"jangan pernah menghubungiku lagi, kerja sama kita selesai" ujar seseorang pada pria di hadapanya
pria itu langsung tertawa terbahak-bahak mendengarnya" semudah itu ? " tanya pria itu sambil menghisap cerutu yang sudah menjadi kebiasaanya
orang tersebut tersenyum sinis menatap tajam pria itu " selama ini kau menipuku brengsek!.. " barang orang tersebut menerjang pria di hadapannya dan mencengkram erat kerah bajunya namun dengan cepat anak buah pria itu menarik tubuh orang tersebut menjauhkan dari tuanya
pria itu kembali tertwa terbahak-bahak "Pantas saja kau selalu kalah saing dengan dia, kau ini memang benar-benar bodoh" ujar pria itu berjalan mendekat
"cih... kau juga sama bodohnya, mudah di kalahkan dengan dia dan sekarang kau hanya berani main kucing-kucingan" ledek orang tersebut seraya tersenyum sinis pada sudut bibirnya
"Bugh!... "
Pria itu memukul perut orang yang di depanya karna tidak terima di katai "Dengarkan aku Alex! " ujar pria itu mencengkram kerah baju Alex yang saat ini sedang meringis menahan sakit di perutnya "aku memiliki cara untuk itu, jadi diamlah dan nikmati saja pertujukanya" ujar pria itu
"Jika kau macam-macam dengan gadis itu, aku tidak akan tinggal diam" ancam Alex,
saat ini Alex sedang bersama orang yang pernah berkeja sama denganya untuk membalas dendam pada Erkan, karna Alex sudah tahu kebenaranya dia memutuskan untuk berhenti berkerja sama dengan pria di hadapanya ini. dan ternyata pria ini juga telah menipunya menutupi kebenaran dan memanfaatkan Alex untuk memusuhi Erkan
"Wah.. wahh... sepertinya kau sudah jatuh cinta pada targetmu sendiri?.. akhhh... maksudku mantan target balas dendammu? ujar pria itu melarat ucapanya "sepertinya akan semakin menarik"batinnya
"Kenapa kau membenci keponakanmu sendiri?" tanya Alex
"bocah ingusan itu bukan keponakanku, aku pikir setelah ayahnya pergi aku bisa menguasai winchester company dan meraih kepercayaan para sindikat mafia tetapi si tua bangka itu malah membawa cucunya yang akan menjadi penerusnya yang justru menghancurkan usaha yang selama tua bangka itu bangun seharusnya dia mempercayakanya padaku bukan pada bocah itu yang menjadi kehancuran baginya" ujar pria tersebut
"apa yang di lakukan Erkan sudah benar mengancurkan orang-orang seperti kalian dan aku tidak peduli dengan masalahmu! sekali lagi aku peringati jangan pernah menyentuh gadis itu" acam Alex kembali, seraya berlalu pergi dari hadapan pria tersebut
"Tuan anda akan membiarkanya pergi?" tanya si anak buah
"biarkan saja dia pergi" jawab si pria "hubungi wanita itu, suruh dia menemuiku"
"baik tuan"
"Cih... bocah itu berani mengancamku " batin pria itu tersenyum misterius
***
"maaf.. apa ibu sudah membuat janji dengan pak Erkan" tanya seorang penjaga resepsionis pada gadis di hadapanya
gadis itu hanya mengelengkan kepalanya " apa mba bisa kasih tau sama pak Erkan, kalo saya ingin bertemu denganya" ujar gadis tersebut
"nati yah bu, saya akan mencoba menghubungi sekretarisnya, kalo boleh tau nama ibu siapa?
