Clara dan Steven ada di dalam sebuah bus kota saat ini. Clara melirik Steven takut-takut. Sesungguhnya ia tidak diperbolehkan keluar tampa izin ketika ia memutuskan tinggal di asrama.
Ada jam-jam dan hari tertentu untuk mereka memiliki waktu bebas keluar. Hanya saja saat melewati gerbang pemeriksaan, begitu Steven bilang akan mengembalikannya sebelum jam malam, penjaga segera melepaskan mereka.
"Kita mau kemana?" tanya Clara, dia menoleh sedikit pada Sam dan yang lain dibelakang. Teman-teman Steven yang mengikutinya. Meminta jawaban namun ketiganya hanya menatapnya. Seolah berkata kami tidak bisa menjawabnya.
Bus berhenti di sebuah halte dan Steven bangkit. Mereka mengikutinya turun. Steven ternyata mengajak mereka memasuki sebuah mall.
"Pilihkan aku beberapa pakaian," pintanya pada Clara ketika mereka memasuki sebuah butik.
"Hah?"
Clara yang heran dan bingung, namun menurutinya. Dia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru, mencari letak pakaian pria.
Karyawan toko menemaninya dan menunjukkannya berbagai koleksi mereka. Clara merutuki Steven dalam hati, semua baju disana dengan merk mahal, semuanya dengan harga fantastis. Dia bahkan tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh si mbak karyawan butik itu. Sementara Steven hanya duduk dan memainkan ponselnya.
Teman-temannya saja berbelanja dan memilih sendiri pakaian mereka. Namun Steven menyerahkannya padanya, akhirnya karena kesal, Clara memilih dengan asal sesuai seleranya. Toh dia tidak pernah membeli pakaian laki-laki. Dia tidak mengerti seperti apa model kesukaan Steven.
"Ini! Beberapa yang aku pilih. Tidak tahu kamu suka atau tidak. lagi pula kenapa menyuruhku yang memilih sih!" omel Clara dengan beberapa pasang pakaian di tangannya.
Steven tidak menjawabnya, ia menoleh pada Karyawan yang masih setia melayani mereka.
"Bungkus semuanya!" katanya kalem.
Clara melotot bingung, saat karyawan itu mengambil semua pakian ditangannya, barulah duduk di samping Steven, menghadap padanya untuk memastikan keputusannya.
"Hei! Kamu sungguh membeli semua ini? Itu semua mahal-mahal tahu!" tanya Clara dengan heran.
Steven menatapnya intens sebelum tersenyum. Seteven tiba-tiba tersenyum, terlihat sangat manis dan penuh pesona. Bukan hanya Clara, tapi ketiga sahabatnya melongo. Reflek mereka langsung memotret pemandangan itu.
Steven bangkit meninggalkan Clara yang masih bengong. Ia berjalan ke pakaian wanita dan memilih sebuah dres lengan panjang yang sangat anggun. Melirik sekilas pada Clara sebelum menyuruh karyawan butik membungkusnya. Ia juga mengambil sebuah jaket couple.
Setelah berbelanja mereka mampir ke kafe. Steven mendapatkan telepon dari ayahnya dan berbicara sebentar dalam bahasa korea. Teman-temannya sama sekali tidak di mengerti, jadi hanya bisa saling pandang satu sama lain sampai Steven selesai.
"Kenapa?" tanya Teddy.
"Ayah meminta untuk ditemani makan malam di rumah," jawab Steven acuh.
"Lalu?" tanya Sam.
"Aku sedang makan bersama kalian," jawab Steven.
"Sebaiknya kamu pulang dan temani ayahmu, tidak baik menolak orang tua. Dia pasti kesepian, karena itu memintamu pulang," kata Clara.
Steven berhenti mengunyah makanannya, dia menatap Clara dalam. Kemudian ia bergantian menatap masing-masing sahabatnya.
"Kalian mau ikut?"
