...Pertemuan kita, semuanya, aku percaya itu adalah sebuah rancangan yang indah....
Cuaca hari ini cukup mendung, awan-awan berkumpul dan menggumpal.
Mungkin hari ini akan turun hujan.
Entahlah, apapun itu, Morgan tetap ingin pergi ke sebuah toko buku dan membeli beberapa buku Best Seller.
Toko buku berada tidak jauh dari apartemen Morgan, hanya cukup turun kebawah lalu menyebrangi jalan, maka ia sudah sampai di toko buku langganannya.
Morgan sebenarnya adalah seorang artis senior yang telah mengeluarkan puluhan album musik.
Bahkan karya-karya musikalnya banyak mendapat penghargaan, salah satunya adalah lagunya yang berjudul "Our Destiny".
Lagu ini telah mendapat penghargaan Best Song Of Decade.
Namun, Morgan lebih menyukai sebuah buku.
Entah itu novel, buku sains, hingga buku-buku puisi lengkap menghiasi lemari-lemari apartemennya.
Langkah Morgan akhirnya tiba di depan toko buku langganannya.
Ketika ingin masuk, Morgan melihat seorang gadis yang memiliki rambut golden sedang memilih buku di sudut toko.
"Sudut toko? Semua yang ada disana adalah buku-buku yang tidak laku," pikir Morgan saat berjalan masuk.
Morgan berjalan ke deretan beberapa buku best seller bulan ini untuk membeli semuanya.
Ketika Morgan keluar dari toko buku, Morgan memandang keatas dan melihat langit yang begitu mendung dan suram.
Morgan berlari ke sebuah cafe untuk memesan kopi latte hazelnut, kopi kesukaannya.
Morgan duduk di sudut cafe, disamping jendela yang menghadap ke arah jalan.
Di seberang jalan dari cafe itu, Morgan melihat halte yang telah lama tutup karena halte itu berada cukup jauh dari pemukiman apartemen sehingga otoritas kota membuat halte yang baru didekat apartemen.
Morgan memandang awan, lalu hujan yang deras akhirnya turun juga membasahi semua daratan Kota Paris, menutupi setiap sudutnya dengan rintikan air yang turun.
Morgan menyesap latte nya dan membaca sebuah buku novel yang baru dibelinya.
Didepan buku ini terdapat sebuah quotes bertuliskan, "Jodohmu dapat berada dimana saja, bahkan didepanmu.
Kau takkan pernah menyadari jika kau baru saja akan melihat dan bertemu dengannya."
Morgan tersenyum setelah membaca quotes ini, ya, karena Morgan telah menjalin beberapa hubungan, namun semuanya tidak berjalan dengan baik hingga harus berpisah.
Ketika Morgan membaca quotes itu, Morgan memandang keluar jendela dan melihat gadis yang membeli buku disudut toko sebelumnya sedang berlari menembus derasnya hujan.
Karena terlihat buru-buru, gadis itu tergelincir dan jatuh.
"Kurasa dia akan terluka jika jatuh seperti itu. Mengapa dia malah menunggu bus di halte yang telah berhenti beroperasi? Kurasa aku harus memberitahukannya."
Morgan keluar cafe dan masuk ke sebuah toko yang berada disebelah cafenya.
Morgan berniat untuk membeli plester, namun ketika hendak keluar, Morgan melihat payung yang di letakkan didepan pintu toko, jadi Morgan membeli payung sekaligus untuk diberikan pada gadis yang terluka itu.
Morgan sebenarnya sempat ragu untuk mendatangi gadis itu, Morgan merasa khawatir jika gadis itu menolak dan bahkan mengira dirinya orang jahat.
Namun, quotes yang baru saja dibacanya tadi memberikan Morgan semangat untuk tetap maju.
Lagi pula, Morgan berniat baik, jadi apa salahnya jika Morgan mencoba.
Langkah demi langkah yang dilalui Morgan terasa tidak meyakinkan, seperti niat baiknya takkan tersampaikan sesuai harapannya.
Anehnya, kaki Morgan justru terus melangkah maju dan menentang pikiran Morgan yang ingin mundur dan berlari kembali.
Perlahan mendekat dan mendekat, akhirnya Morgan tiba didepan halte itu lalu Morgan langsung duduk disebelah gadis itu dengan jarak yang cukup jauh.
Ketika Morgan sudah berada di sebelahnya, tatapan Morgan dan gadis tiba-tiba itu bertemu.
Mata rose yang cerah terpancar dalam tatapan gadis itu hingga membuat jantung Morgan berdebar.
Morgan duduk dan memandang kearah lutut kiri gadis itu.
Ternyata kaki kirinya benar terluka.
Sepertinya gadis ini tidak membawa obat ataupun plester untuk menutup lukanya.