"Zella.. Grizella " ujar gadis tersebut, penjaga resepsionis hanya memgangukan kepalanya mencoba menghubungi sekretaris Erkan
"Maaf ibu! pak Erkan sedang sibuk beliau tidak bisa di ganggu "
Zella menghela napas sudah dua hari Erkan tidak memberinya kabar, dan akhirnya Zella memutuskan untuk datang ke Arsakha Grup untuk bertemu dengan Erkan tetapi pria itu tetap enggan menemuinya
"boleh saya menungunya di sini" tanya Zella pada resepsionis
"boleh saja, tapi saya tidak tahu kapan pak Erkan mengijinkan mbanya untuk ketemu"
"Tidak apa-apa saya akan tetap menungunya disini, Terimakasih" ujar Zella memutuskan menunggu Erkan di lobi
beberapa jam kemudian Zella masih saja tetap setia menungu sampai jam makan siangpun tiba Zella hanya bisa meliat para karyawan yang berlalu lalang tidak ada tanda-tanda Erkan akan turun untuk makan siang, dan justru sekarang perut dia yang sudah berbunyi meminta untuk di berimakan
"Zella! "
Zella menoleh pada seseorang yang memanggilnya "Revan! " panggil Zella dengan nada senang bangun dari duduknya
"Astaga! lo ngapain duduk disini" tanya Revan mendekati Zella
"ketemu Erkan. tapi dia lagi sibuk" jawab Zella polos "lagin lo kan yang waktu itu nyarnin gue nymperin Erkan "
"Ya Tuhan! lo kan bisa hubungin gue kalo mau ke kantor, lo udah lama nunggu disini?"
Zella mengangukan kepalanya "iya dari pagi gue disini, gue gak tahu nomor ponsel lo"
"lah..kan lo bisa tanya Delina, atau minta ke resepsionis buat hubungin sekretaris gue" terang Revan pada Zella
"Sorry gue lupa" jawab Zella dengan cengiran
Revan mengelengkan kepalanya, apa yang di pikirkan Erkan kenapa tidak ingin bertemu Zella sehingga tega membiarkan Zella menunggu" Pikirnya, Revan baru saja selesai meeting di luar namun saat kembali ke kantor Revan mendapati Zella sedang duduk di lobbi.
Akhhh.. sekarang Revan punya ide untuk memberi pelajaran kakanya itu yang tega membiarkan Zella menunggu karna Egonya. " yadah lo tunggu di ruangan gue ajah, tapi sebelum itu.." Jeda Revan mendekatkan tubuhnya pada Zella ingin membisikan sesuatu padanya
"Dengerin gue! mungkin saat ini Erkan lagi liat lo di Cctv ssst!... " Revan menahan kedua pundak Zella lalu kembali berbisik "lo gak usah cari Cctvnya dimana, cukup diem dengerin gue Ok! "
Zella mengagukan kepalanya patuh mengikuti saran Revan, dengan cepat Revan merangkul pundak Zella membawanya mendekat pada tubuhnya
"Lo nyakin cara ini berhasil" bisik Zella pada Revan
"Hmmm... lo harus percaya sama gue " ujar Revan lalu mengajak Zella berjalan Revan begitu terlihat intim dengan Zella karna tangan kiri Zella memegang pinggang Revan sedangkan Revan merangkul pundak Zella,
Semua karyawan tertuju pada mereka berdua yang saat ini berjalan menuju lift, semua orang disana ada yang memandangnya heran, kagum, dan juga pandangan tidak suka pada Zella, sedangkan Zella masa bodoh yang penting dia bertemu Erkan dan masalahnya selsai.
"Lo mau tau apa yang terjadi saat kita keluar dari lift nanti" Tanya Revan
"Zella menyeritkan halisnya bingung, memang apa yang akan terjadi pikirnya, saat itu juga pintu lift terbuka menapakan seorang pria sudah berdiri tegap disana menatap tajam mereka berdua dengan cepat pria itu masuk kedalam dan..
Bugh!....
"Revan!...
suara pukulan cukup keraspun terdengar seseorang telah memukul Revan hingga terjatuh lalu pria tersebut langsung menarik Zella keluar dari lift, yang disana masih ada Revan yang memberikan kode oke dengan ibu jarinya pada Zella menandakan bahwa rencananya berjalan dengan lancar.
