“Rupanya Ibu takut mati juga. "Aidan tertawa kecil. "Oke, saya tidak akan menembak Bu Hanifah kalau ibu mau kerja sama. Sekarang ambil hand phone ibu. Telpon si Rama!”
“Iya.. iya… Sebentar saya ambil hand phone. Hand phone saya di dalam kamar.”
Di bawah todongan pistol Bu hanifah berjalan gugup masuk kamar di dalam rumahnya yang sederhana. Aidan mengikuti. Ia mengawasi dengan teliti saat Bu Hanifah masuk kamar. Pistol tetap ditodongkannya ke Bu hanifah agar perempuan itu tak berani bersikap macam-macam.
Sementara Pak Argajaya memberi kode kepada 4 body guardnya. Dua orang siaga masuk rumah. Yang dua lagi berjaga di luar di dekat mobil.
Bu Hanifah sudah mengambil hand phonenya. Ia kembali ke ruang tengah masih diikuti Aidan.
“Tunggu apa lagi! Telpon anakmu!” Pak Argajaya melotot.
“Iya… iya..!” Bu Hanifah mengangguk sambil gemetaran karena pistol Aidan masih terarah ke kepalanya. Si ibu menghubungi anaknya.
Di sebuah gudang milik kantornya Rama menyekap Saras. Gudang yang tak terlalu besar itu kosong dan sudah jarang dipakai sejak ada gudang baru yang lebih besar. Saras terduduk lesu di sudut ruangan. Kedua tangan gadis itu diikat Rama memakai tali.
“Tolong lepaskan aku Rama, please….” Saras menghiba.
“Enggak, kalau aku lepaskan kamu. Pasti kamu menikah dengan lelaki setan itu. Aku gak rela…” wajah Rama kusut. Ketampanannya sudah tak terlihat saking lusuh dan kotor wajahnya.
“Aku terpaksa menikah dengan Aidan demi Papaku, Rama….” Saras menatap Rama. “Aku hanya ingin membahagiakan Papaku.”
“Tapi kamu tega sama aku Saras. Kamu menghancurkan hubungan yang sudah kita bina 2 tahun lebih. Kalau kamu menikah dengan Aidan artinya kamu menikah di atas kehancuran aku. Kamu akan bahagia di atas penderitaanku….”
Saras terdiam. Kemudian isaknya terdengar.
Tiba-tiba terdengar bunyi dering hand phone Rama. Lelaki itu kaget. Ia melihat nomer yang masuk di hand phonenya. Saras yang menangis menoleh melihat Rama menerima telpon. Gadis itu menghentikan tangisnya dan memperhatikan Rama menelpon.
Rama melihat nomer penelpon yang masuk. Nomer ibunya tertera di layar hand phone. Tumben ibunya menelpon jam seperti ini? Rama menerima telpon masuk itu dengan curiga.
“Ibu..?”
“Rama….!” Suara ibunya di telpon terdengar aneh. Sangat ketakutan dan tertekan. “Apa benar kau bersama Saras?”
Rama kaget. Ia tidak menceritakan hal ini pada siapa pun termasuk pada ibunya. Bagaimana ibunya bisa tahu?
“Ibu?” Rama curiga. Ia menduga ibunya tidak sendiri. Pasti ada seseorang yang membuat ibunya ketakutan. “Ibu sama siapa disitu?!”
Bu Hanifah takut-takut menjawab. “Ibu sama…”
TRRAP! Hand phone Bu Hanifah diambil oleh Aidan. “Ini aku Aidan!”
“Sudah kuduga.” Suara Rama sinis. “Hanya setan yang bisa membuat ibuku ketakutan!”
Aidan tidak memperdulikan ucapan Rama. “Aku minta secara baik-baik. Kau harus melepaskan Saras!”
“Enak aja!” Rama sinis! “Kalau aku lepaskan, dia pasti akan menikah denganmu! Enggak! Enggak akan aku lepaskan Saras meski kau mencoba mengambilnya lagi dariku!”
“Oh, begitu.” Suara Aidan santai. Ia lantas berpikir.
Pak Argaja memberi kode seperti melakukan gerakan menembak ke tangannya. Ia lalu menunjuk bu Hanifah.
Aidan paham maksud Papanya.
“Oke. Silakan kau tahan Saras.” Aidan bicara lagi di telpon. “Tapi kau akan melihat ibumu di rumah mati bersimbah darah…!”
DDEEGG!
Rama kaget mendengarnya.
Sementara Bu Hanifah terpekik. “Jangan… Jangan bunuh saya..!” Perempuan itu gemetaran.
Pak Argajaya memberi kode ke pengawal. Seorang pengawal segera menelikung tangan Bu hanifah ke belakang. Perempuan itu menangis ketakutan.
“Hu hu hu hu… mau diapakan saya?! Jangan tembak saya!”
Rama mendengar tangisan ibunya.
“Kalian apakan ibuku?!”
“Oh, dia belum kami apa-apakan. Tapi akan kuberi tahu bahwa kami disini punya pistol.” Tangan kiri Aidan memainkan pistol itu.
“Jangan tembak saya. Hu hu hu… Bu Hanifah semakin ketakutan.
Aidan mendekatkan hand phone ke mulut Bu hanifah yang menangis.
”Jangan tembak saya… hu hu hu hu…” Rama mendengar suara ibunya menangis.
Geram Rama dibuatnya. “Kalian akan aku habisi jika kalian tembak ibuku!”
“Oke. Bisa saja kami tidak jadi menembak ibumu. Mungkin kami hanya perlu membuat luka sedikit di tangannya dengan pisau atau cutter….” Suara Aidan santai namun penuh ancaman.
