Saras menatap dengan cemas ke arah pintu kamar mandi yang terbuka pelan-pelan.
Siapa itu yang masuk?
Dilihatnya tangan seorang laki-laki membuka pintu kamar mandi. Lalu orang itu menongolkan wajahnya.
Ternyata Aidan yang masuk ke kamar mandi.
Saras mendesah lega. “Kamu…. Aku kirain siapa yang barusan masuk.”
“Kamu belum selesai mandi?” Aidan menatap saras.
“Bentar lagi selesai.” Saras lalu menyiram tubuhnya dengan air. Dinyalakannya shower dalam setelan air yang tak terlalu kencang. Air mengucur tak terlalu deras di atas kepala Saras. Terus turun membasahi rambutnya hingga ke kaki.
Aidan terpana. Ia masih di depan pintu kamar mandi. Ditatapnya Saras yang sedang berada di bath tub dalam keadaan polos.
Darah Aidan bergejolak. Ia menghela nafas. Buru-buru Aidan melepas seluruh pakaiannya.
PLUK! Aidan melempar seluruh pakaiannya ke luar kamar mandi. Entah jatuh dimana tak terlalu diperhatikannya.
Saras baru selesai membersihkan diri. Ia hendak mengambil handuk dan keluar dari kamar mandi.
Tapi Aidan masuk kamar mandi dalam keadaan tanpa sehelai benang.
Saras tertegun. “Aku baru selesai mandi….” Ia mengambil handuk dan mengelap tubuhnya.
“Heh! Jangan keluar dulu! Kamu harus layani aku. Kamu sudah membuat aku naik.…”
Saras bisa melihat mata Aidan memerah terbakar gairah.
“Tapi, Aidan…. Jangan sekarang. Kita buru-buru mau resepsi. Kita harus ganti baju dan dirias.”
“Cuma sebentar kok…! Ayo..!”
JREEENGG!
Tiba-tiba Aidan maju menghambur ke Saras yang masih di kamar mandi.
Saras tak menyangka Aidan akan bersikap demikian. Tubuh Saras masih capek akibat permainan sebelumnya. Kini ia kembali diserang.
“Sudah sayang…Aku masih capek….” Saras protes.
Aidan tak menjawah. Lelaki itu tak perduli. Ia sudah sibuk beraksi.
“Sudah, Aidan…” Saras tak tahan. “Tadi kamu bilang sebentar.”
Tak ada suara menjawab karena Aidan makin sibuk dengan aksinya.
Saras berusaha melepaskan diri dari suaminya. Ia mau keluar dari kamar mandi.
“Sayang, kita harus ganti baju dan di make up. Perias pengantin pasti sudah nunggu kita.”
Aidan jengkel dan melotot ke Saras. “Kamu gak liat aku lagi begini?!” Suaranya kasar karena sedang terbakar
gairah. “Yang benar aja berhenti?! Ini harus dituntaskan!”
“Tapi….”
“Gak ada tapi-tapian…!”
SSRTTT! Aidan menekap tubuh Saras. Lalu Aidan melakukan itu dengan kasar dan penuh tenaga.
Saras terpekik. Sungguh ia hanya merasakan sakit saja. Hilang sudah kenikmatan aktivitas itu,
Aidan tak perduli. Ia terus melakukan itu seperti kesetanan.
Air mata Saras tiba-tiba menitik. Ia kesakitan dan merasa nyeri.
Saras mencoba menghentikan aksi suaminya.
“Diam kamu!” Aidan malah marah. Lelaki itu tak bisa dihentikan.
Dan air mata Saras kembali menitik karena Aidan melakukannya dengan bertenaga dalam waktu yang lama.
*
“Aihh, lama bener sih mandinya? Kita mepet waktunya lho Cyyiinn…”
Penata rias kemayu itu cemas karena melihat Saras baru masuk ke ruangannya. Beberapa asistennya yang perempuan beneran juga cemas.
Saras tak berkata apa-apa. Ia merasa capek dan lelah.
Beberapa asisten perempuan segera menghampiri Saras. “Buruan Mbak. kita dikejar waktu. Mbak belum di make up dan ganti baju.”
“Ini pake baju kimono dulu sebelum baju pengantinnya ya…. Cepatan mbak… Lepas dulu baju yang ini” Beberapa asisten perempuan dengan cekatan membantu Saras melepas pakaian.
“Tenang, eike gak lihat…” Si lelaki kemayu buka hand phone dan pura-pura sibuk dengan hand phone kala Saras
melepas baju.
Saras melepas pakaiannya. Ia terperanjat melihat bagian celana dalamnya. Ada noda merah.
“Ini… masih sakit…” Saras menahan nyeri. Matanya sampai terpejam.
Kedua perempuan asisten penata busana itu saling berpandangan.
“Gimana nih? Baju pengantin kan putih. Entar baju pengantin kena noda?” Asisten yang satu bingung.
Temannya yang lebih pengalaman tau jalan keluarnya. “Ini dipakein pembalut aja Mbak. Takutnya nanti ada darah keluar lagi.”
