Amelia tidak peduli dengan keluhan pria yang kini memangkunya. Bibirnya mendekat ke arah bibir Aditya. Aditya tidak berdaya, jauh di dalam lubuk hatinya, dia juga sebenarnya menginginkan hal itu. Aditya berupaya menggunakan logikanya dan menekan nafsunya dalam-dalam. Aditya berusaha berdiri dan hendak menyingkirkan tubuh Amelia yang semampai namun usahanya sia-sia saja, tangan Amelia sudah melingkar kuat di lehernya sedangkan kedua kakinya melingkar di pinggang Aditya.
Aditya putus asa, akhirnya dia pasrah dengan kemauan Amelia. Sebenarnya kalau mau kasar, Aditya bisa saja melepaskan diri dari nafsu Amelia yang sudah memuncak, namun logikanya menimbang-nimbang, jika dia melakukan itu, bisa saja Amelia melakukan hal-hal yang merugikan dirinya. "Bagaimana jika Amelia malah berteriak, pura-pura jadi korban karena saya berusaha memperkosanya?" Aditya mengingatkan dirinya sendiri.
Demi menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, Aditya terpaksa merelakan Amelia menikmati tubuh atletisnya.
Hari ini mungkin hari sial Aditya, entah mengapa dia menerima undangan Amelia untuk bertemu, dia tidak menyangka akan terjadi hal-hal seperti yang baru saja terjadi. Namun, dia tidak ingin menyangkal jika hasratnya mulai muncul, bagaimanapun dia menikmati juga, namun perasaan bersalah terhadap istrinya, Zora, lebih mendominasi, dia tidak mau membalas cumbuan Amelia namun tidak juga menolak, dibiarkannya Amelia menyelesaikan misinya.
Amelia sadar jika saat ini Aditya belum bisa ditaklukkan, namun dia tidak peduli, dia bisa menikmati apa yang ada sekarang. "Suatu saat, pasti dia akan jatuh ke pelukanku juga, lihat saja nanti." Bisik Amelia dalam hati. Diyakinkannya dirinya, dia sangat percaya diri, mengapa tidak, selama ini, semua pria yang ditargetkannya pasti bertekuk lutut di hadapannya.
“Terima kasih ya Dit, sudah mau menemaniku hari ini. Semoga kita bertemu lagi dan bisa lebih lepas tanpa beban bersalah kepada siapapun.” Amelia dengan gamblang mengatakannya, dia tahu apa yang sedang dipikirkan Aditya, dia tahu bahwa ada sosok Zora yang menjadi alasan Aditya tidak membalas cumbuannya tadi.
“Maafkan saya Mel, tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan.” Tidak ingin mendebat Amelia, Aditya malah meminta maaf, bahasanya diplomatis tidak segamblang Amelia. Amelia diperlakukan layaknya seorang klien yang keinginannya tidak bisa dipenuhi. Dasar Aditya, selalu memakai perasaannya untuk tidak menyinggung orang-orang di sekelilingnya. Selain itu dia juga sadar betul walaupun dia mengatakan dengan gamblang bahwa dia tidak suka diperlakukan demikian Amelia tidak akan peduli.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, Dit. Saya maklum jika kamu berlaku demikian, tapi ingat, keinginan harus diperjuangkan, jangan mudah menyerah.” Amelia seolah ingin memberikan ultimatum bahwa dia tidak akan menyerah begitu gampangnya.
Aditya sedikit terkejut mendengar jawaban Amelia. "Bukannya merasa bersalah malah dia mulai memberikan peringatan. Apa yang mau dilakukannya nanti?" Aditya bersungut dalam hati sekaligus waswas dengan apa yang kemudian akan terjadi. Sedangkan Amelia seolah tahu apa yang ada di dalam pikiran Aditya malah tersenyum ingin menggoda Aditya.
Waktu menunjukkan pukul 11.11, Amelia menarik tangan Aditya menuju pintu keluar. Amelia mengantarkan Aditya ke lobby restoran. Seolah tidak peduli dengan pandangan orang-orang di sekitarnya, Amelia tidak mau melepas lengan kiri Aditya. Aditya tidak mau ada hal-hal yang tidak diinginkannya terjadi, dibiarkannya saja hal itu terjadi sedangkan tangan kanannya memegang ponsel yang kini tertempel di telinga kanannya. “Jon, jemput di lobby ya!” Perintah Aditya melalui ponselnya.
Sampai mobil yang disetir Jono sampai di lobby restoran, Amelia belum melepaskan lengan Aditya. “Terima kasih ya, Dit, sudah mau mampir. Kapan-kapan mampir lagi ya!” Amelia melepas kepergian pria pujaannya itu dengan berat hati. Dihiburnya sekali lagi hatinya karena belum bisa menaklukkan Aditya, "Gak apa-apa Mel, masih banyak kesempatan, akan tiba saatnya!"
“Sama-sama, Mel. Terima kasih juga sudah mengundang saya. Saya pamit dulu ya.” Dibalasnya Amelia dengan baik, dia berusaha berlaku jika tidak ada apa-apa yang salah telah terjadi di ruang VVIP tadi. Dia masuk ke mobil dan menurunkan kaca untuk berpamitan untuk yang kedua kalinya, dilambaikannya tangannya, sebisa mungkin dia berlaku sebiasa mungkin.
