"Apakah kau tidak mengerti bahasa manusia?" ya, pria itu memang tak akan menggunakan kekerasan fisik kepadanya, namun sakit yang di dapat akibat perkataannya itu jauh lebih menyakitkan.
"Maaf..." ucap Embun dengan lirih namun terdengar seperti gumaman saja.
Rendra begitu senang dengan mainan baru yang membuatnya tidak bosan, sepertinya.
"Alister, kau sudah menyiapkan segala sesuatunya?"
Pria di belakangnya itu mengangguk, "Sudah tuan, jam sebelas nanti saya akan mengantarkan nona Embun untuk fitting gaun."
"Pilih yang paling bagus dan jangan sampai dia memakai gaun yang jelek, ingatkan dia untuk tidak bertindak hal-hal yang dapat merusak reputasi, nama baik, dan ketenaran ku di dunia bisnis ini."
"Baik, tuan," Alister kembali menganggukkan kepalanya, "Tuan muda tidak perlu mengkhawatirkannya."
"Rapat segera di mulai."
Embun kembali mundur selangkah saat melihat Rendra beranjak dari duduknya. Saat pria itu membalik badan melangkah kembali ke kursinya, saat itu juga terlihat wajah lega dari gadis itu.
Dia berpikir bahwa tuan muda Rendra akan memukulnya atau apa pun itu, meskipun begitu, tetap saja ada yang teriris sakit di dalam hatinya.
Setelah memanggil mereka semua untuk kembali mengikuti rapat, beberapa pasang mata tak melepaskan pandangannya dari Embun yang tengah duduk di samping Alma.
Selalu saja ada tanya yang muncul di benak mereka, mengapa gadis itu terlihat baik-baik saja? Bukankah tuan muda sudah mengetahui siapa orang yang telah menukar nilai kontraknya?
"Fokuskan pikiran kalian," ucap Alister yang seolah tahu apa arti dari tatapan mata mereka kepada Embun, calon nona mudanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Satu jam empat puluh lima menit akhirnya selesai juga rapat yang membosankan ini, saat semuanya beranjak dari kursi nun di sebrang meja tepatnya di tempat Alister duduk, pria itu mengangguk pelan kepada Embun agar tetap bertahan di tempat, ah membosankan.
Apa lagi ini? Gumamnya demikian seiring dengan helaan napasnya, dirinya kembali duduk membuat Alma menoleh kepadanya. Dia ingin bertanya namun saat melirik dua wajah pria dingin itu pun Alma memilih untuk mengurungkan niatnya.
Pura-pura tidak tahu atau pura-pura tidak ingat saja jika tadi dirinya datang ke ruang rapat ini dengan gadis itu.
Suasananya kembali hening, bertiga, hawa dingin kembali menggelitik kulitnya. Tak nyaman, namun mau bagaimana lagi?
"Tuan, apakah masih ada sesuatu yang ingin tuan sampaikan?" tanya Embun sedikit memberanikan diri.
"Alister?"
Pria yang baru saja di sebutkan namanya itu pun mengangguk, lalu melangkah ke arah Embun.
Entah sejak kapan selembar kertas yang tersimpan rapi di dalam map biola berwarna kuning itu ada di genggaman tangannya.
Manik cokelat itu menatap map biola yang ada di tangan Alister yang semakin mendekat ke arahnya.
"Silahkan nona tandatangani, tanpa bertanya apa pun," sebelum menaruhnya di atas meja, terlebih dahulu dia membuka amplop itu tak lupa juga ia meletakkan polpen biru di dekatnya.
Pandangannya beralih ke bagian bawah sebelah kanan dimana ada sebuah materai yang harus ia bubuhi dengan tanda tangannya.
Alvarendra Raymond Wilson adalah seorang pria yang memiliki jiwa bebas, tak seorang pun yang boleh mengekangnya. Dan hanya dia saja yang boleh membuat peraturan aneh bin ajaib dan mengekang siapa pun yang tak ia sukai. Kedua tangannya berada di atas meja sembari memangku dagu, menatap lurus pada gadis yang ada di sebrang meja.
Sementara Embun, gadis itu harus tetap fokus agar tidak ada kesalahan dalam memahami semua tulisan yang tertuang di dalam kertas putih itu.
Astaga ya Tuhan, bisakah beri aku sedikit saja obat tidur ... aku ingin tidur selamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Nurwana
untung embun tdk berpenyakit kronis, klu tdk dah kambuh dan langsung kejang kejang.😁😁😁😁😁
2022-08-27
0
Ismu Srifah
tunggu bun bentar lagi outhor bikin bucin kok
2022-07-29
0
Aqiyu
Embun pengen jadi putri tidur dan berharap semua adalah mimpi😃
2022-05-15
0