Mebantu mengerjakan PR

Clara mengambil kotak P3K, dia malah mengobati Steven yang hanya menerima luka ringan di sudut bibirnya. Berbeda dengan tiga orang anak lain yang lebam parah. Steven diam saja, dia hanya memperhatikan apa yang dilakukan Clara pada dirinya, seolah hal itu menarik untuk dilihat.

"Aku pasti sudah gila membawamu kesini dan malah mengobatimu!" sungutnya.

"Jadi kalian disini?"

Keduanya menoleh dan mendapati Fajar berdiri di ambang pintu. Di ikuti Bobi dan juga Rafael yang langsung masuk.

"Kata Fajar kamu mengalahkan bedebah Vino dan gengnya, Waaah! Tolong ajari aku berkelahi juga!" pinta Rafael dengan wajah penuh kekaguman.

"Tapi aku heran kenapa wakil OSIS membawanya ke sini bukan ke ruang konseling," heran Bobi dengan nada penuh sindiran.

"Ah, benar juga. Apa ada intruksi dari ketua OSIS?" lanjut Fajar, anak ini sepertinya juga tahu sesuatu.

"Kalau bukan disuruh mana mau aku repot-repot mengurusinya!" balas Clara tampa menutupinya sama sekali.

Steven menjauhkan wajahnya yang akan di kompres setelah mendengar penuturan mereka.

"Jadi Aldo menjadi baby sister untuk ayahku di sini?" Steven marah, tapi nadanya lebih seperti sedang mengejek seseorang.

Dia mengumpat kasar dalam bahasa inggris sebelum beranjak pergi. Namun langkahnya terhenti saat Bobi tiba-tiba menghalangi jalannya dan Fajar merangkulnya.

"Santai bro! Aldo hanya menjalankan amanah dari pelatihnya, dan wakil ketua OSIS juga hanya menjalankan amanah ketuanya. Tentang hukuman kamu tenang saja, Rafael sudah mengurusnya. Kamu masih baru. Paling kamu hanya dapat binaan." Fajar tersenyum lebar ketika Steven menepis tangannya.

"Ayo kembali kekelas, pelajaran kedua sudah di mulai, orang jenius tidak boleh bolos lagi." ajak Bobbi.

Clara menghembuskan napasnya setelah kepergian empat kakak kelasnya itu. Sebelum berangkat Aldo memang memintanya mengawasi Steven untuknya melalui pesan. Kawatir Steven akan melakukan keonaran. Aldo sudah mendapatkan info dari ayahnya, tentang watak Steven di sekolah lamanya.

"Kenapa sekolah menerima anak bermasalah seperti itu?"

Clara akhirnya memilih melanjutkan tugas OSIS sebentar sebelum masuk kelas. Clara memang lebih suka datang setelah guru masuk, itu memudahkan dia untuk menghindari anak-anak kaya yang suka mengintimidasinya. Dia lelah jika terus adu mulut.

.

Steven tidak duduk di belakang lagi. Ia dipindahkan ke depan di samping Fajar oleh wali kelas setelah insiden perkelahian. Fajar, meskipun bukan ketua kelas namun dia adalah teman baru Steven, sehingga wali kelas mempercayakannya kepadanya. Tidak tahu saja, bahkan Fajar merasa takut kepada Steven setelah melihatnya berkelahi tadi.

"Sebentar lagi akan ada olimpiade matematika, kali ini kepala sekolah sudah menunjuk siapa yang akan berangkat," kata wali kelas mereka, ibu Mira.

Matanya beralih pada Steven yang tampak acuh dan tidak memperhatikan. Menghela napas sebelum kembali melanjutkan.

"Steven akan mewakili sekolah."

Sontak saja seluruh kelas menjadi heboh. Pasalnya tidak ada yang pernah menggantikan Wijin. Si jenius matematika di kelas mereka sejak tahun pertama dia bersekolah. Meskipun Wijin hanya pernah menang sekali, setidaknya dia selalu berada di tiga besar.

"Tolong tenang! Steven, setelah ini datang ke kantor guru!"

Ibu Mira keluar saat kelas kembali heboh. Wijin menggebrak meja dan menatap tajam Steven sebelum keluar kelas dalam diam.

"Wooww! Preatasi apa yang membuat sekolah menyingkirkan wijin dan memilihmu?" tanya Fajar sambil bertepuk tangan dengan kagum.

Steven tidak menjawab, ia bangkit dari bangkunya dan keluar kelas menuju kantor guru.

"Pasti dia ada orang dalam! Mana mungkin murid bermasalah menjadi perwakilan sekolah?"

Itu adalah Alfin, anggota geng Vino yang wajahnya masih membiru. Fajar berdecak dan memutar tubuhnya ke belakang, menatap malas gerombolan anak yang selalu merasa paling kuat itu.

Fajar memberikan kode dengan mengarahkan kedua jarinya ke matanya sendiri. Menyuruh mereka melihat saja dan jangan berkomentar.

"Kamu berani padaku, hah!" bentak Vino.