Benar saja apa yang diprediksikan Morgan sebelumnya bahwa gadis ini akan terluka setelah tergelincir seperti itu.
Ragu-ragu namun cukup berani, Morgan merogoh kantong celananya dan mengambil sebuah plester.
"Lututmu terluka. Halte ini telah tutup, pergilah ke halte di seberang sana," tutur Morgan kearah gadis itu lalu memberikannya sebuah plester.
Morgan cukup lama menunggu gadis itu mengambil plester yang diberikannya, namun akhirnya gadis itu tersenyum dan mengambil plester dari tangannya.
"Terima kasih," nadanya lembut membalas kebaikan Morgan.
"Baiklah, karena aku sudah membeli sebuah payung dan sekaligus ingin memberitahukannya bahwa halte ini telah tutup, sebaiknya aku pergi dan meninggalkan payung ini disini.
Semoga gadis ini keluar dari halte ini dan pergi ke halte diseberang sana atau menggunakan kereta bawah tanah," pikir Morgan berdiri lalu pergi menembus derasnya hujan menuju kafe di sebrang jalan.
"Oh iya, apa dia tahu bahwa aku meninggalkan payungnya?" Morgan membalikkan badannya dan mengarahkan jari telujuknya ke arah payung yang ada diujung halte.
Morgan melihat gadis itu memandang ke payung tersebut, jadi Morgan melanjutkan perjalanannya menuju cafe.
"Morgan, kenapa kau basah seperti ini? Kau bisa sakit." Angela memasangkan handuk pada Morgan dan menyuruhnya untuk masuk ke lantai 2 cafe miliknya untuk menghangatkan dirinya.
Morgan duduk diatas dan memandang keluar.
Morgan melihat gadis itu membuka payungnya dan mulai berjalan menjauh.
Seberkas senyuman terpampang di bibir Morgan setelah membantunya.
Akhirnya, gadis berambut golden itu menghilang dibalik derasnya hujan dari pandangan Morgan.
Sepertinya gadis itu akan menuju ke stasiun kereta bawah tanah, karena Morgan melihat halte bus yang baru dipenuhi banyak orang yang berteduh.
"Dia cantik," gumam Morgan dalam hatinya.
"Hei Morgan! Sedang apa kau melamun?" Angela mengagetkan Morgan yang benar-benar sedang melamun memikirkan gadis itu.
"Oh tidak, aku hanya menikmati hujan yang turun ini." Morgan kembali menyesap latte nya dan mulai mengobrol dengan Angela, sahabatnya.
...
Hujan yang lebat akhirnya telah berhenti. Matahari kembali bersinar tepat diatas kepada mereka.
"Morgan, apa kau lapar?"
"Ya, lagi pula ini sudah siang. Kita belum makan siang."
"Aku tahu dimana restoran yang menyajikan makanan enak! Ayo kita pergi kesana. Lagi pula matahari telah muncul." Angela menarik tangan Morgan dan membawanya keluar memasuki mobil Angela.
Biasanya, pada hari minggu pagi Morgan dan Angela akan berjogging, namun karena hujan yang cukup deras membatalkan rencana mereka.
"West Side Paris ... dimanakah restoran itu? Kurasa ada disekitar sini," ucap Angela yang mengemudi sambil melihat ke sekelilingnya.
Ketika Morgan dan Angela melintasi sebuah taman, mobil mini coupe biru tiba-tiba berbelok dengan tajam didepan mereka hingga hampir menabrak kendaraan mereka.
"Huh, hampir saja. Bagaimana bisa seseorang mengendara ugal-ugalan seperti itu?!"
Angela yang merupakan seorang polisi hendak menghentikan mobil itu dan menasehatinya, namun Morgan menenangkannya dan menyuruhnya tetap jalan dan mencari tujuan mereka.
Ketika melanjutkan perjalanan, Morgan memandang jalanan disampingnya yang penuh dengan aroma hujan, semua itu mengingatkan Morgan pada seseorang.
"Mata gadis itu ... mengingatkanku pada seseorang. Rambut goldennya, senyumannya, dan tatapannya ... semuanya, aku menyukainya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Cirludin Birds
ni contoh karya novel terbaik yg aku baca..temasuk ranking 3 besar..sio
p thor..jarang bngt yg bs bkin cerita fiksi ky gni..ku merasa lg nonton film holywood..kuereeen pkknya..kshtau aku karyamu yg lainnya thor..ni wa aku 083826978919
2021-04-06
0
Whiteyellow
Aku datang..terima kasih sudah mampir dan saling dukung..selamat berkarya dan semoga sukses
2021-03-27
0
Cahaya mata
3 like untuk salam perkenalan dari **Istri Simpanan Sang CEO
2021-02-04
0