...🎼 KRISTIAN KOSTOV 🎼 ...
...Beautiful Mess ...
...☘☘☘...
"Kenapa kamu batalin cuti itu Dokter Zella, berubah pikiran?
"Maaf dok.. karna saya lebih suka berada di sini, lagi pula pak Erkan Sudah menyutujuinya"
Saat ini Zella berada di ruangan Direktur untuk mengajukan pembatalan cutinya karna ia masih ingin bekerja di rumah sakit ini.
"Baiklah jika itu keputusan kamu saya tidak memaksakan"
"Terima kasih banyak Dokter" ujar Zella sambil tersenyum menatap Dokter Adrian
"Dokter Zella boleh saya berbicara masalah pribadi" tanya Adrian dengan serius menatap Zella yang juga menatapnya penuh tannya menggukan kepalaya
"Ini tentang papah kamu"
Degh!..
Seketiaka tubuhnya menegang muka Zella langsung berubah menjadi pucat setelah mendengar kata Papa, Pria yang paling tidak ingin ia temui selama hidupnya, Pria itu juga yang membuat Zella kehilangan orang yang ia cintai, dan pria itu juga penyebab mimpi buruknya,
"Hah.." Zella langsung tersenyum sinis dengan muka dinginya "Papah?.." satu kata itu ia ucapkan lirih, penuh rasa kesakitan Zella menatap Adrian dengan mata yang sudah memerah, menahan tangis dan sesak di dada..
"Zell dengerin Om.. belajarlah untuk memafkan, bagimanapun Jhonatan adalah Papah kamu, jujur saja Papah kamu sering menemui Om, dia ingin bertemu denganmu Zella" Terang Adrian dengan tenang memberi pengertian
"Maaf Zella gak bisa Om" ujarnya sambil menggelengkan kepala dengan air mata mulai jatuh membasahi pipinya, dengan cepat Zella langsung menghapusnya
"Maaf Om... Zella harus Visit, Permisi " Zella langsung bangun dari duduknya dan buru-buru pergi dari ruangan Dokter Adrian, Prasaannya saat ini tak menentu setelah mendengar apa yang di katakan Dokter Adrian
Adrian yang melihat Zella yang keluar dari ruanganya tanpa ingin menahanya Adrian tahu Zella pasti butuh waktu tapi cepat atau lambat Zella pasti akan bertemu dengan Papahnya..
Adrian juga sama merasakan sakitnya dialah saksi bagaimna gadis itu menjalani kehidupannya selama ini, Adrian masih ingat bagaimana waktu itu menemukan Zella kecil yang sudah belumuran darah dengan tanganya pula ia membawa Zella keluar dari rumah itu menjauh dari Wanita gila, istri baru Papahnya.
Ingatanya kembali kemasa Adrian yang melihat Zella mengalami Trauma berat
Flashback On
"Pergi kalian!"
Zella kecil terus berteriak ketika dokter atau suster mendatanginya, Zella terus bersembunyi di bawah tempat tidur jika seseorang akan masuk menemuinya,
Saat itupula Adrian tidak pernah berhenti untuk menemui Zella, ketika datang Adrian akan membawakan boneka atau coklat untuknya tetapi Zella selalu menolaknya atau melemparnya, Adrian juga selalu menemukan Zella di bawah tempat tidur gadis kecil itu selalu bersembunyi disana...
Waktupun terus berlalu Adrian tidak pernah berenti berusaha untuk membuat Zella sembuh dari traumanya dan akhirnya berhasil, sedikit demi sedikit akhirnya Zella mau berinteraksi dengannya
Dan hari ini Adrian akan membawakan seorang teman untuk Zella, Adrian membawa keponakaya Delina, Semoga saja dengan mengajak keponakannya bisa membuat Zella lebih baik
"Om temen baru Delina sakit yah, Ko kita ketemuanya di sini " tanya Delina pada Adrian sambil menarik ujung bajunya
"Dengerin Om, benar temen baru kamu di sini lagi sakit, Delina maukan bantu dia buat sembuh" tanya Adrian sambil mengusap pucuk kepala Delina, Gadis kecil itu langasung mengangukan kepalanya sambil mengancungkan Jempolnya tanda setuju dengan senyum lebar di wajahnya
Saat mereka masuk kedalam ruangan tapi tidak menemukan siapapun disana
"Zella?" panggil Adrian mencari keberadaan Zella "Delina Tunggu sebentar di sini" pinta Adrian pada keponakanya, Adrian pun pergi keluar untuk mencari Zella ..
