Aidan berpikir cepat. “Kita makan aja yuk. Aku sudah lapar.” Aidan mengalihkan pembicaraan.
“Oke.” Saras setuju. Perutnya pun sudah mulai keroncongan.
Saras mengikuti saja kemana Aidan membawanya. Mereka berjalan berdampingan. Aidan memegang tangan saras. Saras melirik tangan kokoh Aidan yang memegang erat tangannya.
Ternyata sikapnya semakin mesra.
Saras menyukai cara Aidan menggenggam tangannya. genggaman yang hangat, kuat tapi tidak menekan keras.
Mereka terus saling berpegangan tangan menyusuri Avenue des Champs-Elysees. Saras terpesona melihat-lihat banyak butik dan restoran ternama di jalan yang lebar dan ramai itu.
“Pasti kamu pengen shoping disini. Tapi kita makan dulu, baru belanja.” Usul Aidan.”Biar kamu punya tenaga ekstra saat shoping. Karena aku yakin kamu bakal lupa diri kalau belanja di butik-butik terkenal disini.”
Saras setuju. Ia memang sudah ingin makan.
“Di sebelah sana banyak restorannya.” Aidan menunjuk ke depan.
Kembali mereka berjalan menyusuri salah satu jalan paling terkenal di dunia itu. Champs-Elysees adalah salah satu ikon kota Paris sekaligus salah satu jalan paling sibuk dan paling macet.
“Pilih aja restoran mana yang kamu suka buat kita makan siang.” Aidan menawarkan.
Saras bingung juga memilih restoran yang mana. Soalnya semua restoran terlihat romantis dan indah di jalan ini.
“Kamu aja yang pilihin. Pasti kamu tau restoran yang bagus.” Saras menyerah dan membiarkan Aidan memilih.
“Kalo gitu kita makan di Flora Danica aja. Itu tempatnya di sebelah depan.” Aidan menunjuk ke sebuah restoran kecil tapi romantis bercat biru berhias banyak tanaman hijau segar.
Lokasi restoran itu tak jauh dari monumen Arc de Triomphe, yang sangat terkenal. Monumen kemenangan kota Paris ini berbentuk gapura sangat besar yang berada di tengah jalan utama, tepat di ujung Avenue des Champs-Elysees. .
Mereka kembali berjalan. Tiba-tiba…
PLUUKK! Sebuah buket bunga segar dan indah terlempar ke muka Aidan. Saras dan Aidan kaget dan menoleh. Tampak seorang perempuan cantik berumur sekitar tiga puluhan cemberut kepada seorang lelaki tampan di dekatnya. Buket bunga itu sebenarnya hendak dilemparkan si perempuan kepada lelaki itu. Tapi si lelaki mengelak hingga buket bunga terlempar ke wajah Aidan.
Si cewek enggak perduli buket bunganya mengenai wajah Aidan. Ia sedang sangat marah ke lelaki tampan di depannya.
“Aku gak sudi menerima bungamu! Kelakuanmu begitu bejat sampai sulit kumaafkan!” Si cewek memaki lelaki itu.
“Hei, sabar sayang. Aku bisa jelaskan.” Lelakinya gak terima diomelin.
“Mau dijelasin apa lagi?! Dari New York sampe sini kamu bohong melulu! Aku sudah gak percaya lagi sama kamu!”
Ucapan mereka dalam bahasa Inggris, sehingga Saras paham apa yang dipertengkarkan. Jika mendengar logat bicaranya, pasangan ini adalah orang Amerika. Sepertinya mereka tengah liburan mesra ke Paris tapi malah berantem.
Si cowok mengejar. “Tunggu sayang…!”
“Sayang apaan? Semua cewek lo bilang sayang!” Ketus ceweknya sambil cemberut.
Si cowok masih terus mengejar ceweknya. Sayangnya pasangan itu tak terlihat lagi karena tertutup oleh ramainya arus orang yang berjalan kaki.
Aidan menatap jengkel ke pasangan yang pergi itu. “Ada aja orang yang begitu…! Dasar ceweknya gila!”
“Sudah, jangan dipikirin..!” Saras tau Aidan rada shock karena mukanya tadi kena lempar bunga.
Di dalam hatinya Saras rada heran. Kok, Aidan menyalahkan si cewek? Padahal dari pembicaraan pasangan itu, Saras berkesimpulan yang resek adalah cowoknya.
“Minta dihajar cewek gak tau diri kayak gitu! Gak ada sopan-sopannya sama lakinya!” Aidan masih ngomel.
Nah. Masih dia menyalahkan si perempuan!
“Udah biarin, Sayang. Itu urusan mereka. Kita gak tau mereka ributin apa.” Saras berusaha menenangkan Aidan yang masih emosi.
“Habis tuh cewek ngeselin banget. Muka gue kena lempar bunganya! Dasar cewek resek!”
