ISTRI RAHASIA ( Jusuf Alexanderku )
Namaku Pandan Arumi. Aku tinggal disebuah desa yang terpencil. Letak rumahku terasing, jauh dari pemukiman warga, dekat dengan sungai juga sawah yang membentang luas memisahkan rumahku dengan rumah warga yang lainnya.
Aku tinggal seorang diri, setelah orang tuaku meninggal karena kecelakaan beberapa bulan yang lalu. Saat malam datang rasa takut seringkali menyapaku, tapi mau bagaimana lagi. Rumahku disini, takdirku seperti ini. Mau tak mau harus aku jalani.
Aku bekerja di sebuah pabrik Garmen dekat dengan kabupaten. Sudah satu tahun ini aku bekerja disana. Jika dikatakan betah rasanya tidak juga, lebih tepatnya aku butuh. Butuh pekerjaan, butuh uang untuk menghidupi diriku sendiri yang sebatang kara ini.
Sebenarnya ada beberapa yang mencoba melamarku, namun aku belum ingin menikah. Aku masih muda, masih 19 tahun, dan aku ... masih takut. Aku takut dipermainkan, seperti Ilham yang mempermainkan perasaanku. Aku mengira, aku satu-satunya untuknya. Tapi nyatanya, ia menjalin hubungan dengan gadis lainnya. Menyeleksi, siapa diantara kami yang patut untuk mendapatkan keseriusannya. Dan aku tersingkirkan, Ilham memilih gadis kota itu. Gadis cantik yang berpendidikan tinggi juga dari keluarga kaya. Sementara aku, orang memanggilku si bunga desa. Bunga desa yang miskin, hanya seorang buruh pabrik rendahan. Ah, sudahlah ... semua sudah berlalu. Lagipula aku tahu diri, aku bukan gadis yang menyenangkan. Aku terlalu kaku, dingin dan pendiam. Mungkin karena itu Ilham lebih memilihnya. Lagipula, dari awal orang tuanya juga tak menyukai kemiskinanku ini.
Impianku sederhana, yakni suatu hari nanti bisa merantau ke ibukota, mengadu nasib disana. Seperti Rina sababatku, yang bisa membangun rumah yang bagus untuk kedua orang tuanya, juga menyekolahkan adik-adiknya. Mengangkat mereka dari kemiskinan yang sebelumnya membelenggu. Aku pun ingin begitu, ingin merubah kehidupanku yang sekarang. Gajiku dipabrik Garmen tidaklah seberapa, aku bertahan disana sambil menunggu kabar dari Rina yang mengatakan akan mengabariku jika ditempatnya bekerja ada lowongan pekerjaan. Meski sampai kini, ia tak jua memberiku kabar.
Aku berjalan dengan wajah lelah, menghampiri satpam wanita yang akan memeriksa tubuhku. Sebelum kemudian menuju loker, mengambil tasku dan berjalan keluar.
Ah, hujan lagi ... dan ini sudah larut malam. Bayangan jalanan gelap dalam baluran rintik rinai membuatku ngeri. Tapi mau bagaimana lagi, inilah jalan hidup yang harus kulalui. Ku ambil mantel dalam tasku, memakainya lalu kemudian berlari kecil menuju parkiran menuju motor bututku. Semoga saja, motorku bisa diajak kerjasama dan tidak menyusahkanku dijalan dengan mogok dipinggir jalan misalnya, karena businya dimasuki air hujan.
Butuh sekitar 45 menit untuk mencapai rumahku. Aku mengendarai motorku pelan-pelan, setelah sampai pada jalan terjal berbatu yang belum juga mendapat bantuan dari pemerintah untuk diperbaiki.
Deg.
Aku menghentikan motorku tepat dibelakang mobil yang melintang menghalangi jalan. Ya Tuhan ... mobil siapa yang sampai bisa tersasar dijalan ini?
Aku membunyikan klaksonku sekali. Seorang pria keluar dari mobil itu menghampiriku, tanpa menggunakan payung ia berlari ke arahku.
"Maaf, Mbak. Mobil saya tiba-tiba mogok!" seru pria itu kepadaku. Aku menatap pria itu, melihatnya dengan cahaya dari motorku.
"Kok Mas bisa lewat sini?" tanyaku kemudian.
"Saya juga tidak tahu, Mbak. Saya hanya mengikuti google map. Boleh saya menginap di rumah, Mba malam ini saja? Saya akan bayar untuk biaya menginapnya," ucap pria yang kuperkirakan usianya 30 tahunan itu. Aku hanya mengangguk tanpa pikir panjang melihatnya basah kuyub.
Aku membawanya ke rumahku. Rumah kecil dengan tembok batu-bata, bantuan dari pemerintah. Kubuka helmku, mantel, juga jaket dan masker yang menutupi wajahku.
"Silahkan masuk." Ku nyalakan sakelar lampu, hingga kini aku dapat melihat jelas wajahnya. Wajah pria dewasa dengan rambut sedikit gondrong yang diikat kebelakang. Pria yang tampan, itu satu kalimat yang kupikirkan saat melihatnya dalam terang.
"Maaf sebelumnya, rumah saya jelek ...," kataku kemudian.
"Tidak apa-apa," jawabnya dengan senyum tipis. "Mbak punya baju ganti tidak? Baju saya ... basah ...." Ia memperlihatkan dirinya yang basah kuyup. Ya, aku tahu itu, dan tanpa berkata lagi aku pergi ke kamar bekas almarhum ayahku. Mengambil satu kemejanya, yang kubeli menggunakan gaji pertamaku bekerja di pabrik. Bapak bahkan baru memakainya sekali.
