Pak Yusuf dan istrinya terpana. Mereka melihat mobil terus menjauh.
“Hu hu hu, Saras.” Bu Retno menangis kebingungan. “Bagaimana ini, Pa? Besok Saras mau menikah tapi malah dibawa kabur sama mantannya? Hu hu hu hu...”
“Aku juga bingung. Aidan pasti marah besar kalau tau Saras diculik Rama.”
“Pastilah Aidan marah… Tapi Aidan harus tau ini, Pa. Hu hu hu hu... Gak mungkin kita gak ngasih tau Aidan.”
“Ya sudah kalo begitu. Mama cepat telpon Aidan.” Pak Yusuf menyuruh istrinya.
“Iya, Pa. Iya…” Bu Retno segera mengambil hand phonenya dan menghubungi Aidan.
Pak Yusuf menatap istrinya yang sedang mencoba menelpon Aidan. “Ada aja masalah. Sarah sudah tinggal melakukan akad nikah kok mantannya masih gak rela!”
*
Aidan sedang ngobrol dengan Papanya kala Bu Retno menelpon.
“Apaaa…?! Saras diculik mantan pacarnya?” Aidan kaget.
“Iya, Aidan. Maafin kami." Ujar Bu Retno di telpon. "Kami lagi di belakang waktu Rama datang. Waktu kami keluar tau-tau Saras sudah dibawa masuk ke mobil. Kami teriakin! Tapi mobilnya langsung kabur.”
Wajah Aidan keruh kala menatap telepon.
Pak Argajaya menatap Aidan. “Saras dibawa mantan pacarnya?”
Aidan mengangguk. “Iya. Papa pasti kenal mantan pacar Saras.”
“Siapa?” Pak Argajaya berjengit.
“Rama. Mungkin Papa ingat anaknya Pak Wicaksono yang dulu punya kebun luas di Puncak? Yang kebunnya sekarang jadi milik kita? Rama ini anaknya Pak Wicaksono!”
“Oh. Dia rupanya. Ya Papa ingat. Anak itu ngamuk-ngamuk gak jelas karena Ayahnya gak bayar hutang.” Pak Argajaya ternyata tak lupa dengan Rama. “Mungkin dia dendam kepada kita. Tapi kita gak boleh takut dengan gertak si Rama, Aidan!”
“Aku gak takut!” Aidan tersenyum sinis. “Buat apa aku takut sama kecoa seperti Rama?!”
Pak Argajaya menatap Anaknya sambil tersenyum dingin. “Bagus. Kalau perlu kau habisi kecoa itu! Kau tau apa yang harus kau lakukan sekarang Aidan?”
“Maksud Papa? Aku harus menghabisi Rama? Itu mudah kulakukan. Tapi aku takut Saras yang disekapnya celaka!”
“Ah… Rupanya kau beneran suka dengan Saras sampai kau sulit berpikir jernih.”
“Aku benar suka sama Saras, Pa. Makanya aku mau ikut capek mengurusi semua persiapan pernikahan. Semua relasi, saudara dan teman-teman dekat sudah ku undang. Mau dikemanakan mukaku kalau besok pernikahanku dengan Saras gak terlaksana?!”
“Gak usah panik. Papa yakin pernikahanmu besok tetap akan berlangsung pada waktunya.” Suara Pak Argajaya yakin.
Aidan menatap ayahnya dengan pandangan bertanya. “Bagaimana bisa? Sekarang aja Saras masih diculik Rama! Aku gak yakin Rama akan melepas Saras.”
“Apa kau harus kuingatkan Aidan? Kita punya plan A, B, dan C dalam setiap hal yang akan kita kerjakan.” Pak Argajaya menatap lurus anaknya. “Kau tidak boleh lupa! Plan A : lakukan pekerjaan dengan lurus dan baik. Plan B : lakukan dengan lurus ditambah rayuan atau iming-iming uang atau harta. Plan C : gunakan segala cara, termasuk kekerasan untuk mendapat apa yang kita inginkan.” Suaranya sedikit pelan kala melanjutkan bicara. “Tentu saja plan C kita lakukan kalau Plan A dan B tidak bisa berjalan dengan baik.”
“Aku paham Papa. Tapi aku tidak yakin plan A dan B bisa diterapkan ke rama. Dia terlalu dendam dan benci kepadaku. Apalagi aku akan menikahi Saras yang sudah lebih dulu dilamarnya.”
"Papa tau. Kita hanya bisa melakukan Plan C saat ini. Lakukan saja! Tak perlu ragu.” Tegas Pak Argajaya. “Rama sudah melakukan kekerasan pada Saras. Kita balas Rama dengan keras juga!”
Aidan mengangguk.
“Kalau calon istrimu disekap Rama, kau bisa balas memanfaatkan kelemahan Rama. Kau ingat? Orang tua Rama tinggal satu. Pasti dia sangat sayang pada Ibunya setelah ayahnya meninggal. Nah, ancam Ibunya! Perempuan ini akan menjadi kartu as kita agar Rama mau menyerahkan Saras.”
Senyum kecil tersungging di bibir Aidan. “Iya, Pa. itu yang akan kulakukan. Kita ancam ibunya!”
