Perubahan Erkan

Auussshhhh!......

Zella meringis memegang kepalanya yang terasa sakit, "lagi!".. gumamnya melihat lenganya yang di pasang Infus, Zella memejamkan matanya sejenak untuk mengurangi rasa sakitnya, Zella teringat tentang kejadian semalam dimulai dari dia bermimpi buruk, sampe Erkan menemukanya.

Erkan!...

Zella memebuka matanya teringat dengan Erkan, Zella mencoba bangun dari tidurnya sebelum itu Zella melepaskan sendiri infusan yang menempel di lenganya lalu Zella berjalan keluar dari kamar, ketika Zella sudah berada di ruang Tv, Iya melihat Erkan sedang tidur di kursi singel dengan mendekap lenganya di dada, posisi kepalanya menunduk kebawah " pasti sakit tidur dengan posisi seperti itu, kenapa tidak tidur di kamar tamu seperti biasa" pikirnya, disana juga Zella melihat sahabatnya Dina dan Revan adiknya Erkan, Revan tidur sama seperti Erkan hanya saja Revan rela pahanya di jadikan bantalan oleh kepala Dina.

Zella mencoba mendekati Erkan yang sedang tertidur, Zella membungkukan sedikit badanya dan di pandanginya wajah Erkan,

"berapa lama kamu akan terus memandangku!"

Zella kaget reflek memundurkan badanya, namun dengan cepat Erkan langsung menarik lengan Zella dan membawa Zella duduk di pangkuannya dengan posisi menyamping

"Erkan!.. " kaget Zella dengan reflek melingkarkan lenganya di leher Erkan

"sekarang kamu boleh memandangku sepuasnya" bisik Erkan di telinga Zella sehingga Zella merinding di buatnya

"Er.. lepas, aku mau bangun " pinta Zella memegang lengan Erkan yang mengurungnya

"No?.. " tolak Erkan memandang Zella lalu Erkan membenamkan wajahnya pada ceruk leher Zella dan bermain di sana, membuat Zella sedikit mengerang karna Erkan mengendus sesekali mengecupnya "kamu membuatku takut semalam" Erkan mendongkakan kembali kepalanya melihat Zella

"Er.. aku.."

"astaga! pagi-pagi mata gue sudah ternodai" ujar Revan mengagetkan dua orang yang sedang bermesraan itu, dengan cepat Zella bangun dari pangkuan Erkan sedangkan pria itu hanya biasa-biasa saja

"mmmhhhh.. kenapa brisik sih masih ngantuk tahu? protes Dina setengah sadar bangun dari tidurnya " oh... Zell lo udah bangun " tanya Dina menoleh ke arah Zella

"Klo mau iya..iya mendingan di kamar ajah sono" ledek Revan

"klo ngomong jagan sembarangan deh" protes Zella berlalu meninggalkan mereka dengan wajah bersemu merah karna malu di pergoki Revan..

"Ekhhh... tunggu Zell mau kemana?" tanya Dina melihat Zella pergi

"Mau bikin sarapan buat kalian" triak Zella yang jalan menuju dapur yang di ikuti oleh Dina

"Van!.. " Revan menoleh pada Erkan memanggilnya " gue titip Zella, lo gak usah masuk kantor hari ini? "

"Emang lo mau kemana A?" tanya Revan penuh selidik karna takut jika kakaknya itu akan melakukan sesuatu

"Kantor" jawab Erkan singkat dan berlalu meninggalkan Revan

***

"Zell, are you okay? "tanya Dina

"Hmmm" gumam Zella yang sedang mengambil bahan makanan di dalam lemari ice " I am okay " jawab Zella melihat ke arah Dina

"lo hampir hepotermi tau gak semalem" ujar Dina sambil membantu Zella memotong sosis untuk membuat nasi goreng

Zella tersenyum lalu menghela napas " Sorry, udah buat kalian khawatir"

"seharusnya lo bilang itu sama Erkan, lo tahu gimna paniknya dia semalam" ujar Dina menghentikan kegiatanya menoleh ke arah Zella "kapan lo mau konseling lagi Zell"

"gue udah baik-baik aja, jadi Please!" ujar Zella menggelangkan kepalanya karna menurut Zella menjalani konseling ataupun tidak hasilnya akan tetap sama, Zella tidak pernah bisa keluar dari lingkaran masalalu yang menjerat selama 20tahun

Dina menghela napas karna Dina tidak bisa memaksa apa yang di inginkan oleh Zella tetapi sebagai sahabat Dina tidak ingin menyerah.