"Ini." Aku memberikan padanya yang tak kusangka sudah bertelanjang dada menampilkan tubuh atletisnya. "Mau mandi?"
"Boleh," jawabnya dan aku pun mengajaknya kebelakang. Namun langkah kami terhenti tatkala mendengar suar ketukan dipintu. Kami saling berpandangan sesaat. Siapa yang bertamu malam-malam seperti ini di rumahku?
Perasaanku tidak enak, dan benar saja ...
Inilah awal mula kisahku bersamanya dimulai. Pria yang ku kenal dalam hitungan menit tiba-tiba saja menjadi suamiku esok harinya.
***
Pov Jusuf Alexander
Entah kesialan macam apa yang aku alami kini. Mungkin ini dikarenakan aku yang tidak menurut pada ibuku, untuk tidak membawa mobil sendiri untuk berkunjung ke kampung halaman. Ya, kedua orang tuaku memilih menghabiskan masa tuanya di sebuah kota kecil, kota kelahiran mereka.
Aku menatap gadis itu. Aneh. Satu kata yang pantas disandangnya. Kami baru bertemu semalam dan hari ini kami sudah sah sebagai suami istri. Dan dia ... begitu tenang, santai, dan diam. Ya, bahkan aku tidak melihatnya tersenyum sama sekali dari semalam sejak peristiwa penggerebekan itu terjadi. Oke, mungkin ini karena situasi. Tidak ada orang yang bisa tersenyum saat mendapat "musibah" seperti ini. Tunggu!
Apa ia merasa beruntung karena menikahi pria tampan dan kaya raya sepertiku? Justru akulah yang mendapat musibah menikahi gadis desa sepertinya.
Pandan Arumi. Nama yang kampungan, oh jangan sampai ibuku mendengarnya aku mengatainya begitu. Aku pasti akan diomeli ibuku habis-habisan karena namanya pun tak kalah anehnya. Mama Gayungku, maaf ... aku batal mengunjungimu. Aku tidak mungkin membawa gadis ini ke rumah sekarang. Aku belum siap!
Gadis itu mengemasi pakaiannya. Mobilku telah diperbaiki dan ia akan ikut ke ibukota bersamaku hari ini juga. Bagaimana lagi, aku tidak mungkin meninggalkannya disini. Kalau tidak ingin didemo warga lagi.
"Ayo." ajakku dan dia hanya mengangguk.
Sepanjang perjalanan Pandan hanya diam. Saat aku membuka obrolan jawabannya selalu singkat padat dan jelas. Astaga, wanita ini begitu irit sekali dalam berbicara, batinku fruatasi.
"Pandan," panggilku, mencoba kembali mengajaknya bicara.
"Hemm?"
Ya Tuhan! Baru kali ini aku menemukan wanita seperti ini. Amazing!
"Kamu bisa senyum nggak sih?" tanyaku iseng.
Ia menoleh padaku sebentar, lalu mendesah pelan.
"Bisa," jawabnya.
SINGKAT! Oke lanjut ...
"Wah, aku ingin sekali melihat senyummu," lanjutku. Aku memang penasaran.
Hening. Tak ada timpalan yang ingin ku dengar.
Astaga! Wanita ini ...
"Kamu memang biasanya begini ya?" tanyaku lagi. Untuk pertama kalinya, aku mencereweti seorang wanita. Biasanya wanita yang selalu cerewet dan mencari-cari perhatianku.
"Hemm," jawabnya.
"Artinya?"
"Iya." Sudah. Seperti itu saja terus sampai kiamat. Iya. Hemm. Tidak. Luar biasa!
"Kenapa? Bukan karena mulut kamu bau, kan?" pancingku sengaja.
Yess! Ia membulatkan matanya, menatapku tajam. Namun, kemudian ... diam lagi. Shitt! Ini orang benar-benar ajaib.
"Bisa berhenti sebentar ...," ucapnya dengan wajahnya yang asli datar banget itu.
Dan aku menurutinya. Aku menepikan mobilku ke pinggir, dekat orang berjualan dan ada toilet umum juga. Mungkin dia mau pipis atau pup, makanya meminta berhenti.
Tapi ... settt!
Ia mendekatkan wajahnya padaku, jarak diantara kami hanya beberapa centi saja.
"Mbak?" Aku kaget. Mau apa dia?
Ia menghembuskan nafas hangatnya kepadaku. Aku membeku, benar-benar membeku!
"Bau?" tanyanya.
Aku menggeleng seperti orang bodoh. Wanita gila! Umpatku dalam hati.
"Ya sudah," ujarnya tenang, lalu kembali menarik tubuhnya kebelakang. Seperti tidak terjadi apa-apa pada kami sebelumnya.
Ya karena memang tidak terjadi apa-apa kan Alex yang bodoh. Aku merutuki diriku sendiri yang tiba-tiba lola.
Ya ampunnn ... bagaimana aku akan menjalani rumah tangga bersamanya nanti? Sehari bersamanya saja sudah menyebalkan seperti ini.
Nasib ... nasib ....
***
Hola ...
Karena ada yang minta sekuel Ketika Bosku Mencari Cinta ... tiba-tiba muncul ide ini.
Yuks Guys ...
Dukung dengan
Like
Komen
Vote
Pleasee 😁😁😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
muti mau
lanjut thor...ceritanya buat penasaran...
2023-06-01
0
@sulha faqih aysha💞
mampir Thor......
2022-10-17
0
Febri Ana
mampir thor laanjuutt
2022-05-29
0