Bab 4 : Damn ! He Took My First Kiss

Halo readers...

Ketemu Lagi kitaa..

Ingat Ya Jangan keluar rumah..

Aku Berjalan Gontai keluar dari Flatku menuju ke Kampus dengan memakai Pakaian tebal.

Aku menggerai rambutku yang berwarna coklat sepinggang.

Beberapa Pegawai Flat yang mengenalku menyapaku hangat, beberapa petugas laki-laki terlihat curi-curi pandang deganku. Aku memandangnya datar sambil terus berjalan.

Aku tidak bisa melupakan kejadian pada sore kemarin, untuk menghilangkan kegelisahanku aku memasang Headseat pada kedua telingaku yang otomatis memutar sebuah lagu dari boygrup favoritku, setidaknya dengan begini suasna hatiku kembali membaik.

Sejenak aku rindu pada Kampung halaman kakek dan nenek di Seoul, Korea Selatan. Aku juga merindukan Kedua orangtuaku yang telah tiada dua tahun yang lalu.

"Eva!!" Aku membuyarkan lamunanku dan menoleh. Mendapati Ria melambai sambil berlari.

"Selamat Pagi!" Sambutku saat dia tiba disisiku

"Pagi jugaa!!" Jawabnya ceria. Aku hanya tertawa. Kami berjalan bersisian hingga halaman kampus.

"Minggir Woy!!!!" Sebelum aku sempat menyadari hal itu, sebuah mobil melintas cepat diantara Aku dan Ria. Ria yang menyadari hal itu langsung sigap menghindar.

Buk

Aku tersungkur ke depan.Ria yang mengetahui itu langsung membantuku berdiri sebelum banyak mahasiswa yang mengerti kejadian saat aku jatuh. Uh.. pasti sangat memalukan.

"Makanya kalo jalan liat-liat dong!" Ucap Natalie saat mobil yang ditumpanginya berhenti didekatku.

"Jal*ng Jelek! Matamu pindah ke lutut?!" Bentakku

"Hei jaga ucapanmu!" Natalie balas membentak.

"Bagian mana ucapanku yang harus kujaga?!" Bentakku.

"Kauu!"

"Kenapa kau masih hidup? Kukira kau sudah punah karena terkena karma!" Sinisku lalu beranjak pergi.

"Are You okey?." Tanya Ria,

"Yes, I am" Aku membersihkan beberapa debu di baju tebalku. Natalie memang sangat menyebalkan, padahal kami satu Sekolah saat di SMA.

Hanya saja ia bergaul dengan orang-orang populer di Kampus, bisa dikatakan ia salah pergaulan. Sekarang ia menjadi sangat sombong. Dan sialnya, Hari ini ia satu kelas denganku di kelas Utama. Huft.. menyebalkan.

"Selalu saja mencari gara-gara. Jika kau tadi tidak menahanku mungkin aku sudah mencabik-cabik mukanya!!." geram Ria kembali saat melihat Natalie bersama gengnya.

"Sudahlah.. Biarkan saja." ucapku menenangkan. Lagi pula jika Ria terlanjur marah akan sangat susah untuk meredakannya.

Aku dan Ria terus berjalan hingga sampai dikelas Utama.

Hari ini aku dan dia ada di dalam satu kelas karena yang akan mengajar di kelas kami adalah Kepala jurusan Penelitian.

Aku duduk di sebuah bangku dekat jendela di sebelah kiri. Beberapa mahasiswa menyapaku ringan yang aku jawab dengan senyuman.

Beberapa Mahasiswa laki-laki juga tersenyum kepadaku namun aku abaikan. Aku tahu mereka menyukaiku tapi aku bersikap biasa saja dengan mereka.

Ria entah dia pergi kemana, sebelum masuk ke dalam kelas tadi dia pamit ingin ke toilet.

Aku menyibukkan diri dengan membaca buku yang aku pinjam di perpustakaan kemarin. Masa peminjamannya 1 buku satu minggu.

Kali ini aku membuka bab baru yang membahas tentang Pertarungan Bangsa Vampire dan Werewolf. Sampai telingaku tidak sengaja mendengar percakapan teman sekelasku, Laura dengan beberapa temannya.

"Eh tau nggak, katanya kemarin di halaman belakang sekolah ada mayat loh?!"

"Katanya juga sih, Itu mahasiswa Ilmu alam."

"Beneran??"

"Kata temen sebangkunya sih, gara-gara ulah vampire"

Deg.

Tiba-tiba tubuhku menegang saat aku mendengar kata yang membuatku teringat pada kejadian sore kemarin.

"Hah!?. Vampire lagi, ko bisa tau?"

"Dilehernya ada bekas gigitan. Terus, mayatnya juga nggak ada darah sedikitpun."

"Ih.. ngeri ya!. Pantesan tadi ada beberapa polisi di ruang kepala sekolah."