"Sorry Din, bukanya gue meragukan profesi lo, gue percaya sama lo, jadi please biarin kali ini gue mengatasinya sendiri " senyum Zella mematap Dina lalu dibalas dengan senyuman oleh Dina

"gimana prasaan lo sama dia" tanya Dina

mendengar itu senyuman di bibirnya langsung pudar Zella tidak tau bagaimna caranyan menjelaskan hal itu kepada Dina, bagaimana perasaanya terhadap Erkan dan jawabanya adalah IYA! Zella mencintai pria itu, tetapi Zella takut untuk mengungkapkanya karna Zella takut jika Erkan akan meninggalkanya suatu saat nanti, lagi pula selama ini Erkan tidak pernah menanyakan tentang hal itu.

"gak apa-apa ko Zel kalo lo gak mau jawab"

"Hmmm Sorry.." ujar Zella merasa bersalah karna tidak menjawab pertanyaan Dina

tanpa mereka sadari ternyata sedari tadi seseorang telah mendengarkan pembicaraan mereka dari awal, lalu orang itu langsung pergi karna sudah cukup dia mendengarkan

"Erkan nungguin lo sadar sampe bergadang, dia kanya sayang banget sama lo Zel " ujar Dina

Zella hanya tersenyum menatap Dina, lalu melanjutkan kembali kegitanya yang tertunda

beberapa lama kemudian Zella dan Dina sudah selesai menyiapkan sarapan namun ada yang kurang yaitu kehadiran Erkan tidak ada disana

"Erkan udah pergi tadi" ujar Revan yang melihat Zella seperti ingin memangil Erkan

"pergi!" Zella menyeritkan halisnya karna bingung kenapa Erkan pergi tanpa memberitahunya, biasanya pria itu selalu berpamitan pada Zella jika ingin pergi "ko gak bilang sama gue"

"Ngapain dia bilang sama cewek kaya lo " sinis Revan

"Zella kan pacarnya Erkan, lo kenapa sih Van ?" tanya Dina karna melihat raut wajah Revan yang seprti sedang menahan kesal

Revan hanya mengangkat bahunya acuh lalu menyuapkan nasi goreng kedalam mulutnya, sedangkan Zella masih mencerna apa maksud dari perkataan Revan tadi, di sisilan Dina merasa kesal langsung merebut piring itu dari hadapan Revan,

"jawab dulu lo kenapa" Tanya Dina karna dia sangat mengenal Revan seperti apa, jika Revan tidak menyukai seseorang pasti akan menjawab pertanyaan dengan sinis seperti perkataanya kepada Zella tadi

" seharusnya gue yang tanya sama sahabat lo" Revan melirik ke arah Zella yang menatap Revan bingung"apa yang kurang dari kakak gue, dia punya segalanya, dia juga mencintai lo, tapi kenapa lo... akhhh sudahlah gue udah gak nafsu buat sarapan, jika bukan Erkan yang nyuruh gue tetep di sini mendingan gue pergi juga" decak Revan beranjak pergi dari meja makan.

Dina langsung mengejar Revan sedangkan Zella terduduk dengan lemas "apakah selama ini dia salah " pikir Zella

"Revan!.. kenapa lo ngomong kaya gituh sama Zella?" tanya Dina pada Revan yang kini sudah berada di balkon

"Erkan dengerin kalian ngobrol tadi di dapur" ujar Revan

"tapi lo gk seharus ngomong kaya gitu dong sama Zella" protes Dina menatap Revan yang sedang duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya dan juga ponsel di tanganya

Revan mendongkakan kepalanya menatap Dina " denger yah Del, Erkan itu kakak gue, jadi gue gk mau kalo perasaan Erkan di permainkan?"

"siapa yang mempermainkan?" tanya Zella menghampiri Revan dan Dina "gue gak ada niat buat mempermainkan Erkan"

"lantas kenapa lo diem ajah waktu Delina tanya tadi" Tanya Revan

"justru gue yang merasa takut kalo Erkan..."