Fajar terkekeh pelan sebelum bergumam 'idiot'. Siapapun tahu apa yang di ucapkannya meskipun tidak mendengarnya. Vino menatapnya sengit dengan tangan mengepal.

"Coba saja! Kamu jelas sadar siapa tuannya di sini, pecundang!" hina Fajar dengan seringaiannya.

Vino tampak sangat marah, namun ia menahan diri. Seperti ada sesuatu yang akan menimpanya jika ia mencari masalah dengan Fajar.

Guru masuk ke dalam kelas memecah ketegangan yang terjadi, membuat anak-anak yang tadi berisik kembali tenang.

Sementara itu, Steven yang baru saja sampai di ruang guru mendapati semua guru menatapnya sesaat sebelum kembali melanjutkan aktifitas masing-masing. Steven mencari dimana meja ibu Mira sebelum matanya menangkap anak bernama Wijin, berdiri di hadapan guru yang dicarinya.

"Ibu tidak bisa berbuat apa-apa karena ini keputusan kepala sekolah Wijin, tolong mengertilah," kata ibu Mira.

Perhatiannya teralih pada Steven yang baru saja datang. Membuat Wijin yang menyadari arah pandang gurunya, memutar tubuhnya menghadap Steven. Dia mengepalkan tangannya, melangkah mendekat dan dengan kasar, menabrak bahu Steven ketika melewatinya untuk keluar. Ibu mira menghembuskan nafas, dia tampak sangat frustasi.

"Duduklah," ujarnya pada Steven.

"Ibu sudah mendengar prestasimu di sekolah lamamu, sayangnya kami juga mendapatkan kabar kurang baik mengenai prilakumu." Steven diam saja, namun ia menatap mata gurunya dengan berani.

"Ibu hanya meminta satu hal untuk saat ini... Tolong jaga sikapmu sampai olimpiade selesai. Terutama saat olimpiade berlangsung. Sekolah menaruh harapan besar padamu untuk membawa juara umum. Jadi... "

" Saya mengerti," potong Steven.

Steven bangkit dengan cepat sehingga ibu Mira tidak sempat berbicara apapun lagi. Ibu mira memijit keningnya saat menatap punggung itu yang semakin menjauh, lalu menghilang di balik pintu.

"Banyaklah bersabar, Mir!" hibur teman di sebelahnya.

Ibu mira memang mendapat tekanan lebih besar saat menjadi wali kelas dari para murid unggulan. Selain kelas itu berisi anak berprestasi, mereka juga di isi oleh sebagian besar anak pejabat dan konglomerat. Membuat ia kualahan menghadapi mereka yang bermasalah karena di sokong nama besar orang tua mereka.

.

Sepulang sekolah Steven tidak langsung pulang kerumah, dia menuju taman belakang tempat di mana ia tadi merokok. Fajar dan yang lainnya sudah mengajaknya main bersama, namun ia menolaknya karena malas. Saat ini ia hanya ingin sendirian. Tentu saja dengan teman setianya, rokok.

"Tadinya aku mau santai di sini mengerjakan tugasku, tapi malah bertemu pembuat onar lagi."

Tampa melihat Steven sudah hapal pemilik suara itu.

"Apa ini tempat melarikan diri untukmu?" tanya Steven, melirik sebentar saat Clara duduk di bangku panjang dan mulai menegerjakan tugas sekolahnya.

"Ini tempat favoritku pulang sekolah sebelum ke asrama. Di asrama sangat berisik,"

"Cari tempat lain mulai besok kalau tidak mau kuganggu," kata Steven.

Clara menatapnya, bersandar di pohon sebelum meletakkan penanya.

"Tidak akan! ini tempatku duluan!" Steven terkekeh pelan sebelum kembali acuh. Mereka akhirnya menyelesaikan perdebatan dan sibuk dengan diri sendiri.

"Ish! kenapa fisika selalu susah sih!" Oceh Clara, suaranya terdengar sedang kesal.

Steven menoleh setelah berdecak kecil, dia terganggu mendengar gerutuan yang terus keluar dari mulut Clara. Kening gadis itu mengerut lucu. Mengundang tawanya setelah Steven memperhatikan tingkahnya. Steven bangkit, dia berjalan mendekati Clara yang masih berkosentrasi pada bukunya.

Steven mengambil paksa buku cetak Clara dan merampas penanya juga. Clara yang hendak protes langsung bungkam saat Steven duduk di sampingnya, dia dengan santai menulis jawaban demi jawaban dari soal di buku itu. Setelah selesai, ia memberikannya kembali kepada Clara.

Steven menyentil kening Clara sambil bergumam 'idiot' sebelum pergi dari sana. Meninggalkan Clara yang masih takjub melihat bukunya yang sudah dipenuhi tulisan Steven.

"Wah, aku benar-benar iri pada isi kepalanya. Kenapa aku tidak terlahir dengan otak jenius seperti itu." rengeknya pada diri sendiri.

Terpopuler

Comments

JA Chrysant

JA Chrysant

wkkw ih anak anak ini, yg hebat ortunya tpi gayanya tinggi bangeett. gemesin

2022-03-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!