Seketika aku merasa wajahku sangat panas. Kejadian sore kemarin ditambah dengan berita ditemukan mayat mahasiswa membuatku kacau.

Aku tidak tahu mengapa hal ini dapat membuatku kacau, hanya saja ada rasa gelisah dan ketakutan di benakku saat nama vampire disebut.

"Eva!. Kamu kenapa?" Tanya Laura datang menghampiriku,

"Hah?. Aku kenapa?" tanyaku gagu,

"Muka kamu pucat." Laura memasang raut cemas.

"Em... aku ke toilet dulu deh." Aku tersenyum canggung dan langsung keluar.

Aku berjalan keluar kelas menuju ke taman Belakang sekolah untuk menenangkan diri. Namun karena aku tidak melihat ke arah depan saat berjalan-karena sibuk memikirkan tentang Vampire, seseorang menabrakku hingga aku terjatuh.

"Aduh! Kalau jalan liat-liat dong!" refleksku,

"Eh, maaf tadi aku tidak memperhatikan jalan." Orang yang kutabrak tadi membantuku berdiri. Saat aku mendongakkan kepala, satu hal yang terlintas di benakku.

Ganteng.

"Sekali lagi maaf ya, aku tidak sengaja."Ucapnya sambil tersenyum.

Aku hanya tersenyum kecil sambil terus menatap wajahnya. Hingga dia menggoyangkan tangannya di depan wajahku.

"Hei!" Serunya kecil,

"Eh.. iya apa?!" Sontak lamunanku buyar

"Justin." Dia mengulurkan tangannya,

"Oh, Eva." aku menyambut uluran tangannya.

"Mahasiswa baru?" Tanyaku, aku tidak pernah melihat dia sebelumnya.

"Iya, baru pindah." jawabnya sambil tersenyum. Astagaa... Senyumannya bisa membuatku meleleh.

"Kak Justin!!!" Teriak seseorang. Justin Menoleh aku menyembulkan kepala di balik tubuh Justin yang Ideal.

"Siapa dia?" gumamku hampir tidak terdengar.

"Kevin, dia adikku" Jawabnya, aku terkejut, bukan karena wajah Kevin yang hampir mirip dengan Justin, tapi karena indra pendengaran Justin yang tajam. Gumamanku yang tidak jelas tadi bisa terdengar olehnya.

"Tadi di cari Kak Felix!!." Serunya. Kulihat Justin hanya memasang wajah datar.

"Eeehhhh.... Siapa ini??" Tanyanya padaku mungkin. Kurasa dia mendekat sambil mengendus sekitar leherku.

"Manisnyaaa! Pseudoku menjadi naik saat menciumnya!" Ucapnya sambil menatapku tajam .

Aku sedikit risih dengan sikapnya hingga akhirnya ada yang menarik tubuhku kebelakang.

"Berani sentuh dia, aku pastikan kamu jadi vampire panggang." Suaranya terdengar seperti suara Bariton.

Aku melihat tangannya melingkar di pinggangku posesive.

Aku terkejut, dalam hati aku berdoa semoga dia bukan mantanku yang gila itu.

"Ehh.. Kak Felix." Kevin menantap Orang yang bernama Felix dengan cengiran seolah tidak merasa bersalah.

"Tunggu!. Felix?" Gumamku. Aku mengarahkan daguku ke atas. Aku mendapati wajah yang menurutku sempurna.

"Kita bertemu lagi Mate." ucap Felix sambil membalik tubuhku sehingga aku bisa menatap wajahnya dengan jelas.

Aku merasa ia mendekatkan wajahnya padaku hingga hidung kami saling menempel.

"Kau merindukanku hem?" Tayanya pelan. Aku dapat merasakan aroma mint dari nafasnya.

"Merindukanmu? Kau kira kau siapa yang berhak aku rindukan?" tantangku

Aku mencoba melepaskan pelukannya tapi dia malah mengeratkan pelukannya.

"Kakak hentikan, kasihan dia!." Kevin dan Justin tertawa melihatku yang sedang berusaha melepaskan diri.

"Lepaskan aku! Wajahmu sudah seperti unta gurun!" Ucapku sambil memukul bahunya.

"Unta guru yang mencintaimu." Bisiknya.

Dia hanya memasang Smirk miliknya lalu mendekatkan bibir tipisnya menuju ke bibirku.

"Saat bertemu denganmu aku merasa pseudoku bertambah" Bisiknya.

Aku memundurkan wajahku namun ia malah menelusupkan tangannya ke dalam rambutku untuk menahan tengkukku. Aku melebarkan mataku saat benda kenyal itu mendarat sempurna di bibirku.

1 detik..

2 detik..

3 detik..

Apaa? dia menciumku!!. Jeritku dalam hati saat aku tersadar dari blankku.

Terpopuler

Comments

irna salut

irna salut

eva dpet serangan fajar😂😂😂

2020-12-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!