Namun sebagus apapun akting Aditya, demi apapun, Jono sudah melihat tangan Amelia menggandeng lengan Aditya tadi. Saat Jono turun dan membukakan pintu untuk tuannya itu tadi, Amelia sempat menggodanya dengan mengedipkan sebelah matanya ke arahnya, ke siapa lagi kalau bukan ke dirinya. Dia tahu jika sudah terjadi sesuatu di dalam tadi, namun semuanya itu dipendam Jono, tidak mungkin juga dia berlaku sebagai detektif dan menanyakan hal-hal itu kepada tuannya. Dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia juga bangga dengan dirinya sendiri. Jika perempuan secantik Amelia juga menggodanya, berarti dia tidak kalah tampan dari tuannya sendiri.
“Kita kemana, Pak? Apa langsung ke rumah saja?” Jono bertanya kepada tuannya, kalau-kalau tuannya ingin ke tempat lain dulu sebelum pulang ke rumah.
“Kita ke Mall Ambassador dulu ya, Jon!” Aditya jadi kepikiran ingin membelikan sesuatu kepada Zora. Sebenarnya dia tidak ada niat membeli perhiasan ke Zora, namun seperti ingin menghapus rasa bersalahnya terhadap istrinya itu, maka dia ingin menghadiahi Zora sesuatu.
“Baik, Pak!” Jawab Jono dengan sopan, disetirnya mobil menuju Jl. Prof. DR. Satrio. Selebihnya mereka berdua hanya duduk terdiam. Jono tidak terlalu fokus menyetir, pikirannya melompat-lompat ke Zora istri tuannya, ke pacarnya, dan terakhir ke Amelia, ketiga perempuan itu seperti slide Microsoft Power Point yang hadir bergantian di benaknya. Sedangkan Aditya kelihatan sibuk memainkan ponselnya namun pikirannya masih melayang ke peristiwa di restoran tadi.
Macetnya Kota Jakarta membuat mobil mereka berjalan sangat lambat. Aditya mulai menghitung-hitung di dalam benaknya berapa energi yang terbuang sia-sia di jalanan Kota Jakarta setiap hari, setiap bulan, setiap tahun. Dasar otak bisnis, Aditya tidak suka ada hal yang terbuang sia-sia. "Seharusnya pemerintah mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang baik untuk mengurangi kemacetan di Jakarta, dan kebijakannya itu harus dijalankan sebagaimana mestinya." Aditya protes di dalam hatinya.
Akhirnya mereka sampai di Mall tujuan mereka. Jono menunggu sekitar 20 menit sampai dia menerima perintah dari Aditya untuk menjemputnya di lobby.
Jono melihat tuannya memegang sebuah bungkusan di tangan kanannya. Melihat brand yang tertulis di bungkusan itu, sepertinya tuannya telah membeli sebuah perhiasan. "Pasti untuk Zora, untuk menghilangkan rasa bersalahnya terhadap istrinya itu." Batin Jono, setelah itu Jono tersadar dan membatin lagi, "Eh, apa urusanmu Jon, kenapa mikir yang enggak-enggak terhadap tuanmu." Jono seperti punya dua roh yang sedang berdebat di pikirannya.
Mobil yang dikemudikan Jono mendekati Aditya. Sebelum Jono keluar dari mobil untuk membukakan pintu kepada tuannya itu, Aditya mengetuk mobil memberi kode untuk Jono tetap di dalam dan Aditya membuka sendiri pintu dan masuk ke dalam mobil. “Jon, ini saya titip di mobil, ya! Nanti saya mau memberi kejutan ke Ibu, kalau saya bawa sekarang takutnya Ibu sedang ada di depan dan melihat bungkusan ini. Tolong simpan di dasbor ya, Jon!” Perintah Aditya panjang lebar. Sebenarnya Jono tidak perlu tahu kalau dia ingin memberi kejutan ke Zora, dan hal itu disadarinya belakangan setelah dia selesai bicara. Entah mengapa dia harus mengatakannya, Aditya merasa konyol sendiri, mengapa dia seolah mau membenarkan apa yang ada di pikiran Jono?
“Baik, Pak. Wah, Ibu sangat beruntung punya suami seperti Bapak. Saya pasti melaksanakan perintah Bapak dengan sebaik-baiknya demi kebahagiaan Ibu.” Jono berusaha mencairkan suasana, dia tahu apa yang ada di dalam pikiran tuannya. Dia tidak mau kalau tuannya tahu kalau dia paham apa yang sedang terjadi. Walau tidak tamat, setidaknya Jono sudah pernah belajar psikologi, jadi dia bisa membaca perilaku seseorang.
Jangan lupa tinggalkan jejak sebelum lanjut...😉
Baca Juga: Cinta Tak Bertuan by Otom (Lihat pada profil)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Qiana
Tingkatkan mutu
Ukir karya
Raih segala asa
Sukses selalu buat Author
👍👍👍👏👏👏
2021-12-02
0
Dania
Semangat Zora
🌹🌹🌹🌹🌹
2021-11-30
0
Miss haluu🌹
Mana ada kucing yg dikasih ikan nolak?
Daripada mundur kena mendingan maju aja deh sekalian 😎
Dasar si Aditya!! Laki² dimana-mana sama aja!! ngeselin!!😤😠
2021-09-07
1