***
Di dalam ruangan Erkan tidak fokus dengan pekerjaanya dia terus memandangi macebooknya yang terhubung dengan Cctv disana Erkan terus melihat Zella yang sedang duduk di lobi ingin bertemu denganya. Erkan ingin sekali menghampiri gadis itu namun egonya mengatakan tidak boleh menghampirinya, Erkan ingin tahu sejauh mana Zella untuk menunggunya, bukankah selama ini Erkan yang terus menunggu.
berjam-jam lamanya Erkan semakin gelisah ternyata Zella tetap bertahan menunggunya disana, kali ini Erkan yang kalah dia sudah tidak tahan lagi sepertinya dirinya harus menenui Zella, namun saat Erkan hendak bangun dari duduknya di layar itu terlihat adiknya Revan yang medekati Zella
seketika raut wajah Erkan berubah ketika melihat adiknya mendekatkan tubuhnya pada Zella seperti sedang membisikan sesuatu, Erkan mengepalkan tanganya ketika adiknya berani merangkul Zella dan lebih parahnya lagi gadis itu malah melkukan hal yang sama
"Shit!".. tidak bisa di biarkan Erkan langsung bangun dari duduknya berjalan keluar ruanganya dengan wajah menahan amarah
"Bos mau kemana? " taya Hardi ketika Erkan melewatinya "Wah gawat!" gumam Hardi panik langsung mengikuti Bosnya
Bugh!....
"Revan!...
Erkan langsung meninju wajah adiknya ketika pintu lift itu terbuka lalu menarik tangan Zella membawanya pergi, sedangkan Hardi yang mengikuti Erkan tadi langsung menghampiri Revan yang tadi kena tinju oleh Erkan
"Duhh... Ade Boss gak apa-apa" tanya Hardi mencoba membantu Revan untuk bangun
"Gila! kakak gue parah!" ujar Revan menggelengkan kepalanya seraya memegang sudut bibirnya yang berdarah karna robek terkena pukulan Erkan ..
Disilain Erkan terus menarik tangan Zella "Erkan lepas, kamu kenapa pukul Revan" tanya Zella namun Erkan tetap diam dengan wajah dinginya, dan Zella lebih baik memilih diam, karna kejadian tadi seperti dejavu baginya, mangka dari itu Zella memilih diam agar tidak memancing kemarahan Erkan.
"Duduk!.." suara berat itu memerintah Zella untuk duduk di sofa
Zella langsung menurut apa yang di katakan oleh Erkan, sedangkan pria itu kembali diam dan pergi meninggalkan Zella yang duduk sedirian karna Erkan memilih duduk kembali di kursi kebesaranya.
Zella sedikit khawatir dengan keadaan Revan, bagaimana keadaannya gara-gara dia pria itu terkena pukulan dari kakanya sendiri, Zella benar-benar tidak menyukai situasi seperti ini yang melihat Erkan hanya diam saja pria itu sibuk dengan berkas-berkas dan Macbooknya tidak sama sekali melirik ke arah Zella hal itu membuat Zella enggan menegur pria itu.
lama dengan situasi penuh keheningan, suara ketukan pintupun terdengar memecah keheningan tersebut, di balik pintu muncul sosok hardi dan seseorang di belakangnya yang membawa nampan makanan di tangannya
"nyonya boss, ini saya bawain makanan buat nyonnya bos?" ujar Hardi
Zella menyeritkan halisnya "buat saya " tujuk Zella pada dirinya sendri
"iya nyonya boss, masa buat saya. yang ada nanti saya kena jotos juga sama si boss" ujar Hardi menyingung Erkan, sedangkan orang yang di singgung terap fokus dengan kerjaanya atau puta-pura fokus..
Zella yang melihat makanan di depanya meneguk ludahnya sendiri Zella memang sendang lapar dan juga haus sedari pagi dia duduk di lobi dan tidak beranjak kemanapun
" terimakasih Hardi, maaf sudah merepotkan " senyum Zella pada Hardi
"saya mah seneng di repotin sama nyonya boss"
"gimna kedaan Revan tadi? tanya Zella karna dirinya baru ingat jika kejadian di lift tadi ada Hardi disana
"Ekhmmm.. "dehem Hardi melirik Erkan yang masih sibuk itu lalu berbicara pada Zella pelan seperti berbisik " ade boss gak kenapa-napa, gak perlu khawatir, kalo gitu saya pergi yah nyonya boss masih banyak kerjaan" pamit Hardi meninggalkan ruangan terebut
Zella sekarang bisa bernapas lega Jika pria itu baik-baik saja. sekarang dia bisa makan dengan tenang, masa bodoh dengan Erkan yang masih terdiam dan enggan bicara itu, apalagi menunya makanan kesukaanya ayam geprek.
