Aditya masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar sedangkan Jono menuju garasi. Setelah memarkir mobil, Jono berencana ingin menemui pacarnya dan akan menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. Dia tidak perlu datang lagi sore ini karena Aditya akan pergi berdua saja dengan Zora menghabiskan malam itu dan Aditya kembali lagi ke Singapura.
Jono menggantungkan kunci di mana dia selalu menggantungnya kemudian bergegas ke arah barat hendak menemui pacarnya.
Sesampainya di dalam kamar, Aditya mendapati Zora sedang tertidur pulas. Dia mendekat ke arah Zora dan mengecup kening Zora lembut, kemudian dia masuk ke kamar mandi. Dibasuhnya mukanya dengan lambat seperti hendak menikmati momen bertemunya air dan wajahnya yang sedikit kusam, setelah itu dipandangnya air yang mengalir keluar dari . Diangkatnya kepalanya, dipandanginya wajahnya pada kaca yang ada di depan wastafel, dia tidak segera membasuh wajahnya itu agar dingin dari air mengurangi panas yang ada di wajahnya. Entah apa yang ada di pikirannya, sangat lama dia memandangi bayang dirinya di dalam kaca itu, Aditya seperti ingin mengutuk dirinya sendiri karena telah melakukan hal bodoh, dia sangat bersalah dengan Zora.
Dibasuhnya wajahnya, dia minum segelas air dingin dan segera menuju tempat tidur di mana Zora sedang tertidur pulas. Direbahkannya badannya di belakang istrinya, dipeluknya Zora dari belakang, dikecupnya ubun-ubun istrinya itu dengan sangat hati-hati, dia tidak ingin mengganggu tidur Zora. Saat ingin memejamkan matanya, ponselnya berbunyi, dia segera berbalik meraih ponsel yang diletakkan di atas meja di bawah lampu tidur. Dia melihat panggilan dari Amelia, dia menolak panggilan itu dan menonaktifkan ponselnya dan kembali berbalik ke arah istrinya. Tidak lama setelah itu akhirnya mereka berdua sama-sama tertidur pulas.
Saat Zora terbangun, dia merasakan ada tangan seseorang memeluk badannya. Dia melihat jam tangan di tangan orang itu, akhirnya dia sadar suaminya sudah pulang. Tanpa melepaskan tangan yang memeluk badannya, dia membalikkan badannya dan kini wajah tampan Aditya ada tepat di depan wajah cantik Zora. Dinikmatinya pemandangan di depannya dengan sungguh-sungguh, tidak terasa air matanya mengalir pelan, entah apa yang membuatnya menjadi sedih demikian. Dikecupnya pelan dahi Aditya, dia tidak ingin segera membangunkan Aditya, dia tidak tahu sudah berapa lama suaminya itu berada di sana, tertidur.
Zora seperti memendam sesuatu, apakah firasat perempuan yang terkenal itu sedang bekerja pada Zora? Apakah dia punya firasat jika ada perempuan lain yang sedang berusaha mendekati suaminya? Yang jelas, perilaku Zora sedikit berbeda kali ini, akhir-akhir ini dia semakin melankolis. Harusnya Zora tidak sedih dan muram lagi, Aditya suaminya sedang di hadapnnya, anak yang sudah dinanti-nanti mereka juga sudah akan segera hadir di tengah-tengah keluarga kecil mereka.
Zora mengangkat pelan lengan suaminya, pelan sekali, agar tidak mengganggu tidurnya hingga membuat Aditya menjadi terbangun. Setelah itu dia bergegas ke kamar mandi, membasuh wajahnya, dia ingin sesegera mungkin menyingkirkan sisa air mata yang baru saja mengaliri pipinya.
Pukul 16.00 Zora membangunkan Aditya. Setelah berbenah mereka berdua berangkat ke restoran di sekitar Jakarta Selatan, di mana Aditya sudah melakukan reservasi terlebih dahulu karena kalau tidak, mereka bisa saja tidak akan dapat tempat, banyak orang kaya yang ingin makan di restoran itu, bukan karena murahnya, justeru karena mahalnya, orang kaya aneh ya? Hehehe. Memang mahal, namun keramahan para pelayannya sangat mengagumkan, semua yang bekerja di sana sangat profesional, dan tentu saja makanannya enak sekali, hampir semua makanan yang ada di sana sudah pernah dicicipi Zora dan belum pernah satupun makanan yang mengecewakannya.
Zora turun dari mobil, dia memakai gaun berwarna biru dongker serasi dengan tas kecil yang ada di genggamannya, Zora sudah tampil bak foto model profesional sedangkan Aditya memakai tuxedo berwarna biru, kemeja di dalamnya berwarna putih dan dasi berwarna biru lebih muda menambah ketampanannya.
Sebenarnya Zora tidak terlalu suka memakai gaun namun Aditya selalu memaksanya untuk tampil dengan gaun, Aditya berpendapat kharisma Zora akan keluar saat mengenakan gaun. Dan bujuk rayu Aditya tidak pernah mendapat tolakan dari Zora, Aditya memiliki keahlian khusus dalam bernegosiasi. Penilaian Aditya memang benar, dan Zora, seperti biasanya, dia selalu mengalah, dia tidak mau ribut hanya karena hal-hal kecil begitu, menurutnya masih banyak hal-hal besar yang perlu diperdebatkan.
