Orang-orang tegang menunggu jawaban Saras.
Saras tau ia kembali harus menjaga kehormatan Papanya. Ia tak mau orang tau bahwa ia menikah karena terpaksa.
Dengan mantap Saras menatap Pak Penghulu. “Saya menikah atas keinginan saya sendiri Pak Penghulu. Bukan karena paksaan atau apa pun.”
Pak Yusuf mendesah lega. Aidan dan Papanya saling mengangguk. Bu Retno kelihatan senang.
Pak Penghulu tersenyum. “Alhamdulillah kalau demikian.”
Perasaan Saras jadi senang melihat Papa dan Mamanya tersenyum.
“Baiklah.” Pak Penghulu bicara. “Kalau begitu kita menuju ke acara paling pokok hari ini yakni Ijab Kabul.”
Pak Argajaya menatap Aidan. “Siapkan semua maharnya.”
Aidan mengangguk lalu memberi kode kepada seorang asistennya. Lelaki itu lalu datang mendekat bersama seorang lelaki lainnya. Mereka menaruh kotak berisi uang, kotak berisi perhiasan dan seperangkat alat sholat di meja.
“Diperiksa dulu. Apa maharnya sesuai dengan nanti yang akan disebutkan?” Pak penghulu bercanda.
“Sudah, pak. Asisten saya sudah mengecek ulang semuanya. Mahar ini sesuai dengan nanti yang akan disebutkan pada saat ijab kabul.” Aidan menjawab dengan percaya diri.
“Baiklah. Kalau demikian. Mahar sudah siap. Saksi nikah bagaimana? Siap?”
Dua orang bapak pejabat bertubuh gemuk yang duduk di kiri dan kanan meja mengangguk. Rupanya mereka adalah teman Pak Argajaya yang diminta menjadi saksi nikah. “Kami siap sebagai saksi.”
Pak Penghulu mengangguk. “Oke. Kalau begitu. Silakan Pak yusuf. Kita mulai ijab kabulnya.”
Pak yusuf menenangkan diri. Ia sedikit nervous. Ditatapnya Saras. Saras kelihatan tegang. Namun Aidan terlihat tenang.
Pak Penghulu melihat pak Yusuf tegang. Ia takut Pak Yusuf lupa hal yang harus diucapkan. Segera Pak Penghulu a mendekatkan sepucuk kertas berisi ucapan yang harus dikatakan oleh orang tua mempelai wanita saat ijab.
Kembali Pak Yusuf membaca kertas itu. Sebenarnya ia sudah hapal apa yang harus diucapkan. Tapi ia tetap menghapalkan lagi agar tidak salah mengucap.
“Saya siap, Pak.” Pak Yusuf mengangguk ke penghulu.
“Baiklah. Bismillahirrahmanirrahim. Silakan Pak Yusuf.”
Pak Yusuf memajukan tangannya ke arah Aidan. Aidan memegang tangan Pak Yusuf. Posisi tangan mereka bersalaman. Aidan tersenyum ramah sehingga Pak Yusuf sedikit rileks.
“Bismillahirrahmanirrahim.” Pak Yusuf mengucap Basmallah pelan-pelan. Lantas dengan suara lebih keras ia berkata. “Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau, Aidan Bin Argajaya dengan anak saya Saraswati Danisa binti Yusuf dengan mas kawin uang dua ratus juta, seperangkat alat sholat dan perhiasan emas seberat 200 gram dibayar tunai.” Suara Pak Yusuf sedikit bergetar saat mengucapkan nama anaknya.
Aidan menggenggam tangan pak Yusuf erat sambil mengucap. “Saya terima….”
BRAAKK!
Tiba-tiba terdengar sebuah bangku di bagian belakang rubuh,
Aidan yang tengah mengucap Kabul berhenti melanjutkan ucapannya.
Semua orang menoleh ke arah asal suara.
“Siapa itu?” Bu Retno kaget.
Tampak seorang perempuan dengan penampilan berantakan dan rambut awut-awutan menabrak kursi yang jatuh itu.
Perempuan itu bangkit. Ia menyeringai lebar ke semua orang.
“Ha ha ha ha. Kenapa aku enggak diundang ke acara ini?” Perempuan itu terkekeh-kekeh. “Padahal aku ingin sekali datang ke pernikahan anakku.”
Orang-orang pada melongo.
“Siapa orang gila itu?” Pak Penghulu heran.
Tak ada yang menjawab.
Aidan terperanjat menatap perempuan yang masuk itu.
Wajah Pak Argajaya merah padam. Ia segera memerintahkan beberapa pengawalnya yang ada di ruangan. “Cepat bawa keluar perempuan itu!”
Dengan sigap 3 orang body guard mendekati si perempuan yang masih terkekeh. Mereka mencekal tangannya dan menariknya keluar ruangan. Perempuan itu meronta-ronta.
“Hei! Lepaskan aku! Aku ingin melihat anakku Aidan menikah!”
DEEGG!
Orang-orang kaget. Mereka jelas mendengar kalimat itu.
“Masa iya, dia ibunya Aidan?” Seorang ibu pengunjung bertanya ke orang di sebelahnya.
“Gak tau juga. Setau saya ibunya Aidan sudah meninggal.”