Di sisi lain Erkan menyungingkan senyuman begitu tipis ketika melihat Zella makan begitu lahapnya.
beberapa lama kemudian Zella sudah menyelesaika makanya, melirik kembali ke arah Erkan pria itu sama masih membisu Zella tidak suka Erkan mendiamkanya, Zella lebih suka Erkan yang banyak bicara jika sedang marah karna Zella tahu cara untuk mendiamkannya cukup diberi ciuman pria itu pasti akan berhenti, jika diam seperti ini Zella harus melakukan apa?..
"Ekhmmm" dehem Zella melirik Erkan, tapi pria itu masih diam, Zella mendengus sebal lalu pandangan Zella beralih pada lengan Erkan yang di perban, Zella baru menyadari jika tangan Erkan sedang di balut perban, dengan reflek Zella segera bangun dari duduknya untuk menghampiri pria itu
"Dugh... Pranggg! ....
"Aushhh... " ringis Zella memegang jari telunjuknya yang terluka
"kamu suda gila!.." bentak suara berat tersebut mengagetkan Zella "kenapa kamu memegang pecahan gelas itu?" tanya Erkan memegang jemari Zella dan membawa Zella menjauh dari pecahan gelas tersebut lalu membawanya menuju wastafel yang ada di ruang kerja Erkan.
Zella hanya bisa terdiam dia kaget, bukan karna dia terluka karna tadi tidak sengaja kakinya tersandung ujung meja sehingga membuat gelas minumnya terjatuh ketika Zella ingin menghapiri Erkan. Zella kaget karna pria itu akhirnya berbicara padanya.
"dasar ceroboh" ledek Erkan yang kini sedang memcuci tangan Zella
"Sakit? "
" tahan sebentar lukanya harus di bersihkan dulu " ujar Erkan
senyuman di bibir Zellapun terbir akhirnya Erkan berbicara padanya
"bukan tangan aku, tangan kamu kenapa? " tanya Zella
namun Erkan diam tidak menjawabnya lalu kemudian membawa Zella untuk duduk kembali setelah itu Erkan pergi lagi untuk mengambil kotak P3K
"Kemarikan tangan kamu yang luka tadi" titah Erkan lalu Zella mengukurkan lenganya kemudian Erkan mengobati Jari telunjuk Zella yang tadi terluka,
"harus yah? nunggu aku terluka dulu baru kamu mau ngomong sama aku" tanya Zella dengan mata yang sudah berkaca-kaca sunguh Zella benar-benar merasakan sesak di dadanya, disisi lain dia senang jika Erkan berbicara denganya, hal yang membuat dia sedih karna Erkan berbicara padanya hanya karna terluka dan tidak peduli ketika dia tadi menunggu pria itu berjam-jam dan juga mendiamkanya
Erkan menghela napas "dengarkan aku? " ujar Erkan menangkup wajah Zella yang kini sudah meneteskan air mata " Maaf " sesal Erkan langsung membawa tubuh Zella kedalam pelukannya
seketika itu juga tangis Zella pecah sudah tidak bisa di tahan lagi di dalam dekapan Erkan, yang saat ini memeluknya begitu erat seraya mengelus pugung Zella dengan lembut.
sedangkan Zella terus menangis dalam pelukan itu dan meluapkan segala kekesalannya yang ada pada Erkan.
"Kamu Jahat Er!... "
"Aku tahu"
"Kamu tega!"
"Aku tahu "
"Aku benci kamu!
"aku cinta kamu"
"aku juga cinta kamu Er!..."
Seketika tubuh Erkan langsung tegang ketika mendengar kata terakhir yang di ucapkan oleh Zella, akhirnya kata-kata yang selama ini Erkan tunggu terdengar juga "Zella mencintainya" kali ini Erkan tidak memaksanya bukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments