Uuughh…!
Sakit rasanya kala tubuh Saras terbanting ke lantai.
Saras meringis menahan sakit. Untung lantai hotel mewah ini dilapisi karpet tebal. Perempuan itu terjajar di lantai dalam posisi telentang namun tak terlalu keras saat terjatuh.
Saras hendak bangkit dari lantai. Tapi…. JREEENGG!
Aidan tepat sudah ada di atasnya. Tubuh tegap lelaki ini seperti dinding kokoh yang menjaga Saras agar tidak bangkit dari lantai. Astaga… Saras menahan nafas. Dilihatnya Aidan sudah siap berperang kembali.
“Please… Aidan…Hu hu hu hu….” Saras sampai menangis kali ini. “Aku benar-benar capek…. Kamu apa gak capek?”
“Aku…?” Aidan tertawa kecil. “Kamu lihat sendiri aku selalu siap tempur…!”
Lalu…. HUUPPP..! Aidan menyerbu tubuh Saras.
Saras tak siap diserang lagi. Ia sudah terlalu lelah. Saras hanya bisa membiarkan lelaki itu dengan aksinya.
Saras terpekik karena Aidan melakukan sesuatu pada bagian depan tubuhnya dengan kasar.
Tapi saras tahu. Aidan masih akan melakukan hal lain yang lebih menyakitkan.
“Sudah Aidan. Cukup…. Jangan teruskan. Aku benar-benar pengen istirahat.”
“Diam kamu!” Aidan menatap Saras dengan beringas.
“Tapi…. Aku masih letih sekali Aidan… Kamu gak ngasih aku istirahat?”
“Bisa diam gak?! Kamu jangan rusak mood aku!”
SSRTTT! Tangan kanan Aidan dengan kasar menekap mulut Saras. Tekapan tangan itu kuat dan rapat sehingga Saras tak bisa lagi bicara.
Saras mau meronta. Tapi tiba-tiba serangan itu datang lagi.
Saras menjerit. Dan nyeri itu terasa lagi. Semakin perih.
Tak terasa Air mata Saras mengalir turun membasahi pipinya. Ia mau protes tapi tak bisa karena tangan Aidan terus menekap mulutnya dengan kuat.
Lelaki itu terus bergerak. Saras merasa makin nyeri dan perih. Dan ia hanya bisa terus menangis selama aksi
Aidan berlangsung.
Dan celakanya aksi itu berlangsung lebih lama dari sebelumnya. Mata Saras meredup. Ia tak tahan lagi.
BRUKK! Saras tak sadarkan diri!
*
Terdengar suara TV menyala di ruangan menyiarkan berita pagi.
Pelan-pelan Saras membuka mata. Ia merasa agak silau. Matanya berkejap-kejap. Kamar hotel sudah terang. Rupanya sebagian sisi gorden sudah sengaja dibuka.
Saras menyadari dirinya sudah ada di pembaringan dan berselimut tebal. Tapi tubuhnya masih tak berpakaian.
Perempuan cantik itu baru sadar ternyata hari sudah pagi kala melihat gorden jendela yang terbuka. Ia menatap gadis cantik di TV yang menyiarkan berita. Diliriknya jam digital di meja. Pukul 06.37.
Ia sendirian di kamar hotel. Aidan tak terlihat.
Kemana suaminya?
AAARGGHHH..!
Saras mau bangkit dari ranjang namun kembali terduduk. Bagian intimnya kembali terasa sakit bahkan sedikit perih. Saras menggigit bibir. Seolah dengan menggigit bibirnya rasa nyeri itu bisa teralihkan dan tak terasakan lagi.
Tapi tetap saja nyeri itu mendera bagian intimnya.
KLAK.
Pintu kamar terbuka dari luar. Aidan masuk kamar. Ia kelihatan sudah rapi dan segar. Rupanya ia sudah mandi dan berganti pakaian. Kini harus diakui ia terlihat sangat rapi dan tampan.
Aidan mendorong pintu dengan punggungnya. Saras memperhatikan. Di tangan Aidan ada baki atau nampan berisi sarapan pagi.
Aidan terus masuk dan membawa baki berisi sarapan itu ke ranjang. Ia tersenyum ke Saras.
“Selamat pagi istriku yang cantik. Maafkan aku atas ketidaknyamanan semalam.”
Saras diam saja.
Aidan menatapnya seolah menunggu Saras mengangguk. Sepertinya ia mengharap Saras memaafkan dan melupakan kejadian semalam begitu saja.
“Kamu gak mau maafin aku?”
Tatapan lelaki itu lembut dan ramah. Tapi Saras sudah hapal bahwa kelembutan dan kermahan itu bisa berubah jadi
keganasan jika ia tak mengikuti apa mau Aidan.