Seorang pengawal memegang pisau mendekati Aidan. Diambilnya pistol di tangan kanan Aidan. Lantas ia mengangsurkan pisau.
Aidan memegang pisau itu di tangan kanannya. Matanya berkilat ke arah Bu hanifah. Ia mainkan pisau itu dengan gerakan mengancam.
Bu hanifah menahan nafas mengira Aidan akan menusuknya.
CLAAPP! Tiba-tiba pisau ditancapkan Aidan dengan kasar ke meja.
Meski pisau tak mengenai tubuhnya, Bu Hanifah terpekik ngeri. "Aaarghhhh...!" Lantas ia menangis ketakutan. “hu hu hu hu jangan kalian siksa saya dengan pisau itu. Hu hu hu hu…”
Rama kembali mendengar ibunya menangis di hand phone.
“Setan kalian! Kalau kalian lukai dia, ibuku bisa mati kehabisan darah.”
“Nah, kau paham rupanya. Oke. Aku juga malas bernegosiasi denganmu. Lepaskan Saras saat ini juga. kalau Saras masih kau tahan, ibumu akan segera kami lukai. Semakin lama Saras masih kau sekap maka ibumu akan semakin banyak mengeluarkan darah dan bisa kehilangan nyawanya….!”
Rama berpikir keras. Matanya bergerak-gerak liar. Kelihatan panik. Saras yang mendengarkan pembicaraan di telpon ikut tegang.
Di dalam hatinya Saras berdoa. “Tuhan, tolong selamatkan aku. Hanya Engkau yang bisa mengeluarkan aku dalam keadaan sehat dan selamat dari tempat ini.”
“Oh, lama sekali kau berpikir!’ Suara Aidan jengkel. “Aku tidak bisa menunggu kau berpikir lama! Cepat putuskan. Aku hitung sampai 10. Kau harus putuskan sebelum hitungan brakhir. Kalau tidak, pisau ini akan membuat ibumu bersimbah darah..”
Aidan segera menghitung. “Satu…. Dua….”
Bu Hanifah menangis makin menjadi. Ia semakin ketakutan.
“Tiga…” Aidan melanjutkan menghitung. “Empat…! Enam…!, Tujuh……!”
“Hei! Kau menghitung semaumu…!” Rama protes.
“Terserah aku,” Aidan cuek. “Kan aku yang menghitung. Sembilan… Sepu..!”
“STOP!” Rama berteriak keras. “AKAN AKU LEPASKAN SARAH SAAT INI JUGA!”
Aidan tersenyum menang. ia menatap ayahnya. Pak Argajaya menangguk dan memberi acungan jempol ke Aidan.
*
Beberapa polisi berlari dengan sigap mendatangi sebuah gudang di jalan Arawana nomer 9.
Para Polisi itu bersiaga dengan pistol siap diarahkan ke pintu gudang.
SRTTT! Pintu gudang membuka pelan-pelan.
Keluar dari dalam gudang Rama yang tengah membekap Saras. Di tangan Rama ada pisau. Saras tampak pucat ketakutan. Tak berdaya di bawah ancaman pisau Rama.
“Lepaskan perempuan itu!” Polisi menghardik.
Mata Rama nyalang. Ia melihat hanya polisi di sekitarnya. “Mana ibuku? Aku tak mau melepaskan Saras kalau ibuku tidak selamat!”
“Ibumu pasti selamat!” Polisi menenangkan Rama yang kelihatan tidak tenang. “Lepaskan perempuan itu baik-baik…”
“Enggak…! Aidan dan Papanya sudah sering menipu keluargaku! Aku curiga, kalau aku lepaskan Saras, ibuku tetap dianiaya Aidan!”
“Lepaskan aku, Rama…” Saras menangis.
“Enggak!" Rama melotot. "Kamu enggak akan aku lepaskan kalau ibuku belum diantar kesini dalam keadaan selamat.”
Saras berpikir. Ia tau Ibu rama tinggal di kawasan Puncak. Paling cepat butuh waktu sekitar 2 jam untuk tiba di lokasi ini. Kalau macet bisa 5 jam baru si ibu akan tiba.
Saras melihat Rama tengah oanik. Lelaki ini melonggarkan cekalannya ke tubuh Saras.
DUUGG! Saras tiba-tiba menyikutkan tangannya dengan keras ke tubuh Rama.
Lelaki itu kaget. Saras terlepas dari cekalannya. Segera Saras kabur melarikan diri menjauh dari rama.
“Hei…!” Rama berteriak dan berlari mengejar Saras. Pisaunya teracung ke arah gadis itu.
Saras berlari dengan panik.
DDUUG! Saras terjatuh.
Rama mendekat dengan pisaunya.
Mata Saras melebar. Ia melihat pisau itu terarah kepadanya
DDDOOR! Polisi melepaskan tembakan.
“AAARRRGGGGH….!! Jeritan Rama terdengar membahana di tempat itu.
BERSAMBUNG
Hallo. Semoga kalian suka dengan novel ini. Akan ada semakin banyak kejutan dan twist di episode-episode selanjutnya. Jadi jangan ketinggalan baca update episode terbaru ISTRI YANG TERSIKSA. Like, vote dan komen semua pembaca saya nantikan. Buat teman penulis silakan tinggalkan like dan jejak. Nanti saya akan kunjungi balik buku kalian. Happy reading.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Anthy Khalid
kasian rama...hidupnya hancur
suatu saat saras akan menyesali smwnya
2021-05-29
0
Novi Anggraini
kasihan rama jd korban ...
2021-05-07
0
🌻Ruby Kejora
3 likes landing kk
2021-02-14
0