Muncul lagi sifat asli Aidan yang emosian. Saras geleng-geleng kepala. Dari ucapan Aidan ia tahu bahwa lelaki ini cenderung menyalahkan wanita dalam sebuah pertengkaran. Meski lelakinya yang resek, tetap saja wanitanya yang salah.
Ah, kejadian kecil ini sempat mengganggu mood Saras.
Tapi kemudian mereka sudah di depan restoran Flora Danica yang didominasi warna biru gelap. Emosi Aidan mulai teredam
“Silakan...."Sapa seorang pelayan berpakaian kemeja putih rapi. "Dua orang ya? Mau duduk di dalam atau di luar, di teras ini?” Si pelayan bertanya dalam bahasa Perancis kala Aidan dan Saras memasuki area restoran.
Rupanya ada pilihan makan di dalam atau di luar. Teras yang dimaksud ternyata adalah sebagian trotoar Champ Elysees yang beratap tenda biru gelap.
“Di teras saja.” Jawab Aidan dalam bahasa Perancis.
“Oke, silakan… “ Pelayan menunjuk sebuah meja di bawah tenda biru di dekatnya.
Saras suka dengan pilihan meja itu. Karena saat dia duduk di bangkunya, Saras bisa melihat monumen Arc de Triomphe di depan sana.
Buku menu disodorkan pelayan. Saras membukanya. Semua menu dalam bahasa perancis. Sejujurnya Saras tak paham apa arti menu itu. Untunglah foto makanan di buku menu sudah bisa menjelaskan dengan rinci seperti apa makanannya, sehingga Saras bisa yakin tak salah pilih makanan.
“Aku mau sup dan steak salmon.” Saras menunjuk gambar makanan itu. Ia tak berani menyebut nama masakan yang tertulis di menu dalam bahasa Perancis, karena lafal Perancis bisa sangat berbeda antara tulisan dan
penyebutan di lidah.
Aidan meyebutkan makanan pilihan Saras dan pilihannya dalam bahasa Perancis yang fasih. Suaranya enak didengar. Si pelayan mengangguk paham dan mencatat. “Bon monsieur, veuillez patienter. (Baik, Tuan. Silakan ditunggu pesanannya.“ Ucap si pelayan sopan.
Cukup lama menunggu barulah makanan terhidang. Ada cream sup, steak ikan salmon, salad buah dan sayuran, beberapa potong roti gandum, dan beberapa roti croissant kecil. Minumnya jus campuran buah segar yang ditaruh dalam gelas berhiaskan potongan jeruk dan daun seledri.
Keduanya makan. Meski tak terlalu suka dengan rasa semua makanan itu, karena cenderung gurih tapi tawar, saras bisa menghabiskan semua hidangan yang disajikan. Ia juga sangat suka jus buah yang sangat segar kala diminum di tempat terbuka di Paris.
Pantas saja orang-orang Perancis cewek dan cowoknya banyak yang langsing, pikir Saras. Karena pilihan makanan mereka cenderung makanan alami yang sehat dan tanpa lemak. Juga sedikit sekali menggunakan garam sehingga makanan mereka cenderung tawar tanpa rasa.
Usai makan, Saras merasa senang. Perutnya sudah terisi. Apalagi Aidan tersenyum padanya.
“Sekarang kamu boleh belanja baju, tas, parfum, perhiasan dan apa saja barang yang kamu suka.“ Tangan kanan Aidan dihamparkan seperti mempersilakan Saras belanja. “Kamu boleh belanja apa saja di semua butik di sepanjang Avenue des Champs Elysees... “
*
Saras tetaplah seorang perempuan. Ia menyukai berbelanja di aneka butik merk terkenal itu. Apalagi Aidan santai saja bahkan memaksa Saras membeli beberapa barang mahal.
“Pilih apa saja yang kamu suka. Kamu pasti butuh tas, baju, sepatu dan parfum yang berkelas. Sebagai istri seorang direktur perusahaan kamu harus punya semua itu.”
Aidan mengajak Saras masuk ke butik Christian Dior, Gucci, Chanel dan beberapa butik tersohor lainnya di Paris.
Dan inilah hasilnya. Tumpukan tas belanjaan dari aneka butik terkenal memenuhi kamar hotel Aidan dan Saras.
“Capek juga shoping berjam-jam…” Saras merebahkan dirinya di ranjang hotel.
Aidan menatap Saras yang berbaring di ranjang. Tatapannya tajam seperti elang mencari mangsa. Kejantanan lelaki itu bergejolak.
Detik berikutnya Aidan mulai melepaskan retsleting di bagian depan celananya….
BERSAMBUNG…….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
hadirr dan jejak
2021-01-29
0
pinnacullata pinna
hadeeeuh saras bisa kesakitan lagi nih
btw aku mampir dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏☺️☺️
2021-01-28
0
Nafi' thook
hai aku sudah disini ...Aidan jangan kasar kasar ya
2021-01-10
0