Terungkap 2

"gimana kedaan si brengsek itu " Tanya Alex pada Erkan yang kini sudah duduk di sampingnya "kenapa lo baru bilang sekarang? tanyanya lagi namun Erkan tetap terdiam

setelah kejadian di Club tadi Roy langsung di larikan ke rumah sakit dengan menggunakan ambulance yang memang sudah di persiapkan lebih dulu oleh Robbi atas perintah dari Erkan. karna Erkan tahu pasti akan membutuhkanya dan benar saja, Roy di buat tidak sadarkan diri oleh Alex sampai sekarang

"kenpa? lo mau pukulin dia lagi kalo sadar? " Tanya Erkan " kenapa lo gak pukul gue juga waktu dulu, ketika lo nuduh gue sebagai pelakunya?" Lanjut Erkan

"jawab aja pertanyaan gue berengsek!.." ujar Alex mencengkram kerah baju Erkan

dari kejauhan Robbi yang melihat Tuanya itu ingin mendekat, namun Erkan memberikan isyarat untuk tidak mendekatinya "bukanya dari dulu gue udah bilang! bukan gue palakunya " jawab Erkan seraya melepaskan cengkraman Alex "gue harep lo berhenti sampe disini, jangan terlibat lagi dengan orang itu" Jelas Erkan berlalu pergi dari hadapan Alex yang terdiam,

Erkan memang sengaja tidak memberitahukan kebenaran itu, Erkan ingin Alex lah yang mencarinya sendiri, namun yang di lakukan Alex hanya termakan dengan opininya sendiri.

***

"Tuan!.. anda mau pulang kemana malam ini?.."tanya Robbi melirik Erkan yang duduk di belakang kemudi melalui kaca

"Zella" singkat Erkan,

Robbi yang mengerti maksud tuanya langsung menjalankan mobilnya, mengantarkanya ke apartemen kekasihnya itu namun saat di perjalanan Robbi merasakan ada yang tidak beres karna dia merasa mobilnya seperti sedang di buntuti

"Ambil jalur yang sepi " printah Erkan, yang sepertinya sudah tahu jika mereka sedang di buntuti

dan benar saja mobil yang tadi mereka curigai sekarang mengikutinya ketika Robbi menambah kecepatan laju mobil.

Ckittttt........

suara decitan mobil terdengar Robbi merem mobilnya mendadak karna mobil yang tadi mengikuti mereka sudah berada di depan dan belakang mengahadangnya posisi mobil mereka terkunci. lalu dari mobil depan itu keluar 7orang berpakain hitam berbadan besar dan tidak lupa mereka juga membawa benda seprti pentungan sedangkan yang keluar dari mobil belakang sekitar 10 orang

" Tuan birkan saya, yang menghadapi mereka " ujar Robbi, hal seperti ini bukanlah sesuatu yang besar untuk Robbi dia adalah mantan agen mata-mata dan pasukan khusus yang kemampuan beladirinya tidak di ragukan lagi,

"aku tahu kemampuanmu, kita hadapi sama-sama tikus sialan itu! agar cepat selesai " karna Erkan ingin segera bertemu dengan Zella entah kenapa sedari tadi perasaanya tidak enak "kau urus yang di belakang, aku akan urus yang di depan" titah Erkan

"akhhh... tuanya ini memang padai memilih" pikir Robbi

Mereka berduapun keluar dari mobil untuk menghadapi orang-orang itu. " Ada urusan apa kalian?" Tanya Robbi

bukanya menjawab orang-orang bertubuh besar itu malah tertawa, dan langsung menyerang Erkan dan Robbi terjadilah baku hantam di antara mereka.

Kemampuan bela diri Erkan tidak perlu di ragukan lagi dengan mudahnya iya menangkis setiap serangan dari sekelompok orang itu, Ketika salah satu dari mereka hendak menyerang Erkan dengan melayangkan pentungan dari belakang, dengan cepat Erkan berbalik menahanya lalu menarik pentungan itu berpindah ke tanganya dan menendang kuat orang tersebut hingga tersungkur, pentungan yang tadi Erkan ambil kini Erkan gunakan untuk memukul sekelompok orang-orang itu

tidak lama kemudian sekelompok orang tersebut dapat di lumpuhkan dan sebagian dari mereka memilih untuk melarikan diri karna ketakutan ternyata lawan mereka sangat kuat.