Delina Kecil yang menunggu Omnya di ruangan Zella, merasa ingin sekali buang air kecil menunggu Omnya tidak mucul-muncul Delina memberanikan diri untuk masuk kamar mandi di ruangan tersebut, namun saat Delina masuk ia menemukan anak kecil seumuran denganya tergeletak dengan baju membasahi seluruh tubunya.
"Om Adrian! " Triak Delina memangil Omnya sambil belari tepat saat Delina ingin keluar Adrian masuk kedalam dengan wajah yang khawatir
"Ada apa Delina" Tanya Adrian dengan cemas
"Om di kamar mandi ada orang"
Tidak butuh waktu lama Adrian langsung berlari ke kamar mandi, benar saja ketika Adrian masuk sudah menemukan tubuh Zella yang tergeletak disana dengan wajah pucat dan baju yang basah, dengan cepat Adrian membawa Zella ketempat tidur dan langsung memangil dokter
Dua jam kemudian Zella tersadar membuka matanya pelan ia melihat kesampingnya ada seorang anak kecil yang sedang menatapnya.. kemudian melihat ke arah Sofa di situ ada Adrian yang sedang tertidur
"Hay.." sapa Delina namun Zella tetap diam tidak menjawab sapaanya, Delina langsung mendengus tak suka Zella mengabaikannya.
"Zella kamu sudah bangun" Tanya Adrian bangun dari sofa yang ia tiduri tadi langsung berjalan ke arah Zella
"Kamu baik-baik saja"
Zella diam tidak menyaut tatapan gadis itu kosong
Adrian tidak mau menyerah "baiklah.. Om akan mengenalkanmu dengan seseorang, yang duduk di samping kamu adalah keponakan Om Delina "
"Dina" satu kata keluar dari Zella untuk pertama kalinya .. karna selama ini Zella selalu menjawab dengan mengangukan kepalanya dan mengelengkan kepalanya..
"Delina" Sanggah Delina karna Zella salah menyebut namanya "Bukan Dina tapi D E l I NA .. Delina " tegas Delina mengejakan namanya dengan penuh penekanan,
"DINA!" ujar Zella sekali lagi tak mau kalah
Adrianpun sedikit Terkejut karna untuk pertama kalinya melihat Zella mau berbicara "Sudah-Sudah iyah Zella boleh ko manggil Delina dengan Dina" Adrian menengahi keduanya
"Delina maukan di panggil Dina seperti nama kesayangan beda dari yang lain" sambil mengelus pucuk kepala Delina
"Delina mau Om punya nama kesayangan" jawabnya dengan perasaan senang "Hallo Zella" sapa Delina pada Zella
Setelah kehadiran Dina Zella bisa kembali tersenyum dan sedikit melupakan teraumanya walupun mimpi-mimpi itu masih menghantuinya sampai sekarang..
Flashback Off
Di lorong Rumah Sakit Zella terus berjalan tanpa henti dan tidak lagi memperhatikan sekitar atau sapaan dari para dokter atau suster yang berpapasan denganya, yang Zella butuh ketenangan saat ini..
Dugh!..
"Auhh.. Maaf " ujar Zella karna tidak sengaja menabrak seseorang..
"Zella!"
Zella langsung melihat pada seseorang yang menyebut namanya, orang yang Zella tabrak tadi ternyata mengenalnya
"Aku Alex, yang di Bioskop waktu itu?... Wah ternyata kamu sudah lupa yah " tanya Alex karan melihat Zella yang sedang memikirkan sesuatu
"Ahh.. Alex, maaf baru mengingatnya" jawab Zella merasa tidak enak sudah melupakanya
"Its ok. sepetinya kamu sedang terburu-buru, ternyata kamu Dokter disin? tanya Alex dengan antusias
"Iya begitulah, sedang apa kamu disini?