Orang-orang di dalam ruangan terpana. Sebagian orang bergumam. Mereka jelas melihat perempuan berpenampilan berantakan itu dibawa paksa ke luar ruangan.
Para body guard itu sungguh cekatan. Tak butuh waktu lama mereka berhasil mengeluarkan perempuan itu.
Tapi semua orang di ruangan jadi tegang. Aidan tak sadar sudah dari tadi tak menggenggam tangan pak Yusuf.
“Siapa perempuan tadi?” Pak Penghulu penasaran.
“Ngg… dia bukan siapa-siapa Pak. Dia hanya saudara jauh kami yang memang agak terganggu pikirannya.” Pak Argajaya menjawab cepat.
Dua orang pejabat yang menjadi saksi nikah wajahnya berubah. Mereka sepertinya kaget mendengar pak Argajaya menjawab demikian. Yang seorang hendak bicara. Namun ia urung melihat wajah Aidan dan Pak Agajaya sangat tegang.
Sementara itu Saras berpandangan dengan ayahnya. Matanya seolah minta penjelasan atas kejadian tadi.
Pak yusuf menunduk. Terus terang ia kaget melihat perempuan tadi masuk ruangan. Karena Pak Yusuf pernah kenal dengan perempuan itu. Dulu ia sering mengobrol dengan perempuan itu jika bertemu pak Argaya.
Ada sesuatu yang menggayuti benak Bu Retno. Ia menatap pak Yusuf suaminya. Bu Retno bisa melihat perubahan di wajah suaminya. Bu Retno tak kenal perempuan tadi. Tapi sepertinya ia paham bahwa Pak Yusuf kenal.
Pak Argajaya melihat suasana jadi tegang. Ia tertawa kecil seolah berusaha mencairkan suasana. “ha ha ha. Tadi cuma gangguan kecil. Saya rasa acara ijab kabul bisa dilanjutkan, Pak Penghulu?”
Pak Penghulu mengangguk. “Tentu saja kita segera lanjutkan. Gimana Pak Yusuf? Siap?”
“Iya… Iya...”Pak Yusuf tersentak. “Saya siap.”
“Kalau begitu supaya afdol kita ulang bacaan ijab kabulnya. Silakan pak Yusuf…”
Aidan tersenyum. Iia berusaha menenangkan pak Yusuf yang entah kenapa jadi semakin nervous.
“Bismillah, Pak.” Pak penghulu berbisik ke Pak Yusuf. "Jangan lupa."
Pak Yusuf mengangguk lalu mengucap Bismillah pelan-pelan.
Lantas Pak Yusuf kembali menggenggam tangan Aidan. “Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau, Aidan Bin Argajaya dengan anak saya Saraswati Danisa binti Yusuf dengan mas kawin uang dua ratus juta, seperangkat alat sholat dan perhiasan emas seberat 200 gram dibayar tunai.”
Aidan menjawab dengan mantap. “Saya terima nikah dan kawinnya Saraswati Danisa Binti Yusuf dengan mas kawin tersebut di atas, tunai…!”
Pak penghulu senang mendengar ucapan Aidan yang mantap. Mata Pak Penghulu diarahkan pada para hadirini. “Bagaimana, sah?”
“SAH!!”” terdengar hadirin serempak menjawab.
“Alhamdulillah. Acara ijab kabul sudah selesai. Berarti kalian sudah resmi jadi suami istri di hadapan Allah. Sekarang Aidan sudah resmi dan berhak memanggil Saraswati sebagi istrinya. dan Saraswati juga sudah berhak dan resmi memanggil Aidan sebagai suaminya.”
Aidan tersenyum percaya diri.
Saraswati sedikit tersipu karena ditatap para hadirin.
“Silakan. Sekarang pengantin wanita yang sudah resmi jadi istri mencium tangan suaminya.”
Saraswati menunduk lalu mencium tangan Aidan dengan takzim.
“Silakan saudara pengantin pria memeluk dan mencium pengantin wanita yang sudah resmi menjadi istrinya.”
Aidan memeluk Saras. Lantas ia mengecup dahi Saras.
Para hadirin tersenyum bahagia melihat Aidan mengecup dahi Saras.
“Romantis dan ganteng banget ya Suami Saras. Beruntung banget si Saras. Dapat suami baik, gagah, tajir melintir pula.” Ujar Nadya, sepupu Saras yang ikut menghadiri pernikahan itu. Nadya bicara ke Arabella sepupunya yang lain yang berdiri di sebelahnya. Tapi Arabella diam saja.
“Kok diam aja sih lo?” Nadya heran. “Lo ngiri karena Saras duluan married dibanding lo. Terus Saras dapat suami yang sempurna kayak Aidan?”
BERSAMBUNG…….
Hello readers. Jangan lupa mampir ke buku Fresh Nazar lainnya di Noveltoon. TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS dan MENIKAHI TUAN MUDA TAMPAN. Happy reading. Semoga terhibur dan suka membaca buku-buku karangan saya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Anthy Khalid
pasti nadya tau bgmn sifat asli dari aidan...atau mrk ada hub🤔🤔🤔
2021-05-29
0
🌻Ruby Kejora
3 like mendarat .
di tgu feedback nya di karyaku
mari qt smg dukung sampai eps.terakhir
the Thunder's love
cinta rasa covid-19
2021-02-22
0
Noejan
Hadirr ☺
2021-01-18
0