"Ka-kami boleh kerumahmu?" tanya Ted dengan syok. Selama ini Steven sangat tertutup. Dia tidak pernah mau membawa teman ke rumah.
"Asal dia mau ikut?" jawab Steven.
Sontak saja semua menoleh pada Clara. Membuat Clara salah tingkah di tempatnya.
"Itu... Su-sudah malam. Aku harus kembali ke asrama, ingat?"
"Kami bisa atur itu, ayo sekarang berangkat!" kata Sam dengan semangat.
Mereka akhirnya turun ke lantai bawah menuju parkiran. Ya, karena Teddy bersikeras tidak mau naik bus lagi. Ia meminta supir pribadinya menjemput mereka.
Sesampainya di rumah Steven, ayahnya menatap satu persatu teman-temannya dengan mata berbinar. Tersenyum hangat kepada mereka.
"Ayah pikir kamu akan pulang malam, jadi ayah hanya memesan sedikit."
"Tidak masalah, kami sudah bawa makanan tambahan paman!" jawab Sam dengan semangat mengangkat beberapa kantong di tangannya. Mereka sedang berada di taman belakang, tempat Steven dan ayahnya biasa makan.
Steven meninggalkan mereka menuju kamarnya untuk berganti baju dan mandi. Dia sudah gerah sedari tadi. Saat ia turun semua pandangan mengarah padanya. Termasuk Clara yang wajahnya sedang memerah.
"Kamu demam?" tanya Steven saat sudah duduk di samping Clara. Langsung memegang keningnya.
Clara menepis tangan itu dan melirik ke ketiga teman Steven yang menyeringai padanya. Steven bisa menebak dengan mudah apa yang terjadi dan memperingati teman-temannya.
"Berhenti mengganggunya," peringatan pertama yang di sambut 'ok' dengan isyarat.
"Kalian lucu sekali, Ayah tidak menyangka Steven mengajak kalian. Ini pertama kalinya!" kata ayahnya memandang mereka satu persatu.
"Kami juga, sejak dulu tidak pernah kerumahnya. Ini pertama dan momen yang sangat langka."
Steven cuek-cuek saja saat satu persatu teman-temannya menceritakan betapa tertutupnya Steven kepada mereka.
"Ck, kalau bukan dia yang suruh pulang aku mana mau mengajak kalian!" sarkas Steven saat mereka mulai menyanjungkan diri.
"Wah... Jadi ada udang di balik batu?" seloroh ayahnya.
Tidak peduli wajah Clara yang sudah semerah tomat. Semuanya tertawa kecuali dua orang. Steven dengan sikap acuhnya dan Clara karena malu luar biasa.
"Kalian akan menginap?" tanya ayahnya lagi.
"Kami ma_"
"Tidak!"
Steven memotong Teddy. Dengan sekali lihat teman-temannya tahu mereka sudah di suruh pulang.
Akhirnya setelah Teddy dan Bobby pulang tinggallah Sam yang sedang menunggu taksinya untuk kembali ke asrama. Sementara Clara tidak bisa memesan taksi karena ponselnya disita oleh Steven. Hal itu terjadi ketika Aldo sedari tadi menelfonnya terus menerus. Alhasil Steven yang jengkel mematikan ponsel Clara dan menyimpannya di saku dalam sakunya.
"Mau pulang bersamaku?" ajak Sam pada Clara. Namun dijawab Steven dengan tendangan di tulang keringnya.
"Sst! Aku cuma bercanda ya ampun! ini sakit Steven!" protes Sam, dengan kesal ia masuk kedalam taksi yang sudah datang dan pergi dari sana.
"Steven... Kembalikan ponselku!" pinta Clara.
Steven tidak menjawab, ia masuk kembali ke dalam rumah dan meminjam kunci mobil ayahnya.
"Sudah hafal jalannya?" tanya ayahnya ragu.
"Sudah," jawab Steven singkat.
"Mau ayah belikan mobil besok?"
"Terserah ayah, tidurlah terlebih dahulu... Ayah terlihat lelah."