Terpaksa Saras mengangguk. “Aku maafin…”
“Terima kasih.” Aidan langsung sumringah. “Tadi aku sudah sarapan di ruang restoran hotel. Tapi aku bawain sarapan buat kamu. Aku pikir kamu masih capek turun sarapan ke lantai bawah. Pasti kamu lebih nyaman sarapan di kamar.”
Aidan menaruh baki berisi sarapan itu di ranjang di samping Saras.
“Makanlah… Atau kamu mau aku suapin?” Tatapannya lembut dan penuh perhatian.
Ya Tuhan. Sikap lelaki ini jauh berbeda dengan sikapnya yang beringas dibakar nafsu semalam.
Saras sampai heran begitu mudahnya Aidan berubah sikap. Kini Aidan tampak manis, tampan dan terkesan sangat hormat dan begitu menjaga agar Saras selalu nyaman bersamanya. Ia seperti suami yang sangat romantis dan penyayang.
“Aku suapin ya?” Dengan lembut Aidan mengulang ucapannya.
Saras sebenarnya hendak menggeleng. Tapi tiba-tiba Saras merasa itu sungguh tidak pantas dilakukan. Bukankah Aidan suaminya? Tak pantas ia menolak kebaikan suami kepada istri. Tanpa tau sepenuhnya kenapa, tiba-tiba Saras sudah mengangguk kepada Aidan.
Aidan tersenyum. “Nah gitu dong. Kamu harus makan yang banyak biar gak kekurangan energi. Ini aku bawain susu hangat juga. Kamu minum dulu biar badan kamu hangat.”
Aidan mengambil sebuah gelas kecil berisi susu putih hangat. Ia mendekatkan gelas ke mulut Saras dan membantu Saras minum.
Saras minum. Kehangatan dari susu putih itu mengalir ke tubuh Saras. Tanpa sadar Saras minum langsung habis segelas kecil. Tubuhnya langsung terasa sedikit lebih enak.
Aidan membelai lembut rambut Saras. Ia menatap Saras dengan manis. “Kamu sangat cantik. Maafin aku karena selalu ingin menikmati keindahan kamu… Tubuh kamu juga seperti bidadari. Ituyang membuat aku mudah lupa diri kalau melihat kamu.” Suaranya tenang. Cara pengucapannya lembut dan tulus.
Ah. Wanita mana yang tak luluh jika seorang lelaki tampan dan gagah mengatakan hal romantis seperti itu dengan
lembut.
Kembali tanpa sadar Saras menggangguk.
Aidan tersenyum ramah. “Sekarang kamu harus makan yang banyak. Karena tengah malam nanti kita sudah harus di bandara buat penerbangan dini hari ke Eropa.”
JREENGG!
Saras tersentak. Ia baru sadar dan seolah baru ingat. Ia memang dijadwalkan berbulan madu bersama Aidan selama 10 hari ke 3 negara di Eropa: Perancis, Swiss dan Italy. Jadwal keberangkatannya adalah 2 hari sesudah hari H pernikahan.
Hari ini sudah sehari setelah pernikahan. Dan dini hari nanti memang sudah masuk hari kedua setelah pernikahan!
“Jadi kita berangkat ke Eropa nanti malam? Tengah malam kita sudah harus ke bandara?” Saras sedikit panik.
Aidan mengangguk. “Iya. Kamu tenang aja. Baju dan perlengkapan kamu buat ke Eropa sudah diberesin Mama kamu. Kamu tinggal bawa tubuhmu yang indah ini buat aku sarapan di Eropa.” Kata Aidan sambil menyentuh lembut tubuh Saras.
Lalu Aidan mengecup kening Saras dengan lembut. “Kita akan segera ke Paris, kota paling romantis sedunia….”
Saras tak tau harus happy atau biasa saja. Karena sebenarnya ia belum mempersiapkan dirinya pergi ke benua Eropa! Tapi ia sadar. Yang bisa dilakukannya sekarang adalah mengikuti jadwal honey moon.
Siap atau tidak. Ia tetap akan berangkat ke Eropa malam ini juga!
*
Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Pukul 01.19. Meski sudah lepas tengah malam banyak orang tetap lalu lalang, karena aktifitas disini memang berjalan selama dua puluh empat jam penuh.
Saras kedinginan. Ia berdiri di depan lobby Terminal Penerbangan Internasional Bandara Soekarno Hatta. Saras mendekap jaketnya. Aidan sedang sibuk memeriksa koper yang baru diturunkan supir dari mobil.
Pak Yusuf dan istrinya Bu Retno yang tadi memaksa mengantar putrinya sampai bandara memperhatikan Saras.
“Kamu rada pucat, Saras?” Bu Retno menatap wajah anaknya. “Apa kamu sakit?”
BERSAMBUNG…….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Adel
pura2 bahagia sangat menyakitkan...
feedback ea...
2021-02-04
0
pinnacullata pinna
ish aidan itu mah pemerkosaan atuhh
btw aku mampir dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏☺️☺️
2021-01-26
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
semangattt kak
2021-01-22
0