“Apa ibunya Rama masih tinggal di sebuah rumah sederhana di ujung perkebunan yang sudah menjadi milik kita di Puncak?” Pak Argajaya mengingat.
“Ya. Perempuan itu masih disitu.”
“Kalau begitu kita datangi ibunya! Papa yakin Rama tak tega jika ibunya terancam kehilangan nyawa!” Pak Argajaya menyeringai seram seperti setan. Begitu seram seringainya hingga bisa membuat orang bergidik. Jika melihat seringai itu, orang bisa lupa bahwa wajah Pak Argajaya bisa sangat ramah pada kesempatan lain.
*
Bu Hanifah, ibunya Rama sedang memetik labu siam yang merambat di samping halaman rumahnya. Wanita berpenampilan sederhana ini hendak memasak sayur labu siam sebagai lauk makan siangnya.
BRRRRMM!
Tiba-tiba 2 buah mobil sedan berwarna hitam berhenti di depan rumahnya.
Si Ibu menoleh ke arah mobil yang datang. Ia tertegun. Dari mobil yang paling depan muncul dua orang lelaki. Dari mobil di belakang muncul 4 orang lelaki bertubuh besar yang sepertinya pengawal kedua lelaki di mobil depan.
Semua orang itu berwajah serius dan tegang. Bu Hanifah mengenal kedua lelaki yang berjalan paling depan.
Bagimana Bu Hanifah bisa melupakan kedua orang ini. Mereka lah yang merampas tanah suaminya dan membuat suaminya jadi gila hingga meninggal! Sekarang orang ini datang lagi!
Mau apa mereka? Bu Hanifah tiba-tiba cemas.
Semua orang yang datang itu langsung masuk ke halaman rumah Bu Hanifah tanpa permisi.
“Mana anakmu?!” Lelaki yang tua langsung melotot ke Bu Hanifah.
“Ngg… Saya gak tau, Tuan Argajaya.” Bu Hanifah menyebut nama lelaki yang dulu pernah akrab dengan suaminya. “Anak saya Rama gak tinggal disini!”
“Jangan bohong! Ibu mau melindungi Rama?!” Lelaki yang muda mendekat. Ia melotot ke Bu Hanifah.
“Melindungi apa?! Saya gak tau ada urusan apa ini? Kenapa tau-tau saya dimarahi?” Bu Hanifah bingung sekaligus tak suka.
“Ibu gak tau?! Rama, anak ibu sudah menculik calon istri saya!” Suara si lelaki muda geram!
“Astagfirullah.” Bu Hanifah kaget. “Yang benar Mas Aidan?”
“Masa saya bohong?!”
“Saya gak percaya! Gak mungkin itu! Buat apa Rama nyulik calon istri orang? Apalagi Rama sudah punya calon istri sendiri. Namanya Saraswati, sekretaris di kantor mana gitu.”
“Saraswati?”
“Iya. Itu calon istrinya Rama. Saya sudah dikenalin sama gadis itu. Orangnya cantik. Baik…”
“Saraswati itu calon istri saya!!!” Hardik Aidan. “Besok saya mau menikahi Saraswati. Tapi Rama menculiknya!”
Bu Hanifah bengong. “Lah? Ini gimana urusananyaa? Rama kan sudah lama jadian sama Saraswati?”
“Ibu jangan bikin saya naik darah ya!” Aidan makin geram.
“Sabar, Aidan….” Si lelaki tua ganti bertanya ke Bu Hanifah. “Jangan pura-pura tidak tau apa-apa Bu Hanifah. Saya yakin ibu menyembunyikan sesuatu. Oke, Rama tidak ada disini. Sekarang katakan! Dimana Rama tinggal?”
“Dia…. tinggal di tempat kos di dekat kantornya di Jakarta. Saya gak tau alamatnya.”
“Ibu beneran gak tau?”
“Iya. beneran saya gak tau alamatnya. Saya gak pernah ke tempat kos Rama.”
“Oh, rupanya Ibu memang gak bisa diajak kerja sama ya!” Aidan memberi kode kepada seorang body guardnya agar mendekat. Lelaki bertubuh tegap yang di dekat Aidan mengangguk paham.
TRAAPP! Lelaki itu menaruh sepucuk pistol di meja.
JREENG!
Aidan mengambil pistol itu. Ditodongkannya pistol ke kepala Bu Hanifah.
“Aaarrghhh..!” Bu Hanifah terpekik. ”Jangan..! Jangan tembak saya!”
BERSAMBUNG…….
Hallo pembaca semua. Semoga suka dengan novel ISTRI YANG TERSIKSA. jangan lupa tinggalkan like, vote dan komen jika suka dengan novel ini. Kalian juga bisa membaca novel saya TERPAKSA MENIKAHI BIG BOSS di aplikasi Mangatoon Noveltoon. Happy reading. Salam dari Author Fresh Nazar
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
🌻Ruby Kejora
like mendarat thor
2021-02-10
0
🍹Lulu Hilwa🦃
Like
2021-01-04
1
pinnacullata pinna
wah seremnya tiba-tiba keluar pistol
btw aku mampir dan memberikan like
dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang panjang yang indah
2021-01-03
1