Siang hari mulai mengganti kehangatan pagi, matahari menyinarkan cahayanya tepat diatas Kota Paris.
Suasana indah berbalut dengan angin yang lembut menerpa wajah Angela.
Sudah lama Angela tidak datang kedaerah pinggiran Kota Paris yang dulu tempatnya bermain bersama Morgan ketika baru pindah dari sebuah kota kecil di Prancis.
Tiba-tiba sebuah mobil Mini Coupe biru menikung dengan tajam didepan mereka tanpa melihat keberadaan mereka.
Angela sebenarnya ingin menilang mobil itu, namun Morgan menenangkannya.
"Bagaimana bisa kita memarahi seseorang dalam keadaan lapar?" Pikir Morgan menatap Angela yang sedang mengemudi.
Morgan dan Angela sempat tersesat karena mereka sama sekali belum tahu betul dimana lokasi Restoran West Side Paris itu berada.
Angela menggunakan insting polisi untuk meneliti area sekitar.
Dan ternyata papan identitas restoran itu sedang di restorasi sehingga menyulitkan mereka mencarinya.
"Ah, itu dia. Ternyata kita telah bolak-balik melewatinya hingga dua kali." Angela menghela nafas lega, akhirnya mereka berdua bisa mengisi perut mereka dengan makanan yang menarik yang telah direkomendasikan teman-teman Angela.
Tanpa menunggu lama, mereka langsung memarkirkan mobil Morgan dan masuk restoran dengan senang hati.
"Tempat ini cukup menarik, dan aroma pizza ini sungguh membuatku lapar," lanjut Angela ketika melihat dekorasi klasik di Restoran Pizza itu.
Dibagian sudut Restoran West Side Paris terdapat sebuah poster dengan wajah Morgan disana lengkap dengan album yang telah ditandatangani oleh Morgan Collins sendiri.
Ternyata pemilik Restoran, Benito Amelani adalah salah-satu penggemar Morgan yang setia menantikan karya-karya musikal Morgan
“Oh astaga Morgan ada disini,” bisik salah satu karyawan yang menjaga pintu masuk kepada seorang waiters yang sedang membersihkan beberapa makanan.
Waiters itu terlihat langsung pergi ke sebuah ruangan yang bertuliskan Manager.
Setelah beberapa saat, Amelani keluar dengan perasaan yang bahagia, ya, karena itu tercermin dari wajahnya yang berseri-seri ketika memandang Morgan memasuki restoran miliknya.
Amelani langsung mendatangi Morgan dan memintanya untuk foto bersama.
Morgan sangat ramah kepada fansnya yang sopan dan menghormati privasi Morgan, jadi Morgan dengan senang hati melayani Amelani dan beberapa karyawan yang juga adalah penggemarnya.
Morgan merasa diterima di restoran itu, hingga Morgan tersenyum namun tentu saja senyuman Morgan dihiasi dengan rasa lapar.
Morgan selesai melayani para fansnya Morgan menjelaskan pada mereka agar menghormati privasinya.
Morgan lalu memberikan salam kepada mereka dengan hangat dan pergi dari kerumunan itu.
"Angela, kurasa ini akan jadi tempat favoritku untuk menenangkan diri dan memuaskan perutku. Kulihat akhir akhir ini kau jadi lebih banyak makan. Kau tahu? Perutmu terlihat agak berisi dari sebelumnya." Morgan melemparkan senyum meledek kearah Angela ketika menaiki tangga ke lantai atas.
Mendengar ucapan Morgan, Angela melepaskan tatapan marah kepada Morgan karena untuk yang ketiga kalinya dia mengatakan bahwa Angela gemuk.
“Oh kalau begitu kita tidak jadi makan dan aku takkan meneraktirmu!” Balas Angela dengan perasaan yang geregetan.
“Astaga, ternyata gadis cantik ini bisa marah juga. Maafkan aku, gendut!" Jawab Morgan sembari berlari kecil setelah meledek Angela yang senang karena dipuji cantik sekaligus kecewa karena dibilang gendut.
Memang, akhir-akhir ini Angela merasa bahwa berat badannya bertambah, bahkan naik drastis.
Angela ingin sekali menjalani diet, namun ketika bertugas menyelidiki kasus-kasus yang membutuhkan keahlian pemikiran dan strategi sangat menguras tenaganya, hingga Angela mudah kelaparan dan tidak tahan akan godaan makanan-makanan yang enak, terlebih donut kacang.