Saras mengangguk. “Iya. Tapi saya lagi gak bawa pembalut. Saya lagi gak haid.”
“Waduh….” Cewek asisten yang satu makin bingung.
“Sudah tenang. Mungkin disini ada yang bawa!” Asisten temannya berpikir praktis. “Hei? Siapa nih yang punya pembalut?” Si asisten tadi nanya ke teman-teman lainnya.
“Emang kenapa sih cyiinnn? Anunya berdarah…?” Si lelaki kemayu nanya tapi gak berani nengok ke Saras.
“Iya. Ada yang punya pembalut gak?” Asisten tadi nanya lagi. Ia menatap berkeliling ke para cewek di ruangan itu.
“Ada kok. Ini. Gua punya.” Seorang asisten lain yang hendak membantu make up memberikan sebuah pembalut.
“Buruan, Mbak. Pake.” Si asisten tadi memberikan pembalut ke Saras.
Saras mengangguk. Ia lantas memasang pembalut ke organ int*mnya. Terasa sedikit nyeri tapi Saras menahan rasa nyeri itu.
“Nah, sekarang pake kimono dulu. Baju pengantinnya dipake nanti kalau sudah selesai dandan.” Kedua asisten perempuan segera membantu Saras mengenakan kimono handuk yang lembut. "Baju pengantinnya ribet kalo langsung dipake. Panjangnya aja kayak gitu." Si asisten menunjuk gaun putih yang sangat mewah. Kaki gaun pengantin itu panjang sekali menyapu lantai.
TLAAKK!
Pintu ruangan terbuka. Aidan masuk ruangan itu. Ia mengamati sekeliling dan melotot marah ke orang-orang di dalam ruangan.
“Kok belum kelar sih?! Heh! Buruan kalian kerja! Ini waktunya sudah mepet! 5 menit lagi resepsi dimulai!” Ia melotot marah. “Lelet bener kerja kalian!”
“Aih kok kita yang disalahin? Kan pengantinnya yang telat kemari… Eike sama asisten sih sudah stand by dari tadi.” Si lelaki kemayu cemberut.
“Heh! Lo protes?!” Aidan melotot. Ia mendekati si lelaki kemayu.
"Enggak kok, Boss. Eike enggak protes…”
“Ya sudah kalo gitu! Cepat dandanin istriku. Aku juga harus ganti baju!”
“Iya… iya Boss. Eh, yey, buruan bantu Boss ganti baju…” Si lelaki kemayu mengerahkan asistennya yang lain.
“Sebelah sini pengantin lelakinya Boss.” Seorang asisten cewek mengarahkan Aidan ke bagian lain ruangan. Disitu ada bagian tertutup tempat Aidan bisa ganti baju.
“Waktunya sudah mepet! Kalian masih lelet aja kerjanya!” Aidan ngomel. Ia melepas pakaian luarnya begitu saja tanpa menuju ke tempat ganti pakaian.
Kini Aidan hanya mengenakan celana dalam. Ternyata bagian depan celana itu terlihat penuh. Rupanya Aidan masih ada sisa terbakar nafsu.
“Aihh, gedongnya…. Pisang raksasa.” Si lelaki kemayu gak sengaja lihat bagian depan celana dalam Aidan. Eh, gak jelas juga, apakah dia gak sengaja lihat atau memang sengaja melihat.
“Buruan! Sini kimono gua!” Aidan cuek. Ia menerima kimono handuk yang diberikan asisten perempuan yang malu-malu mendekatinya.
Aidan tak perduli. Ia mengenakan baju kimono itu.
Tak butuh lama, Aidan selesai diberi make up tipis dan rambutnya disisir rapi oleh beberapa asisten wanita yang bekerja dengan cekatan.
Aidan melepas kimono handuknya. Lalu ia mengenakan celana dan setelan jas baju pengentin yang mewah.
TOK! TOK!TOK!
Terdengar ketukan di pintu. Tampak seorang cewek wedding organizer berpakaian putih rapi masuk sambil memegang alat komunikasi.
“Pengantin sudah siap? Kita harus ke ruang resepsi sekarang!”
“Pengantin laki sih sudah. Tapi pengantin yang perempuan make upnya juga belum beres, cyyinnn…” Si lelaki kemayu menjawab.
“Haduuuhh…. Kita sudah harus cepat bawa pengantin ke depan.” Si cewek wedding organizer gelisah. Ia menatap Saras yang masih pake kimono.
Aidan mendekati si lelaki kemayu dengan geram.
BUUKK! Didorongnya wajah lelaki kemayu dengan kasar. "Buruan kerja lo!"
BERSAMBUNG.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Anthy Khalid
saras nieee baru awal...siap2 nantinya terima lbh dari ini.
dan sprtinya p'yusuf ada sedikit penyesalan namun sdh terlanjur menikahkan saras
2021-05-29
0
🌻Ruby Kejora
Semangat
D tgu feedbacknya ❄️❄️❄️
2021-03-17
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
haiihaiii
cinta pak bos hadir lagi😘
bawa like💕
bawa semangat💪
jejak juga🐾
mampir juga yuk😉
2021-01-15
0