"Gila apa ya tu cewe, cuma gara-gara satu cowo aja dia berbuat seenaknya sama orang," ucap Qilla lalu langsung meninggalkan toilet tersebut.
Qilla yang melihat Rendy di sebrang lapangan pun berniat untuk menghampirinya.
"Van tangkep," ucap Radit mengaba-ngaba.
Revan yang di beri peluang untuk mencapai skors pun langsung menerobos tanpa memperdulikan seseorang yang sedang melintasi lapangan.
Qilla awal mulanya berjalan dengan santai tiba-tiba terhanyun kedepan alhasil dengkul Qilla yang tadinya mulus seketika tergores dan itu sangat perih bagi Qilla.
"Arghh...aduhh," tutur Qilla sambil mencoba untuk berdiri.
Seketika semua tim menertawakan Qilla yang jatuh akibat kecerobohan Revan. Lalu Rendy yang melihat Qilla terjatuh langsung menghampiri Qilla dan membantunya berdiri. Rendy sangat kesal kepada tim Junior basketnya, bisa-bisa nya orang yang terjatuh malah di tertawakan.
"Heh! Kalian ini ya orang jatuh malah di tertawakan bukan nya bantuin, punya hati nurani gak sih? emang kalian kira ini tontonan!" bentak Rendy dengan menatap tajam ke arah mereka semua.
Mereka terdiam, tidak ada yang berani membantah atau membuka suara, karena mereka tau kalau Rendy sudah marah bisa-bisa mereka akan habis di tangannya.
Revan yang hendak pergi seketika di tahan oleh Randy "Ehhh Revan! Mau kemana lo, ini semua gara-gara lo yah sekarang gw nyuruh lo buat minta maaf sama adek gw sekarang!" tegas Rendy sambil menyorot Revan dengan tajam. (setajam silet yah bund)
Tiba-tiba Qilla teringat akan suatu nama yang tidak asing dia dengar. Qilla pun akhirnya ingat ya Revan! Cowo yang membuat seorang cewe tergila-gila dengan nya.
"Ishh emang apa kelebihannya ni cowo ganteng engga masih gantengan Abang gw lagi, pinter? hmm kayanya engga juga deh heran deh gw kenapa tu cewe sampai tergila-gila banget sama ni cowo dekil sok ganteng," ucap Qilla mengumpat dalam hati sambil melirik Revan dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Lahh yang lewat duluan di tengah lapangan tadi siapa Bang? ya jangan salahin Revan dong orang Revan aja gak liat kalau ada dia," tunjuk Revan Kearah Qilla.
"Revan!" Lantas Rendy ingin menarik kera baju Revan namun seketika Qilla menahannya. "Udah Abang biarin tu cowo emang sok ganteng mana songong lagi sama orang," ujar Qilla menatap Revan dengan malas.
Qilla yang sadar bahwa Abangnya ini sangat marah kepada Revan, dia pun langsung mengajaknya untuk pergi dari lapangan tersebut. Walaupun Qilla dan Rendy sering sekali bertengkar tetapi Rendy sangat menyayangi Qilla dan selalu menjaga Qilla seperti adik kandung nya sendiri.
"Bang Qilla haus ni ayok beli minum di kantin, kan biar hati Abang adem juga dah biarin aja tu cowo tengil disini." Qilla lalu menggenggam tangan Rendy dan mengajaknya untuk pergi meninggalkan lapangan basket tersebut.
Sesampainya di kantin Qilla langsung mengambil minuman dingin dari kulkas lalu duduk di meja yang sudah disediakan diikuti oleh Rendy yang ikut duduk disebelah Qilla.
"Ehh dek lo gak apa-apa kan? Ada yang sakit?" tanya Rendy sambil memeriksa lutut Qilla.
"Yaelah Bang gak ada kok, ini cuman tergores dikit aja ntar juga sembuh," jawab Qilla sambil menunjukkan senyumannya.
"Lagian kenapa lo gak biarin gw aja buat ngehajar tu cowo seenaknya banget tu Revan orang salah gak mau mintak maaf lagi, songong banget tu anak gak tau apa gw ini Senior dia sopan dikit napa," ucap Rendy kesal.
Qilla menarik kedua sudut bibirnya keatas dan menghembuskan nafas pelan, "Abang... Makasih ya udah selalu ngejagain Qilla emm walaupun Qilla suka jahil sama Abang hehe."