"Hanya menemui teman kebetulan sedang di rawat di rumah sakit ini"
"Owhh... begitu, semoga lekas sembuh untuk temanmu, Oh iya... sorry Alex aku harus buru-buru " ujarnya tak enak hati
"Aku bisa mengerti, tapi lain kali jika ada kesempatan kita akan mengobrol banyak" pinta Alex pada Zella
"Kalo begitu aku pergi dulu" Zella lansung berlalu dari hadapan Alex tanpa mengiyakan ajakan Pria itu
"Zella!" triak Alex memangil nama Zella
Langkah Zella terhenti membalikan badanya melihat ke arah Alex
"Zella.. seseorang pernah bekata jika pertemuan petama dan kedua tidak sengaja mungkin yang ke 3 adalah jodoh" Alex berkata sambil terseyum menatap Zella
"Maaf Alex tapi aku tidak percaya itu" jawab Zella lalu berlalu pergi menjauh
Alex tetap terus memandangi punggung Zella sampai menghilang dari pandanganya " Menarik " ujarnya dengan sersenyum di sudut bibirnya
🌼🌼🌼
"Kamu yakin Rob dia ada di indonesia" tanya Erkan
"Yakin tuan, sepertinya dia sedang merencanakan sesuatu lagi kali ini"
"Pantau terus gerak gerik dia, sepertiya secepatnya aku harus kembali ke indoesia.. Arghhhh Sial.! "erangnya dengan kesal "kamu boleh pergi Robbi dan bilang pada Hardi persiapkan malam ini kita akan pulang ke indonesia "
"Baik tuan" jawab Robbi patuh sambil berlalu pergi
"Aghhh.. Berengsek!" Erkan sungguh kesal masalahnya dengan orang yang ingin mencelakainya tempo hari belum juga selesai, sebenarnya apa yang di inginkan orang itu hanya karna sebuah kesalah pahaman orang tersebut berani melakukam sejauh ini, bisa saja Erkan mendatanginya langsung karna dia juga sudah tahu orang itu, namun saat ini Erkan akan diam menunggu waktu yang tepat.
Dengan perasaan marahnya Erkan langsung teringat dengan Zella, gadis yang dulu pernah Erjan temui ketika liburan di swiss tiga tahun lalu.
Erkan menyentuh benda persegi itu untuk melihat seseorang yang ada di dalam sana" I miss u Zella, maaf aku tidak menghubungimu selama satu minggu ini, jika aku menghubungimu pasti aku ingin cepat pulang" ujar Erkan sambil melihat Wallpaper di ponsel milikya, lalu kemudian Erkan mengetikan sesuatu disana.
Hari ini Zella sedang menikmati hari liburnya, sedari tadi zella terus menatap ponselnya berharap seseorang menghubunginya " Ashhh... lo ngapain sih Zell mikirin dia terus" kesal Zella sambil menjambak rambutnya sendiri "semua cowok tuh sama ajah" batinya
Sudah satu minggu pria itu tidak menghubunginya, hanya satu pesan yang Pria itu kirim, untuk memberitahunya jika sebentar lagi akan pulang.
Zella melirik jam dingding sudah pukul dua siang perutnya sudah mulai merasa lapar, stok makanan di dalam kulkas juga sudah habis, jadi hari ini dirinya memutuskan untuk berbelanja, biasanya Dina yang akan menemaninya tapi sahabatnya itu sedang sibuk hari ini, jadi mau tidak mau ia harus pergi sendiri dari pada perutnya keroncongan terus.
Tiga jam kemudian zella sudah menyelesikan belanjaanya untuk kebutuhanya selama sebulan, sekrang waktuya Zella untuk mengisi perutnya yang sedari tadi cacing-cacing di perut meronta minta di beri makan
Zella masuk ke salah satu letoran favoritnya makanan cepat saji, tanpa Zella sadari jika sekarang sedang di perharikan oleh seseorang, dan kini orang itu berjalan ke arahnya
"Zella" Paggil orang itu sambil menepuk bahu Zella dari belakang
Zella yang merasa seseorang sudah menyentuh bahunya dan menyebutkan namanya, suara tersebut tidak asing lagi untuknya, jangan bilang?.. dengan cepat Zella membalikan tubuhnya
"Papah!?" kaget Zella tak percaya jika orang tersebut adalah Papahnya pantas saja suaranya tidak asing baginya, seketika tubuhnya langsung menegang dan reflek melangkah mundur kebelakang ketika Papahnya akan mendekat
"Zel Papah senang kita bisa bertemu, Papah ingin bicara, Boleh?" tanya sang Papah dengan tatapan sendu
"Apalagi yang anda ingin bicarakan, saya rasa tidak ada yang perlu di bicarakan" Jawabnya dengan nada dingin menatap Papahnya penuh dengan luka
"Zell Papah mohon dengerin Papah, munggkin ini kesempatan Papah buat bicara sama kamu, Papah tidak ingin menyiayiakan kesempatan ini, Papah mohon Zella" pinta sang Papah dengan nada lirih
"Baik tapi jangan di sini!"
"Apa yang ingin ada katan" tanya Zella tanpa melihat ke arah sang Papah pandangannya terus lurus kedepan melihat danu buatan disana
Saat ini mereka sudah berada di sebuah taman atas perimintaan Zella
"Papah senang bisa bertemu denganmu, selama ini Papah tinggal di jerman tempat Papah berasal"
Zella tetap diam dan terus mendengarkan apa yang Papahnya katakan..
"Indonesia tempat menyenangkan dan menyakitkan bagi Papah" sang Papah menjeda ucapnya untuk menarik nafas panjag menahan sesak di dada tapi Jonathan harus menyelesaikan semuanya, dia sangat menyayangi anaknya.
"Meneyenangkan karna disinilah Papah bertemu ibumu dan memiliki kedua anak bersamanya, Papah sangat bahagia mempunyai kamu dan juga Raihan"
Air mata Zella tiba-tiba jatuh ketika sang Papah menyebutkan adik kesayanganya Raihan, yang telah pergi meningalkanya, begitupun juga dengan sang Papah
"Ketika Mamamu pergi Papah bener-benar merasa terpukul, ketika melihatmu dan Raihan Papah selalu teringat pada mamahmu itulah alasan papah lebih banyak menghabiskan waktu di luar, Papah mengalami Depersi, Papah sering mendatangi Psikiater dan di situlah papah bertemu wanita itu"
"Papah sering bertemu ketika menjalani conseling karna dia juga sama kondisiya dengan Papah hanya saja dia kehilangan anaknya, yang papah liat dia orang baik, tapi Papah tidak berniat untuk menjadikanya istri"
Jhonatan menoleh ke arah Zella yang kini sedang menangis dalam diam, kemudian mencoba melanjutkan kembali ceritanya
"Saat itu nenekmu tahu jika Papah dekat dengan seorang wanita, dia memaksa Papah untuk menikah lagi, karna yang nenekmu tahu wanita itu mencintai anak-anak, yang pastinya akan menyanyagi kalian... Tapi nyatanya..." ucapan Sang Papah terjeda karna menahan isaknya
"Ini salah Papah membawa monster kedalam rumah, andai Papah menolak waktu itu, salah Papah yang tidak memperhatikan kalian karna kondisi Papah yang sedang Depresi" Jhonatan terus berbicara sambil menangis terisak dengan bahu yang bergetar
Sementara Zella terus menangis tanpa henti dalam diamnya Zella begitu merasa sesak ingin berteriak namun tidak bisa keluar karna begitu sakit rasanya
"Seharusnya Papah melindungi kalian, andaikan Papah tidak menjalani prawatan waktu itu, tapi selama Papah menjalani prawatan mendengar kabar jika... " jeda Jhonatan menarik napas berat "Jika Raihan sudah pergi selamanya dan hal itu membuat Papah semakin terpuruk".
"Percobaan bunuh diri terus Papah lakukan berkali-kali, sampai Adrian mendatangi Papah mengatakan jika keadaanmu sudah baik-baik saja, akhirnya Papah mempunyai harapan untuk hidup dan menebus semua kesalahan yang pernah Papah buat"
"Zella ?" panggil sang Papah sambil menggenggam jemari Zella "hanya kamu satu-satunya yang Papah punya, Papah mohon Maafkan semua kesalahan Papah, kita harus melangkah bersama keluar dari masalalu"
Hiks..
Zella hanya terisak dalam tangisnya dengan menundukan kepalanya, ternyata yang Zella pikirkan selama ini salah, Papahnya bukanya tidak peduli pada mereka tetapi Papahnya sedang melewati masa sulit yang tidak di mengerti untuk anak kecil seumuranya
Tapi Zella sekarang sudah dewasa Zella mengerti pasti sulit bagi Papahnya melewati semuanya sama halnya dengan dirinya
"Aku butuh waktu pah dan aku mohon tingalkan aku sendiri" pinta Zella pada papahnya, Zella terus menundukan kepala dan terus menangis tanpa ingin melihat Jhonatan
Jhonatan mengerti ini akan sulit untuk Zella tapi sekarang perasaanya sedikit lega, karna telah menceritakan kebenaranya, ia akan menunggu samapi Zella membuka hati untuk dirinya,
"Papah sayang kamu Zella " ujar Jonathan mengecup pucuk kepala Zella berlalu pergi..
Tidak lama setelah sang Papah pergi tangisannyapun pecah dan memukul-mukul dadanya merasa begitu sesak Zella semakin terus terisak dalam tangisnya "Akhsss.. Hisk...!"
"Sakit Er... Hiks.. sakit "...
...Jhonathan Scoot ...
...Adrian Wijaya ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Rehanza99
next kak
2020-11-23
1