa setiap pagi Dian harus mengurus bayi besarnya itu.
Sedang asik menyelesaikan tugasnya tiba - tiba saja Rani dikejutkan dengan suara teriakan yang suaranya sangat ia kenal.
Sontak saja Rani langsung berlari keluar dan mencari arah dimana suara tersebut.
Setelah mengetuk pintu tanpa ada balasan dari dalam Rani memutuskan untuk masuk kedalam dan mencari keberadaan nona mudanya dan tentu saja sipemilik suara dari teriakan itu.
Dan alangkah terkejutnya Rani saat melihat kondisi Dian yang bisa dibilang sangat - sangat memprihatinkan.
Tanpa banyak fikir lagi Rani menyelimuti Dian dengan handuk dan membawanya kebawah.
*
" Apa yang sudah dia lakukannya?" geram Rani bertanya pada Dian,Dian tak menjawab hanya menundukan kepalanya saja.
" Dian jawab aku " ucap Rani sembari mengguncang tubuh gadis dihadapanya.
" Sudah lah teh,teteh kembali saja bekerja aku sudah tak apa " jawab Dian sembari merapihkan bajunya.
" Kau disiram denga air panas tapi kau tak melawan apa kau sudah gila Dian " bentak Rani emosi.
" Sudah lah teh is't ok . Aku baik - baik saja ko kulit ku hanya sedikit memerah " jawab Dian
" Sedikit kau bilang.. Lihat ini . Ini dan ini " bentak Rani sembari memutar tubuh Dian kehadapan cermin besar lantas menunjukan,bagian tubuh mana saja yang terdapat ruam kemerahan bekas tersiram air panas tadi.
" Tidak apa nanti pakai salep juga sudah sembuh teh " jelas Dian.
" Kita harus kasih tau ibu sama bapak kelakuan anaknya satu itu " ucap Rani
" Tidak usah nanti malah semaki ribet teteh kaya ga tau sifatnya non Amel saja " jawab Dian
" Tapi Dian ...."
" Sudah lah teh aku ga mau lebih ribet dari ini " jelas Dian dan Rani hanya pasrah setelah membujuk dian namu tak ada hasilnya.
**
Hari semakin siang dan seperti yang sudah dibilang oleh Syafitri bahwa anak tertuanya Mela akan datang berkunjung.
" Apa kamar saya sudah dibereskan ?" tanya Mela
" Sudah nona " balas Dian
" Ya sudah urus mereka gue cape " ucap Mela sambil berlalu pergi menyisakan Dian yang tampak bingung,menatap duamoster dihadapannya itu.
" *Arr**rrrhhhh... Kenapa mesti gue lagi si* "_Batin dian
Dua moster kecil itu masih setia menatap Dian tak berkedip,mata pupy eyesnya menyiratkan sesuatu yang jelas dimata Dian tatapan itu seperti membunuhnya.
" *Adu**hhhhh ....Kalau ceritanya gini mah gua mending berhadapan dengan Amel dah*"_ Kembali batin Dian berucap.
"Mba..Ayo main " ajak salah satu dari dua moster itu,,Dian yang tengah asik melamun kembali kealamnya.
Dian masih tak bergeming dari tempatnya mana kala guncangan dari tubuhnya mengagetkan dian ternyata dua moster kecil itu lah yang mengguncangnya.
" O...Ok..Baik kalian mau main apa ?" tanya Dian sambil jongkok mensejajarkan tinggi tubuh dua moster itu.
" Afa mau main boneta mba" ucap salah satu dari mereka
" Engga Fillr mau main bola " bantah yang satunya.
" boneta Fillr boneta " rengek moster kecil berjenis kelamin wanita itu.
" Engga potonya bola " kekeh sang kakak.
" Boneta Fillr bonet "
" Bola Afa bola " kekehnya
" Ihhhh... Fillr" teriak si adik.
Sedangkan Dian sudah tak bernyawa rasanya rohnya sudah terlepas dari raganya saat ini.
Dian paling tidak bisa dihadapkan dengan anak kecil tapi ini malah dirinya yang harus menjaga duan anak sekaligus.
Satu anak saja sudah membuatnya hampir mati apa lagi dua sekaligus dian benar - benar bisa mati.
" *O**hhhh...Ada kah yang bisa bantu gue* ?"_ Tanya hati Dian menjerit prustasi
" Fillr boneta " ucapan gadis kecil dihadapannya membuat dian tersadar kembali akan lamunannya.