"Kalo Erkan mempermainkan lo, picik yah pikiran lo" sela Revan mentap tajam Zella " Denger! selama ini baru kali ini gue liat kakak gue banyak berubah, asal lo tau ajah Erkan gak pernah menjalin hubungan dengan perumpuan manapun, cuman lo Zell, cewe yang berhasil buat hati Erkan mencair, apa lo gak bisa liat bagaimana perlakuan dia sama lo, karna dia bener-bener cinta sama lo Zella!" tegas Revan

Zella hanya terdiam mendengarkan perkataan Revan. benar apa yang di katakan Revan Zella benar-benar picik, karna terus memikirkan ketakutanya tanpa memikirkan perasaan Erkan

Revan menghelanapas melihat Zella tidak seharusnya Revan berkata seperti itu pada Zella tadi "Ok sorry! gue minta maaf dengan omongan gue tadi "Sesal Revan

"Iya gue ngerti ko gak apa-apa" jawab Zella karna wajar jika Revan seperti tadi padanya Zella sangat mengerti.

"lebih baik nanti siang lo ikut sama gue" ajak Revan

"lo mau ngajak Zella kemana" tanya Dina penuh curiga

"tenang Del, gak usah khawatir, lo mau kan Zel?... karna ada seseorang yang pengen ketemu sama lo!"

Zella memyeritkan halisnya menatap Revan "Pengen ketemu sama gue siapa?" tanya Zella penasaran

"Nanti lo bakalan tau " jawab Revan dengan senyum misterius

***

Di dalam ruang meeting Erkan sedari tadi tidak fokus terhadap seseorang yang sedang menjelaskan sesuatu pikiranya berada di tempat lain, Hardi sekretarisnya yang melihat itu hanya diam tidak berani menegurnya cukup dia sekarang yang harus lebih fokus, dan orang-orang di dalam ruang meetingpun juga merasa aneh terhadap Boss mereka yang sedari tadi mengetuk-ngetuk jari telunjuknya pada meja hal itu membuat mereka beranggapan jika seorang Erkan tidak puas dengan materi yang mereka sampaikan.

sedangkan Erkan masih memikirkan kejadian tadi pagi ketika tidak sengaja mendengarkan obrolan Zella dengan sahabatnya Dina, seharusnya dia tidak pergi begitu saja apalagi tidak berpamitan dengan Zella, pasti gadis itu memikirkan hal yang tidak-tidak, mau bagimana lagi di sisi lain Erkan bener-bener kecewe ketika melihat Respon Zella hanya diam tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu,

Erkan tahu jika Zella ingin berpacaran denganya karna Erkan memaksanya selama ini Erkan yang selalu mengucapkan bahwa dia mencintai Zella, tapi gadis itu tidak pernah mengucapkanya, selama ini Erkan tidak pernah menanyakannya hal pada Zella, yang Erkan butuhkan cukup gadis itu berada di sampingnya. tapi sekarang Erkan yang terbawa perasaan benar-benar seperti anak remaja mudah baper.

lama dengan pikiranya bunyi ponsel terdengar, dengam cepat Erkan meraih ponselnya melihat siapa yang mengirimkannya pesan, sebuah senyuman terukir di bibir Erkan dia merasa senang pesan tersebut ternyata dari gadisnya, sedangkan karyawan yang berada di ruang meeting itu takjub ketika melihat Erkan tersenyum

"Ekhmmm.." dehem Erkan untuk menetralkan ke gugupanya, kemudian langsung menatap tajam arah karyawanya "kenapa kalian berenti" tanya Erkan dingin

di sisi lain Hardi menyuruh mereka melanjutkan kembali dengan bahasa isyarat, lalu mereka melanjutkan kembali meeting yang tadi sempat terhenti karna deheman Erkan.

dengan cepat Erkan membuka pesan tersebut dia benar-benar seperti anak remaja sedang di mabuk cinta yang merasa senang ketika medapatkan pesan dari sang pacar.

"kamu dimana Er ?...

"kenapa tidak memberitahuku jika kamu pergi?"