Krekkkkk!.... "Akhhh.. "triak seserorang menahan sakit

Erkan menginjak lengan dari salah satu sekelompok orang tersebut hingga menimbulkan bunyi yang cukup keras, orang itu tidak berhasil melarikan diri, karna ketika orang itu berlari Erkan melemparkan pentungan tepat mengenai punggunya sehingga orang tersebut terjatuh dan di tinggalkan oleh kelompoknya

"sakit !" tanya Erkan dengan menyeringai menyeramkan. Erkan menggilas tangan orang tersebut dengan sepatunya triakan orang tersebut semakin menjadi karna mungkin saja tulangnya suda patah

Robbi yang melihat itupun biasa saja, seperti bukan hal yang baru untuknya melihat Erkan seperti itu, hal itu berbeda dengan Hardi sekretarisnya pasti akan ketakutaan jika melihat Erkan sudah berubah menyeramkan mangkanya Hardi di tugaskan haya fokus pada urusan kantor.

"siapa yang menyuruh kalian? " tanya Erkan yang kini kakinya sudah berpindah menginjak Kepala orang itu

"ti..tidak ta...ta... tahu.. Akkkkkhhhh!.. " triknya lagi ketik Erkn menekan kuat injakan di keplanya

"Tuan! biarkan saya yang mengurusanya" saran Robbi

tampa menjawab Erkan langsung berjalan menuju mobil meninggalkan Robbi dan orang tadi yang terlihat sudah tidak berdaya, setelah masuk kedalam mobil Erkan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

***

Di apartemen Zella tidak berhenti menangis di bawah guyuran air sambil memeluk lututnya dan terus mengucapkan kata maaf, seluruh badanya basah, wajahnya begitu pucat bibirnyapun sampai bergetar karna kedinginan,

" Zella!... " suara itu begitu familiar di telinganya Zella mendongkak melihat seseorang memangilnya namun penglihatanya pudar

"astaga apa yang.. " ujar orang tersebut langsung mematikan shower yang mengguyur tubuh Zella, Dia benr-benar terlihat Khawatir melihat keadaan Zella yang basah dan pucat di wajahnya, sudah di pastikan pasti Zella sudah lama berada di guyuran air.

"Hiks...aku tidak bisa memeluknya Er, a.. Hiks. a..aku" tangis Zella pada Erkan yang kini sedang memeluknya, pria yang begitu menghawatirkanya adalah Erkan

saat datang tadi Erkan langsung menuju kamar Zella untuk melihatnya tapi yang Erkan lihat Zella tidak ada di tempat tidur, justru dia melihat pintu kamar mandi yang terbuka dan mendengar suara air dari dalam, Erkan bergegas mengahmpirinya karna tidak mungkin Zella sedang mandi selarut ini apalagi pintu kamar mandi itu terbuka.

"Sutttt!.. jangan di teruskan.. Ok tenanglah ?"

"Shit!.. " umpat Erkan langsung mengangkat tubuh Zella yang tiba-tiba tidak sadarkan diri

Erkan membaringkan tubuh basah Zella ke tempat tidur, Erkan mencoba membranikan diri untuk membuka baju Zella, dia tidak peduli Zella akan marah nanti, Erkan juga tidak bisa membiarkan tubuh Zella basah.

dengan ceketan Erkan menggati baju Zella hingga ********** untuk pertama kalinya Erkan melihat tubuh polos Zella, walupun dulu Erkan pernah melihatnya itu hanya sebagian ketika Erkan lepas kendali di kapal pesiar, tapi sekarang walupun Erkan melihatnya tapi tidak menikmatinya fokusnya hanya pada keadaan Zella saat ini bukan pada nafusnya.

***

Erkan menarik napasnya setelah melihat Delina selesai memasangkan cairan Infus kepada Zella, Erkan benar-benar mecemaskan gadisnya itu, "Sial! .. gara-gara sekelompok orang tadi menghadangnya, mungkin Zella tidak akan seperti ini, pantas saja sedari tadi prasaanya tidak Enak" pikirnya

"Zella hampir terkena Hipotermi " terang Dina pada Erkan yang kini sudah berada di samping Zella mengenggam tanganya, Dina yang melihat itu memilih untuk keluar.

Erkan terus memperhatikan wajah pucat Zella "sebenarnya apa yang tejadi?" batin Erkan,

di sentuhnya bibir Zella yang kini warnanya sudah kembali normal, tidak sepucat tadi. lalu Erkan merapihkan selimut Zella agar menjaganya tetap hangat.

"Del.. keadaan Zella gimna?"