Setelah keluar dari mobil, Aditya menyerahkan kunci kepada penjaga parkir valet, kemudian dia meraih tangan Zora menuju ruangan VVIP yang sudah dipesannya, dihantar oleh pegawai restoran.
Pegawai restoran mempersilakan tamunya masuk, “Silakan Pak, Ibu!” Di dalam ruangan kecil itu sudah ada meja dengan dua kursi dan dua pelayan yang siap sedia untuk menggeser kursi agar tamunya masuk.
“Silakan Pak/Bu!” Kedua pelayan yang menunggu tadi mempersilakan Zora dan Aditya untuk duduk.
“Terima kasih!” Aditya dan Zora serentak berterima kasih kepada kedua pelayan itu dan segera duduk.
Setelah tamunya duduk, mereka semua keluar dari ruangan itu dan memberikan waktu untuk sepasang suami istri itu menikmati apa yang ada di meja sebelum makanan pesanan mereka datang satu per satu.
Di meja makan itu ada rangkaian bunga yang indah, ada juga lilin menambah suasana romantis.
“Semoga kamu suka ya, sayang.” Aditya membuka pembicaraan. “Asli, kamu cantik sekali malam ini, sayang!” Aditya mulai menggombal orang yang tidak perlu digombal.
“Pasti suka dong, mas. Dan terima kasih sudah menggombal barusan, sudah lama rasanya saya tidak dapat gombalan semacam itu, hahaha.” Gelak tawa pecah seketika namun tidak akan ada yang mendengarnya dari luar karena ruangan itu didesain kedap suara.
Aditya sangat senang dengan suasana itu, sangat cair, dia semakin percaya diri dan mulai mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Kotak kecil itu diserahkan ke tangan Zora. “Semoga kamu suka ya, sayang.”
“Wah! Saya tidak mengharapkan apa-apa, mas, malam ini. Makan malam mewah ini saja sudah lebih daripada cukup. Kenapa harus repot-repot!?” Zora tidak menyangka akan ada hadia-hadiah segala, tidak ada yang perlu dirayakan, masa hanya karena hamil langsung dihadiahi cincin semahal ini? Lagian, dia tidak pernah minta dibelikan sesuatu, dan jika ada yang benar-benar diinginkannya dia tidak akan pernah sungkan menyampaikannya kepada suaminya itu.
Zora membukakan kotak hadiah yang diberikan suaminya itu. Dia mendapati satu cincin berlian, dia tidak ahli dalam mengukur berlian, namun satu yang pasti, cincin ini pasti sangat mahal.
“Gimana? Sini saya bantu pakaikan!” Aditya berusaha membantu memasukkan cincin itu ke jari manis Zora karena dia melihat Zora hanya tertegun dan bengong melihat apa yang baru saja didapatkannya dari Aditya.
Akhirnya cincin itu terpasang di jari manis sebelah kanan Zora karena jari manis sebelah kiri sudah punya penghuni, cincin pernikahan mereka 10 tahun yang lalu.
Zora tentu saja sangat senang dan langsung berterima kasih kepada suaminya itu. “Terima kasih, sayang!” Tangan mereka berdua saling usap di atas meja yang ada lilinnya itu.
“Sama-sama, sayang.” Aditya membalas Zora, di dalam pikirannya, dia sangat bangga bisa membuat Zora bahagia, dia merasa perasaan bersalahnya berkurang sedikit. "Maafkan aku, sayang, karena tidak bisa menghindar dari perangkap Amelia." Bisik Aditya dalam hati, tentu saja dia tidak akan membuat pengakuan malam itu, berpotensi merusak suasana romantis dan ceria yang sejauh ini sudah bisa dibangun oleh keduanya.
Malam itu malam yang sangat spesial bagi Zora dan Aditya. Mereka berdua pulang ke rumah dengan keadaan puas. Sesampainya di rumah, keduanya langsung menuju kamar. Sebelum tidur, Zora mengambil ponselnya dan ingin menghidupkan alarm agar besok pagi mereka tidak kebablasan tidur sedangkan Aditya masih menyempatkan membuka laptop, mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaannya.
Saat hendak meletakkan kembali ponselnya, Zora melihat notifikasi WA di ponselnya, dari Jono. "Saya sudah putus dengan pacar saya, bu!" Setelah itu, ada banyak lagi pesan yang dikirimkan Jono dan Zora tidak ingin membacanya semua malam itu seakan dia sudah tahu apa maksud Jono di seberang sana.
Zora meletakkan ponselnya dengan keadaan terbalik, layarnya menghadap ke bawah. Dia pergi menuju Aditya suaminya. Dipeluknya suaminya dari belakang. Zora tidak mau melewatkan malam ini tanpa Aditya memanjakannya atau Zora memanjakan Aditya, atau saling memanjakan, karena Aditya besok pagi-pagi sekali akan berangkat lagi ke Singapura untuk mengurus bisnisnya di sana.
Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum lanjut...😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Qiana
Salam Pagi 🙏🙏
Era Berdarah Manusia
I Firmo
🌹🌹🌹💐💐💐
2021-12-02
0
Dania
Salam 🙏🙏
Era Berdarah Manusia
I Firmo
⭐⭐⭐⭐⭐
2021-11-30
1
Miss haluu🌹
eh..eh..eh..eh.. Bang Jono! ternyata kau nakal juga ya..??🤭
hmmm.. aku jd curiga...🙄🤔
2021-09-07
1