Zella 😘

Erkan tersenyum membaca pesaan tersebut Erkan merasa senang karna untuk pertama kalinya Zella menanyakan hal seperti ini padanya

"aku sedang meeting, ada apa?"

Send

"Bodoh kau Erkan kenapa malah berkata seperti itu " runtuk Erkan dalam hati.

"Maaf aku menganggu mu?"

"Aku hanya ingin bertanya jam berpa kamu akan pulang?"

Zella😘

"Jagan menungguku, karna aku sedang sibuk "

Send

Akhhh.... sekarang Erkan merasa dirinya bener-benar bodoh mau bagaimana lagi jika Erkan pulang ke apartemen milik gadis itu Erkan pasti akan menjadi lemah.

lama menunggu ternyata Zella tidak membalas lagi pesannya "Sial!.." sekarang Erkan merasa kesal.

Dugh!...

dengan kesal Erkan melemparkan ponselnya di meja meeting seketika semua orang kembali terdiam karna takut jika mereka melakukan kesalahan, apa lagi sekarang Erkan sedang menatap mereka tajam

"kenapa kalian diam ?...apa kalian sudah bosan bekerja disini Hah!" bentak Erkan langsung merobek berkas yang ada di hadapanya,

"apa kalian tidak tahu caranya berhitung! apa sudah lupa menggunakan otak kalian!? "Ujar Erkan pedas semua orang di sana tetap diam menundukan kepalanya karna takut dengan Erkan

"kalian hanya membuang waktuku" ujar Erkan dingin berlalu pergi dari ruangan tersebut di ikuti Hardi di belakangnya

"Tuan" panggil Robbi yang kini sedang berada di ruangan Erkan

"bagimana dengan tikus itu?" tanya Erkan

"orang-orang semalam hanya suruhan Tuan, karna tidak ada tato di dalam tubuhnya " terang Robbi

"samapai kapan orang itu akan terus bermain-main" batin Erkan, sebenarnya Erkan sudah tahu orang di balik teror selama ini dia alami, Erkan memilih diam karna menunggu orang itu keluar dengan sendirinya

"kau sudah melakukan apa yang aku printahkan semalam" tanya Erkan

.

"sudah tuan "

"Good!.." ujar Erkan tersenyum miaterius

***

Zella mendengus sebal membaca pesan dari Erkan yang terkesan cuek padanya tidak seperti Erkan biasanya

"Benerkan! apa yang gue bilang" ujar Revan melirik Zella yang sedang duduk di sampingnya

saat ini mereka berdua sedang berada di dalam mobil dengan Revan yang mengemudi sebelum itu mereka mengantarkan Dina terlebih dulu ke tempat prakteknya

"sebenernya kita mau kemana sih Van ?" tanya Zella karna sedari tadi Revan tidak memberitahukan padanya, ternyata kakak berdaik sama-sama menyebalkan

"lo bakalan tau nanti" jawab Revan singkat

tidak lama kemudian mereka sampai di rumah yang begitu megah sampai Zella di buat takjub melihatmya sedari melewati gerbang tadi. "sebenarnya ini rumah siapa? ralat ini bukan rumah tapi Mansion " pikir Zella

"kita sudah sampai "

"Ini rumah siapa Van " tanya Zella menatap Revan penuh selidik karna sedari tadi pria itu tidak pernah menjawabnya

" ini rumah kekuarga gue Zella, keluarganya Erkan " terang Revan " sebaiknya kita masuk, jika lo masih meragukan tentang Erkan! lo bakalan tau nanti di dalem " menurut Revan seharusnya yang membawa Zella pertama kali ke rumah mereka adalah Erkan tapi mau bagaimana lagi Mamihnya itu ingin menemui Zella tanpa Erkan tahu, tanpa Maminya ketahui padahal Revan sudah lebih dulu meminta ijin pada Erkan, jika tidak Revan tidak bisa membayangkanya.

pada akhirnya mau tidak mau Zella memutuskan masuk kedalam Mansion tersebut yang ternyata seseorang sudah memunggu mereka di depan pintu

"hallo...Dokter kita ketemu lagi?..."

Terpopuler

Comments

Anita Jenius

Anita Jenius

Hadir kak..
8 like buatmu.
Mari kita saling dukung.
Semangat up terus ya..

2021-03-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!