"dia hampir hipotermi Van.." Dina langsung duduk di samping Revan, Dina juga merasakan khwatir kepada Zella sebagai sahabatnya, tapi jika sebagi dokternya Dina ingin mengajak Zella konseling dengannya karna sudah lama Zella tidak melakukanya karna selalu menolak permintaan Dina,

Dina begitu panik medapatkan telpon tengah malam dari Erkan, untuk datang ke apartement zella, dan Revan lah yang menjemputnya atas suruhan Erkan, mangkanya pria itu juga bisa berada di sini, padahal Dina sekarang sedang menghindarinya.

"katakan sebenarnya apa yang terjadi! " Dina dan Revan langsung menoleh pada Erkan yang kini sudah ada di hadapan mereka..

"maaf! aku tidak bisa mengatakanya!" jawab Dina

"Kau!..."

"Wowowo!... " Revan menghalagi Erkan yang terlihat marah mendekati Dina "tenang A!.. Din" Revan menoleh ke arah Dina " katakan saja sebenarnya lo percayain semuanya sama Erkan " Revan mencoba menyakinkan Dina

Dina menghela nafas, memang bener mungkin dia harus menceritakan semua kebenarannya, Dina harus percaya pada Erkan, bukankah pria itu begitu sangat mencintai Zella, sudah dua kali Dina melihat Erkan terlihat kacau ketika melihat Zella seperti ini bukankah itu cukup membuktikanya bahwa Erkan mampu menjaga Zella

Dina menghembuskan nafas pasrah " Ok!..aku akan menceritakanya! "

akhirnya mereka bertigapun duduk di sofa dengan Erkan duduk di kursi singel Dina dan Revan duduk bersebelahan. lalu Dina memulai menceritakan awal pertemuannya dengan Zella.

"Om Adrian yang mengenalkan ku dan Zella di rumah sakit jiwa, kalian bayangkan saja anak kecil masih berumur 8tahun sudah masuk rumah sakit jiwa, waktu itu aku tidak mengerti apapun yang aku tahu hanya mempunyai temen baru, ketika pertama aku datang kesana yang pertama kali aku lihat tubuh Zella yang sudah tidak sadarkan diri di kamar mandi seluruh tubuhnya basah karna air " terang Dina menceritakan Erkan dan Revan hanya diam serius mendengarkan

"kejadian itu sama halnya seprti yang kamu lihat" Dina menoleh ke arah Erkan lalu melanjutkan kembali ceritanya "hal itu sering terjadi selama aku mengenal Zella, itu terjadi jika Zella sudah bermimpi buruk tentang kejadian itu, seakan alam bawah sadarnya yang harus melakukannya, hal itulah yang membuat aku ingin menjadi seorang psikiater aku sangat ingin membantunya keluar dari masalalu yang menjeratnya selain itu aku juga ingin tahu apa yang Zella alami karna Om Adrian tidak pernah menceritakanya"

"Zella pernah melaukan perawatan di Swiss 4tahun yang lalu itu karna dia selalu mencoba untuk bunuh diri, namun selalu gagal karna aku dan Om Adrian selalu menemukanya"

"kenapa dia ingin bunuh diri?" tanya Erkan menatap tajam Dina, jadi ketika Erkan bertemu Zella ketika di swiss itu Zella sedang melakukan perwatan, pikir Erkan

"itu karna... " jeda Dina milirik ke arah Revan, apa dia harus menceritakanya, "Itu karna Zella pernah menjadi korban pelecehan ketika menjalani Residen dulu"

Raut wajah Erkan langsung mengeras ketika mendengar Zella pernah mengalami plecehan tanganya mengepal kuat sehingga memutih Erkan bener-benar terlihat marah membuat Dina mencengkram lengan Revan

"A !..." panggil Revan

"lanjutkan!.. " singkat Erkan. akhirnya membuat Revan dan Dina bernafas lega Erkan telah kembali tenang

"ahh.. Ok!" ujar Dina sedikit gugup melepaskan tanganya dari Revan lalu melanjutkan kembali ceritanya " setelah kejadian itu membuat trauma Zella semakin parah, akhirnya Om Adrian membawa Zella ke swiss menemui Dokter yang pernah menangani Zella dulu, dan dari Dokter itu jugalah aku mengetahui semua yang terjadi pada Zella"

"siapa nama Dokter itu" tanya Ekan

"namanya Dokter Albert, beliau juga yang menangani pak Jonathan, Ayah Zella karna mengalami defresi setelah ibu Zella meninggal karna kecelakan pesawat, disana lah semuanya bermulai."

"Jadi dari Dokter itu lo tahu Del " tanya Revan karna dia yang mendengarnyapun penasaran, ternyata kekasih Kakaknya itu menjalani kehidupan yang tidak mudah sama halnya dengan Erkan merka hampir sama mengalami masa kecil yang buruk.