Terkadang Angela bingung, masih banyak pria yang mengincarnya dan selalu menghubunginya siang dan malam, padahal Angela sudah menolak mereka berkali-kali tapi tetap saja para pria itu selalu berusaha mendekatinya dengan berbagai cara.
Bahkan kepala kepolisian Kota Paris yang terkenal akan pesonanya yang menawan tidak dapat meluluhkan hati Angela yang sudah jatuh kepada seseorang.
Morgan dan Angela akhirnya tiba lantai 2 restoran itu dan melirik ke sekeliling ruangan.
Lantai 2 agak berbeda dari lantai 1 yang didekorasi klasik, lantai 2 lebih dipenuhi oleh pohon-pohon kecil dan tanaman bunga lengkap dengan ornamen modern yang menambah pesona disana.
Angela mencium aroma hutan kesukaannya dilantai 2 dan membuat amarah Angela mereda dan mulai menikmati area itu.
"Kurasa ini spot yang bagus, berada di pinggir jendela kaca yang besar dan aku bisa melihat dengan jelas pemandangan pinggiran Kota Paris dari sini," jelas Morgan ketika memerhatikan keindahan pemandangan pinggiran kota yang menenangkan pikirannya.
"Kurasa aku harus diet, karena ucapanmu tadi cukup membuatku merasa bahwa badanku memanglah gemuk," jawab Angela dengan nada mengeluh.
Rupanya Angela selalu memikirkan kata-kata yang diucapkan Morgan, entahlah, namun kata-kata Morgan itu terasa seperti sebuah kejujuran yang menyakitkan.
"Oh ini dia, nampaknya seorang gadis didepanku sedang memikirkan kata-kataku. Tapi memang kau agak sedikit melebar dan kau terlihat seperti orang yang sedang mengandung 5 bulan."
Morgan tertawa ketika menatap Angela. Mendengar gurauan itu, Angela juga tertawa dengan perasaan tersinggung.
Ketika Morgan duduk menghadap kearah ujung restoran itu, Morgan melihat ada dua orang gadis yang sedang menikmati Pizza mereka.
Wanita yang satunya terlihat seperti anak kecil dan yang satunya ... itu ... sangat cantik.
Dia memiliki rambut golden yang diikat rapi, senyumannya menawan, gerakan matanya anggun, dan ... matanya ... berwarna rose?
Bagaimana bisa banyak sekali gadis bermata rose yang ditemui Morgan, entah itu saat pesta dansa, tadi pagi ketika di halte, dan sekarang di restoran?
Morgan lalu memandang gadis bermata rose itu dengan baik, ketika melihat ke lutut kaki kirinya, Morgan melihat ada luka yang ditutupi dengan plester.
Sebuah plester bergambar karakter yang mirip dengan plester yang diberikannya pada seorang gadis tadi pagi.
Tunggu dulu, apakah itu ... dia?!
Bagaimana bisa?
Ah tidak mungkin, gadis itu sudah pergi ke kereta bawah tanah.
Lagi pula stasiun kereta bawah tanah cukup jauh dari sini, juga tidak ada halte bus disini.
Morgan yang penasaran pada gadis itu, terus menatapnya dari kejauhan sembari mengobrol pada Angela yang sedang berfokus padanya.
"Hei Morgan! Apa kau tidak mendengarkanku?" Tanya Angela melihat tatapan Morgan tidak padanya, namun kearah belakanh Angela.
Angela membalikkan badannya dan melihat seorang gadis berambut golden yang sangat cantik sedang duduk bersama ... adiknya?
"Ah tidak. Aku hanya kepikiran beberapa hal. Oh iya Angela, apa kau percaya jika semesta mengizinkan, maka hal yang mustahil dapat menjadi mungkin?" Morgan mengarahkan pandangannya pada Angela yang sedang melihat gadis itu.
"Hm, nampaknya bisa dibilang seperti itu. Bagaimanapun, jika semesta telah menentukan kalian akan bersama, maka apapun yang terjadi, kalian tetap akan bersatu."
"Baiklah, aku akan mendatangi gadis itu dan mengecek takdirku sendiri."
Morgan beranjak dari tempatnya dan berjalan perlahan kearah gadis itu.
"Aku yakin ... ini adalah dirinya. Mata rose dan kaki kirinya ...."
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Little Peony
Like like like
2021-02-21
0
Emonee
lanjut like
2021-02-10
0
Ismi Kawai
5 like buat kamuuu
2021-01-02
1