Rendy lalu memutarkan badannya menghadap Qilla, "Qilla.. Udah jadi tugas Abang kan untuk jagain Qilla terus, yaa walaupun nyeselin tapi Abang tetap sayang kok sama adek Abang ini." Sambil mencubit gemas pipi Qilla.
"Ihhhh Abang sakitt," rintih Qilla memengangi pipinya.
"Ehh Abang terlalu kuat yaa nyubitnya, maaf dehh abisnya Abang gemes sih mana yang sakit sini jangan nangis dong," ucap Rendy dengan cemas sambil mengangkat pelan kepala Qilla yang tertunduk.
"Abang juga gemesss uhhhh." Rendy seketika terkejut saat Qilla mencubit pipinya secara tiba-tiba.
"Kamu ini yaa." Rendy lalu membalas untuk mengelitik perut Qilla yang membuat Qilla tertawa terbahak-bahak di kantin tersebut.
Untung posisi kantin sepi, karena sudah masuk jam pelajaran jadi tidak ada yang mendengar kerasnya suara ketawa Qilla kecuali penjual kantin wkwk.
Mereka memesan bakso dan es teh manis untuk mengisi amunisi, sudah berjam-jam mereka di kantin dan Qilla yang sedari tadi tidak berhenti jajan, tak terasa bel berdering yang mengisyaratkan bahwa sudah waktunya jam istirahat.
Seluruh murid berhamburan keluar kelas ada yang ke kantin untuk makan siang, ada yang ke mushola untuk sholat dan juga ke perpustakaan untuk menyelesaikan tugas.
Banyak sekali yang memperhatikan mereka, apalagi saat ini Rendy sedang memegangi kipas kecil milik Qilla dan Qilla malah asik dengan makanannya, sebagian murid ada yang mengenali Rendy sebab Rendy sering ngelatih anak-anak basket, sedangkan Qilla masih asing bagi mereka semua.
Dari kejauhan Qilla tidak sengaja melihat perdebatan sepertinya itu sekumpulan ciwi-ciwi rempong.
"Eh lo gak denger tadi gw bilang apa hah," ucapnya sambil mengebrak meja.
"Kita bilang pindah ya lo
harus pindah dong," ujar teman yang lainnya.
"Tapikan kita duluan yang duduk disini, dan makanan kita juga udah di pesen," tutur salah satu gadis yang menggunakan kaca mata bulat.
"Lo mau pindah sendiri atau gw yang pindahin lo," ucap ketua genk dengan santai.
"Udah Git kita pindah aja, kan masih ada meja yang pojokan," ucapnya menasehati.
Mereka pun pergi dan pindah ke meja paling pojok, yang terlihat sangat usang.
Qilla merasa ikut sakit melihat kejadian tadi, dia tidak boleh tinggal diam sudah dua kali dirinya melihat peristiwa penindasan di sekolah milik keluarganya. Dan ternyata dia adalah orang yang sama yang Qilla lihat di toilet tadi.
Rendy yang sedari tadi melihat Qilla sedang melamun pun tak tinggal diam.
"Woi.. Mau kerasukan lo," ucap Rendy sambil menyenggol bahu Qilla.
"Sembarangan lo,gini nih kalo mulut dapet dari give away," balas Qilla sambil meneguk minuman nya.
"Tadi lo mikirin apaan?" tanya Rendy (jiwa ke kepoanku meronta-ronta)
"Bang gw mau sekolah disini ah," ucap Qilla enteng.
"Kesambet lo," ucapnya tak percaya.
"Gw serius kan sekolah gw di London libur, gak ada masalah kali gw nyoba sekolah disini kan sekolah bonyok gw sendiri," ucap Qilla sambil menatap Rendy.
"Ya udah gw mah terserah lo aja," jawab Rendy dan mengajak Qilla untuk keruangan Derandra.
Qilla dan Rendy sedang menuju keruangan Derandra, belum sampai keruangan tersebut terlihat dari jauh Derandra keluar dari ruangannya bersamaan dengan semua guru. Seketika Qilla berlari untuk menghampiri Dady nya, Rendy yang melihat Qilla berlari pun menjadi heran.
"Ehh Dady tunggu." Qilla belari mengejar Dady nya dengan kaki yang sedikit sakit akibat terjatuh tadi.
"Aduhh Qilla lo jangan lari kaki lo masih sakit elah," ujar Rendy lalu mengejar Qilla.