Ayahnya memandang punggung Steven yang menghilang di balik pintu. Dia tersenyuman dengan bahagia. Mendapatkan perhatian anaknya membuat ia sangat terharu, selama ini Steven selalu dingin padanya.
"Mau sampai kapan jongkok disitu?" tanya Steven saat menghampiri Clara. Gadis itu sedang jongkok di depan pagar rumahnya. Steven bisa mendengarnya mengomel sendiri.
Clara bangkit, menatap mobil di belakangnya. Dia tidak sadar Steven sudah berada disana. Dia menyambut Steven dengan wajah kesalnya. Terlihat lucu sebenarnya namun Steven tetap memasang wajah datarnya.
"Aku antar," kata Steven. Lalu membukakan pintu untuk Clara.
"Kembalikan dulu ponselku, Steven!" pinta Clara, kini sudah berdiri di hadapannya.
"Besok!" jawab Steven enteng.
"Tapi kenapa?" tanya Clara tidak terima.
Steven tidak langsung menjawab, dia menunduk sedikit dan mengungkung Clara di antara dirinya dan mobil. Mendekatkan bibirnya ke telinga Clara sebelum bergumam.
"Karena aku cemburu."
Clara terdiam di tempatnya, wajahnya kembali memerah tampa ia sadari. Steven tersenyum dan mengusak kepalanya sebelum mendorongnya pelan memasuki mobil. Memasangkan safetytbelt sebelum memutar dan duduk di bangku kemudi.
Sepanjang perjalanan Clara tidak berani berkata apapun dan Steven juga diam saja, pria itu kembali acuh seolah gombalan tadi hanya perkataan tak bearti. Dia kembali bersikap datar dan cuek.
Sesampainya di depan gerbang, Steven meminta petugas membukanya. Ia masuk membawa mobilnya langsung ke depan gedung asrama wanita. "Masuklah, besok temui aku pagi-pagi di kelas."
Clara sudah membuka pintu mobil saat Steven memegang tangannya dan menatapnya.
"Berikan sandi ponselmu," katanya dengan nada tak bisa dibantah.
"Jangan mengutak atik ponselku!"
"Tidak akan, aku hanya perlu memasukkan nomor ponselku," alasannya.
"Clara76" jawabnya.
"Selamat malam," kata Steven dan melepaskan tangannya.
"Se-selamat malam juga," jawab Clara sebelum benar-benar keluar.
Steven menyalakan mesin mobil dan pergi dari sana. Sesampainya di rumah, dia berbaring di kasurnya. Ia menyalakan kembali ponsel Clara. Ada banyak pesan yang masuk namun ia mengabaikannya. Dia memasukkan nomor ponselnya dan mulai menelfon ke nomornya untuk menyimpan nomor Clara. Setelah selesai ia kembali mematikan ponsel itu dan segera tidur.
.
Pagi harinya sekolah dihebohkan dengan pemandangan langka lagi, di mana Clara sedang di hampiri oleh Steven di dalam kelasnya pagi-pagi.
"Kamu meninggalkan itu di rumah," kata Steven.
Memberikan paperbag berisi gaun yang ia belikan dan juga ponselnya. Seisi kelas berbisik heboh saat mendengar percakapan mereka.
"Terimakasih,"
"Istirahat tunggu aku di kantin dan jangan kemana-mana. Sam akan mengikutimu!" kata Steven dengan nada perintah. Clara mengangguk saja, tahu dirinya tidak akan bisa menolak.
Steven menatap Sam sesaat sebelum keluar dari sana. Namun langkahnya terhenti saat Aldo berdiri di depan kelas, menatapnya dingin sebelum pergi meninggalkannya tampa kata. Sepertinya tadi ia ingin menemui Clara, namun mendengar percakapan Steven dan Clara, agaknya itu sudah menjawab semua pertanyaannya. Suasana kelas mendadak hening, setelah Steven benar-benar keluar barulah mereka mulai bergosip. Bahkan beberapa tidak segan meminta jawaban dari Clara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments