Aidan membaringkan Saras dengan lembut di ranjang. Sentuhannya membuat Saras mulai terbawa. Tapi Aidan terbakar gejolak. Aliran darahnya mengalir semakin kuat. Tanpa sadar lelaki itu mulai menggila. Nafasnya memburu. Aidan melakukannya dengan kasar. Saras tak menyangka bahwa kejadian pertama itu akan berlangsung cukup lama dan menyakitkan.
*
Wajah Pak Argajaya gusar. Ia melangkah buru-buru. Ia sudah ditunggu dari tadi oleh beberapa orang body guardnya di parkiran mobil di lantai basement hotel.
“Itu Boss datang.” Seorang body guard memberi tahu temannya.
"Selamat sore, Boss..." Semua body guard mengangguk hormat ke Pak Argajaya.
“Enggak becus kerja kalian ini! Mana iblis betina itu?!” Pak Argajaya tak sempat berbasa-basi. Matanya melotot ke
beberapa body guardnya.
“Dia disni, Boss…!” Seorang body guard mendekati sebuah mobil van.
KLAAK! Body guard segera membuka pintu belakang mobil van itu.
Pak Argajaya mendekat. Tampak di dalam mobil van itu seorang perempuan berpenampilan awut-awutan. Dilhat dari wajahnya diperkirakan usainya sudah setengah baya. Dia perempuan yang tadi muncul dan sempat mengganggu akad nikah Aidan dan Saras. Tangan perempuan itu kini diikat pakai tali.
"Kami terpaksa mengikatnya supaya dia gak ngamuk, Boss." Body guard menjelaskan ke Pak Argajaya
Pak Argajaya jengkel melihat perempuan itu. Ia terlihat jijik kala menatap wajah kotor si perempuan di mobil van. “Heh! Bagaimana kau bisa lepas dan muncul di acara pernikahan Aidan?” Pak Argajaya melotot geram.
Perempuan itu terkekeh. “He he he. Aku dibawa kemari naik mobil.” katanya dengan suara yang aneh. “Aku senang naik mobil. Sudah lama aku tak naik mobil.”
TRAPP! Pak Argajaya meremas mulut perempuan itu dengan kasar hingga berhenti terkekeh.
“Tak usah ketawa! Siapa yang melepaskanmu? Bilang!”
GRIKK. Tanpa disangka tiba-tiba tangan Pak Argajaya digigit perempuan itu!
“Hiihh…!” Pak Argajaya melepaskan cekalan tangannya ke mulut perempuan itu dengan jijik. Ia segera menjauh. Tapi perempuan itu malah ketawa lagi. Lebih keras.
“He he he. Makanya biarkan aku datang kemari. Kini aku sudah melihat anakku.” Perempuan itu tampak senang. “Aidan semakin tampan. Dan dia sudah menikah. He he he he…”
Pak Argajaya gusar karena pertanyaannya tak dijawab. Ia bicara agak di depan wajah perempuan itu agar si perempuan jelas memperhatikan kala Pak Argajaya bicara. “Aku tau kau masih bisa berpikir dan mengingat! Coba ingat! Siapa yang melepaskanmu dan membawamu kemari?!”
Perempuan itu seperti memahami ucapan Pak Argajaya. Sikapnya seperti sedang berpikir dan mengingat. Lalu ia kemudian tertawa. “Ha ha ha ha ha. Mobil. Aku kemari naik mobil! Mobilnya bagus…!” Perempuan itu sangat senang tertawa. Ia ngakak dengan girang. “Aku pengen naik mobil lagi. Aku gak mau di kamar terus.”
Makin geram wajah Pak Argajaya. “Rupanya kau butuh dihajar supaya ingat!”
Dengan cepat pak Argajaya mendekati perempuan itu. Lalu…
BUKKK!
BUUKK!
BUUKK!
Pak Argajaya memegang kepala perempuan itu dengan kasar. Lantas dihantamkannya ke bagian belakang kursi mobil beberapa kali.
“Aaaargghhh…!” Perempuan itu terpekik kesakitan. Lalu dia menangis sesenggukan. “Hu hu hu hu…!”
“Malah nangis…!” Pak Argajaya semakin emosi. Ia kesal melihat perempuan itu sesenggukan. Dipelototinya perempuan itu.
PLAAKK!
Tangan Pak Argajaya melayang ke arah wajah perempuan itu.
“Aaaarrgghhh….!!” Perempuan itu berteriak kesakitan. Kepalanya sempat terhuyung karena hajaran Pak Argajaya sangat keras.
“Makanya bilang! Siapa yang melepaskanmu dan membawamu kemari?!” Pak Argajaya menarik wajah perempuan itu dengan geram sambil melotot galak.
“Hu hu hu hu….” Perempuan itu terus menangis. Wajahnya basah air mata. Sebagian air mata diusap-usapkannya ke bagian lain wajah dan rambut hingga wajahnya makin berantakan tak karuan.
“Dasar iblis betina!” Pak Argajaya memaki dengan jengkel. Didorongnya perempuan itu hingga terhempas ke lantai mobil.
“Huuh..!” Pak Argajaya mendengus, menenangkan dirinya. Ia merapikan pakaian dan berusaha terlihat cool. Pak Argajaya melihat beberapa body guardnya berwajah tegang. Mereka sadar bakal dimarahi Bossnya.
“Kalian makan gaji buta?!” Hardik Pak Argajaya ke para anak buahnya. “Apa kalian sama sekali tidak melihat bagaimana perempuan ini bisa masuk ke ruangan pernikahan?!”
Seorang body guard bertubuh lebih tambun dari yang lain dan terlihat lebih tua mengangguk. Sepertinya body guard ini pemimpin kelompok pengawal. “Biar saya jelaskan, Boss. Tadi sudah kami cek di CCTV. Ada seorang yang mengenakan semacam mantel hitam dan kepalanya tertutup membawa perempuan ini ke depan ruangan.”
DEEGG!
Pak Argajaya kaget juga. “Yang bener kamu?” Pak Argajaya rada gak percaya menatap securitynya.
“Benar Boss. Dia muncul begitu saja dan menaruh perempuan ini di depan pintu ruangan.”
Security lain menambahkan. “Kami sudah cek di monitor CCTV lain yang di luar ruangan, orang yang pake mantel ini sebelumnya gak kelihatan, Boss.”
“Aneh…” Gumam Pak Argajaya.
“Makanya kami juga bingung Boss. Lalu perempuan ini diarahkannya masuk lewat pintu depan. Terus orang yang kepalanya tertutup mantel ini pergi entah kemana. Gak kelihatan lagi di monitor ruang depan. Kami lihat di monitor ruang dalam, tau-tau perempuan ini sudah masuk sendiri ke ruang acara!”
“Ya sudah jelas. Pasti orang itu yang membuat perempuan ini bisa masuk ruangan! Heh! Apa kamu sempat melihat
wajahnya, Sam?” Pak Argajaya bertanya ke security. “Orang yang pakai mantel itu maksud saya. Dia perempuan atau lelaki?”
Body Guard yang dipanggil Sam imenyahut. “Kami gak bisa melihat wajahnya Boss. Sepertinya dia paham dimana kamera CCTV terpasang. Setiap sudut kamera menyorot wajahnya dia menunduk sehingga mantel penutup kepalanya saja yang kelihatan!”
Pak Argajaya mendengus. “Yang bener aja!”
“Kami juga heran kenapa dia seperti paham kerja keamanan, Boss. Dia pintar sekali menjaga agar wajahnya gak
kelihatan di kamera.”
“Dasar ular!” Maki Pak Argajaya. “Kita berhadapan dengan orang yang licik rupanya!”
Tiba-tiba terdengar nada dering hand phone. Sebuah lagu instrumental dengan bunyi harpa mengalun manis. Pak Argajaya kaget. Itu nada dering hand phone pribadinya yang berbunyi. Padahal nomer itu hanya diketahui oleh segelintir orang terdekatnya saja.
Lelaki itu mengambil hand phone. Dilihatnya nomer yang masuk tertulis “private number’ tanda si penelpon tak mau diketahui identitasnya.
“Ya. Hallo..!” Pak Argajaya menerima telpon yang masuk itu dengan jengkel. “Siapa ini yang berani menelpon saya di nomer pribadi?!
Sebuah suara mirip robot, sepertinya suara manusia biasa tapi diubah dengan bantuan mesin pengubah suara, menjawab telpon itu.
“Lepaskan perempuan itu!”
“Heh! Kenapa kamu mengatur saya? Siapa kamu?!” Suara Pak Argajaya jengkel.
“Tak usah sombong! Saya juga bisa mengatur orang sepertimu!” Suara mirip robot itu terkesan meremehkan Pak Argajaya! “Sekarang juga lepaskan perempuan itu! Kau bawa dia ke belakang hotel. Ada mobil berwarna putih sudah menunggunya di belakang hotel!”
“Kau mau main-main denganku rupanya!” Pak Argajaya makin emosi. “Aku gak akan menuruti perintahmu!”
“Ha ha ha ha.” Suara mirip robot itu terkekeh. “Kau harus menuruti perintahku Argajaya. Karena aksimu menghajar istrimu tadi sudah terekam kamera! Aku sudah simpan file videonya. Tentu saja kau bisa ikut melihat! Buka saja kiriman video yang masuk ke handphone mu!”
DEEGG!
Pak Argajaya makin deg-degan. Ia menutup telpon tadi. Diperiksanya hand phonenya. Benar. Ada sebuah pesan masuk.
Sebuah file video berdurasi pendek, sekitar 2 menit sudah terkirim. Pak Argajaya membuka video itu.
BERSAMBUNG…….
NOTE: adegan dewasa di episode ini sudah direvisi author.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Anthy Khalid
aku suka pria bermantel itu...rupanya agrawijaya dan anaknya mendptkan lawan yg sepadan...
2021-05-29
0
🌻Ruby Kejora
like mendarat
2021-03-03
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
yuhuuuu.. like lagi💕
2021-01-15
0