" Ok.. Ok... Anak - anak sekarang dengar emba ... Kita main boneka dan bola ok jangan berantem lagi ok " jelas Dian.
" Bait mba " jawab keduanya.
Dan ya hari itu dian berakhir ditangan duan moster kecil yang lucu nan menggemaskan namun berbanding terbalik menurut Dian.
Rasa sakit akibat ulah Amel tadi pagi malah bisa dibilang tak sebanding dengan rasa pusing Dian saat meghadapi dua monster imut milik nona Melanya itu.
" Aduh ... Syafiir jangan itu bahaya sayang " ucap Dian sembari berlari kearah Syafiir yang akan menaiki salah satu pohon kecil ditaman belakang.
" nah Syafiir dan Syafa disini saja ya kita mainnya " jelas Dian sembari duduk dirumput gajah.
Syafiir Renal Diwangkara dan Syafa Renal Diwangkara adalah anak dari Mela Senjena Diwangkara dengan pengusaha batu bara sukses daerah kalimantan Renal Augry Sanjaya.
Syafiir dan Syafa adalah cucu pertama Syafitri dan Surya dua boca berjenis kelamin berbeda itu begitu dekat denga Dian padahal waktu awal bertemu mereka takut terhadap Dian.
Itu hanya sesaat dan setelahnya mereka begitu menempel kepada Dian sikembar itu tak ingin pisah dari Dian jika sedang berkunjung kerumah oppa dan ommanya itu padahal Dian saja tak betah berlama - lamma dekat dengan mereka.
Dian bukan membenci merek hanya saja Dian tak terbiasa dengan anak kecil yang banyak maunya dan sering membuatnya kewalahan.
Dian lebih memilih membantu Amel daripada harus berurusan dengan dua monster menggemaskan itu.
Namun sayangnya ketika mereka ada mereka akan begitu lengket bak lem terhadap Dian.
***
Malam hari dikeluarga Diwangkara.
" Bagai mana Mel apa kamu yakin dengan keputusan mu?" tanya surya saat mereka tengah bersantai diruang keluarga Mela yang ditanya hanya menunduk saja.
Sulit baginya mengambil keputusan yang berat itu tapi mau bagai mana lagi jika dirinya memang benar sudah tak sanggup lagi bila meneruskan semu yang sudah rusak.
" Ya sudah sekarang kamu istirahat saja pasti kamu masih cape kan baru sampai juga bahas itu nanti saja " ucap Syafitri menimpali pembicaraan mereka.
Lantas Mela pergi mengistirahatkan hati dan fikirannya,sejujurnya rasa lelah akibat perjalanan jauhnya tak membuatnya begitu menderita.
Hanya saja hatinya butuh untuk istirahat,semua terasa begitu berat dan berdenyut.Merasakan sakit itu ternyata luar biasa melelahkan menurutnya.
Syafitri tau betul bagiamanna keadaan anaknya saat ini dibanding sang ayah,bagai mana rasanya sesak yang mendera buahatinya walau Mela sudah sebesar itu tapi tetap baginya keempat anaknya masih lah bayi besarnya yang manis.
****
Pagi hari dikediaman Diwangkara,dimeja makan sudah disiapkan hidangan untuk keluarga Diwa ngkara.Tugas yang biasa dikerjakan oleh Rani dan Dian kini menjadi tugas yang dikerjakan oleh Dian seorang diri karna Rani yang memasak didapur.
Jadilah Dian membereskan masakan yang akan dihidangkan.Selesai menuangkan minuman untuk seluruh keluarga kini giliran Dian menyiapkan sarapan untuk dua monster yang sudah siap dikursi anak masing - masing.
" Nah den Syafiir ini buat aden dan ini buat nona Syafa" ucap dian sembari memberikan makanan itu kepada dua moster itu.
" Mah,pah .. Mel akan tinggal disini saja sampai semunya jelas " ucap Mela pada kedua orang tuanya disela - sela sarapan pagi itu.
" Ya sudah kalau begitu papah ikut mau mu saja jika itu yang terbaik,tapi ingat masalah harus dihadapi nak " jelas Surya pada putrinya itu.
" Iya pah .. Mela tau " jawab Mela.
Dian yang tak sengaja nendengar hal itu hanya bisa mendesah diam - diam Dian merasa kesal sendiri pasalnya dirinyalah yang akan dipusingkan oleh dua moster dihadapannya saat ini.
Ditambah kelakuan Mela tak jauh berbeda dengan Amel sang adik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Tieny Roesmiasih
maaf thoorr.. aq mundur ajaa.. 😱😵
2022-10-17
1