"Huhh Dady... Qilla capek nihhh ihh," ujar Qilla ngos-ngosan.
"Ehh Qilla ngapain kamu lari-larian gini?" tanya Dady heran.
"Dad Qilla mau ngomong sebentar aja sama Dady yaa Dad..." ucap Qilla memohon.
"Yaudah ayok ikut Dady," jawab Dady sambil mengajak Qilla ke ruangannya.
Qilla berada di ruang Derandra sekarang dan dia sekarang ingin membicarakan pasal dia yang ingin bersekolah disini "Dad boleh ya Qilla sekolah disini," ujar Qilla kepada Derandra sambil mengedip-kedipkan kedua matanya.
"Loh beneran Qilla? Kamu serius? Katanya enggak mau kok sekarang mau?" tanya Dady terkejut.
Sementara Rendy yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan mereka dari luar pintu yang kebetulan terbuka sedikit, seketika masuk ke ruangan Derandra "Jadi lo serius dek mau sekolah disini? Gw kira lo cuman bercanda doang," ujar Rendy sambil duduk disebelah Qilla.
"Ihhh iya lah Abang mana mungkin Qilla bercanda, emm boleh yaa Dad," ujar Qilla yang sangat memohon.
Meskipun Derandra masih terkejut atas keputusan yang dibuat oleh Qilla untuk bersekolah disini, namun Derandra sangat senang setidaknya untuk sementara Qilla menikmati hasil usaha kerja keras Dady nya selama ini.
Derandra menarik kedua sudut bibirnya dan mengelus rambut putri kesayangannya tersebut "Iya boleh dong Sayang, masa anak Dady gak boleh sekolah disini kan sekolah kamu juga," ujar Derandra.
"Yeyyyy jadi di bolehin kan Dad?" tanya Qilla dengan bersemangat.
"Iyaa Sayang," jawab Dady tersenyum.
Qilla pun langsung memeluk Dady nya tersebut sangkin senengnya "Uhhh makasihh Dad Sayangg dehh sama Dady," ucap Qilla.
"Yaelah gw gak di sayang ni?" tanya Rendy cemberut.
"Ehh iya iya sampai lupa ada lo Bang, pastinya Qilla sayang dong," jawab Qilla sambil memeluk Dady Dan Rendy.
Derandra sekarang sudah ada diatas panggung dan meminta semua guru dan murid siswa untuk berkumpul, dia akan memberitahukan sebuah informasi penting.
Dan dia rasa semua sudah berkumpul Derandra pun mulai berbicara, disampingnya ada Qilla yang ikut naik ke atas panggung bersama dengan Derandra "Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatu."
"Baiklah disini saya akan memberitahukan beberapa informasi penting untuk kalian semua, sebelumnya saya berterimakasih untuk Bapak kepala sekolah disini yang sudah memberikan izin saya untuk berbicara, baik langsung keintinya saja ya.. Bapak dan Ibu guru serta Anak murid sekalian perkenalkan ini Raqilla Audrey Derandra biasa dipanggil dengan sebutan Qilla dia adalah putri kesayangan saya, mungkin kalian semua baru melihat nya karena dia baru saja pulang ke Indonesia kemarin," ujar Derandra memperkenalkan Qilla.
"Haiii nama saya Raqilla Audrey Derandra, panggil aja saya Qilla." Qilla tersenyum sambil memperkenalkan diri.
"Ooh ternyata anak pemilik sekolah"
"Gila-gila cantik banget tu cewe pen gw gebet nanti"
"Idih paan sih ngumpulin kesini cuman ntuk ngenalin anaknya"
"Pantesan dia akrab sama Pak Derandra ternyata anaknya"
Begitulah kira-kira omongan netijen.
"Dan insya Allah dia akan bersekolah juga disini bersama kalian, saya harap anak-anak disini bisa berteman baik dengan Qilla yaa dan untuk informasi selanjutnya saya serahkan kepada Bapak kepala sekolah untuk berbicara, silahkan Pak..." ujar Derandra sambil memberikan mic kepada kepala sekolah untuk berbicara.
-
Selamat membaca:)) Jangan lupa tinggalkan Vote, like, dan kalau kalian suka jadiin Favorit juga supaya Author makin semangat bikin ceritanya!! Author juga butuh saran ni kalau masih banyak yang salah, Terimakasih🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Ayu
Lanjut teruss thorr😁
2020-11-15
1
Melin Marlina
semangat author
2020-11-14
4