"ya.. akhirnya setelah lama gue lulus akhirnya Om Adrian percaya sama gue, dan kasih gue semua berkas riwayat tentang Zella, tapi sekarng justru gue berkhianat ngasih tau kalian berdua " terang Dina karna melanggar kode etik membocorkan tentang riwayat pasien, meskipun begitu Dina tidak merasa bersalah, karna menurut Dina, Zella memang membutuhkan seseorang membantunya selain dia, yaitu Erkan karna Dina yakin Erkan mampu membawa Zella keluar dari kegelapan.

"Apa yang di dalam berkas itu? "

Dina menoleh ke arah Erkan menarik nafas panjang dan terdiam sesaat sebelum mengatakannya "Zella telah membunuh ibu tirinya"

"Apa?.." kaget Revan sedangkan Erkan tetap tenang dengan wajah dinginya karna kata-kata membunuh bukan hal yang tabu baginya, karna Erkanpun sudah beberapa kali membunuh orang.

Dina melanjutkan kembali ceritanya "Zella mempunyai adik bernama Raihan, aku juga tidak tahu kenapa ayahnya Zella menikah dengan wanita gila itu, Zella dan Raihan di perlakukan layaknya boneka mereka di dandani seperti boneka mengajaknya berpesta teh, seperti anak kecil yang bermain boneka, kalian juga pasti tahu jika anak perempuan bermain boneka seperti apa?" tanya Dina

"hanya saja yang menjadi boneka itu Zella dan Raihan, jika mereka menolaknya wanita itu akan memukuli mereka, Zella adalah korban yang lebih parah di pukuli, karna dia selalu melindungi Adiknya, jika wanita itu sudah puas memukuli Zella dia akan membawa Zella ke kamar mandi dan menyiramnya dengan air setelah itu menguncinya membiarkan Zella semalaman tidur disana"

"lalu apa yang terjadi pada Raihan? tanya Erkan

Dina menggelengkan kepalanya " itulah yang sekarang menjadi pertayaan untukku dan Dokter Albert, karna Zella tidak pernah menceritakanya kenapa Raihan bisa meninggal padahal Zella selalu melindunginya, aku juga tidak tahu apa yang membuat wanita itu marah sehingga memukuli Raihan sampai meninggal dunia, hingga Zella sampai membunuh wanita itu"

"bagaimana dengan Dokter Adrian apa dia tahu" tanya Erkan karna masih belum puas mendengar cerita dari Dina, Erkan ingin mengetahui semuanya

lagi-lagi dina menggelengkan kepalanya " yang aku tahu dari Om Adrian, dia dulu selalu mengunjungi Zella dan Raihan tapi wanita gila itu selalu berhasil mengelabui Om Adrian. sepintar-pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga bukan?.., di sana Om Adrian sempat melihat luka yang di tutupi lengan baju Zella"

"Gila... ternyata ada wanita seperti itu, gue pikir cuma di film-film doang " ujar Revan tak percaya "trus-trus gimna lagi " tanyanya lagi pada Dina namun Erkan langsung menatapnya tajam, Revan hanya bisa tersenyum karna menurut dia ceritanya bener-benar menarik

lalu Dina kembali melanjutkan ceritanya " setalah kejadian itu Om Adrian selalu memantau dan akhirnya yang di takutkan terjadi ketika Om Adrian menemukan Zella yang belumuran darah dan Raihan yang sudah meninggal, hasil otopsi menyatakan Raihan meninggal karna perdarahan di perut akibat pukulan. selebihnya aku tidak tahu lagi hanya Zella yang tahu kenapa hal itu bisa terjadi"

Erkan menghebuskan nafas dan mengusap wajahnya Erkan benar-benar tidak percaya akan hal ini, ternyata kekasihnya itu menajalani hidup yang begitu sulit, Erkan bener-benar Marah klo saja wanita itu masih hidup mungkin Erkanlah yang akan membunuhnya, bukan Zella.

"Siapa pelaku pelecehan itu?"

Dina menelan salivanya ketika Erkan menanyakan itu, Dina tahu jika ada sesuatu yang berbeda dari Erkan. karna Dina bisa merasakan itu karana Dina adalah seorang psikiater, Dina akan mencoba bertanya pada Revan nanti untuk memastikan dugaanya.

"Aishhh.. jagan bilang lo.. ? " Revan mengantungkan pertanyaanya yang melihat ekspresi Erkan "bakalan tamat nih riwayat orang itu" batin Revan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!