"Dev, hari ini kita ketemu sama calon istri kamu, ya," ujar Mama saat aku duduk di meja makan untuk sarapan.
"Harus ya, Ma?" tanyaku kepada beliau.
"Iya, harus Sayang. Dia itu anaknya baik kamu pasti suka," jawab Mama antusias. Senyum tulus terpatri di bibir Mama.
"Lagi pula, anak itu sendirian jika orang tuanya pergi ke luar negeri nanti, Papa berteman baik dengan orang tua calon istrimu," sambung Papa menjelaskan. Aku hanya diam mendengarnya. Membantah pun tak akan mengubah apa pun.
Namaku Devandra Adiguna Prasetyo putra bungsu dari pasangan Subroto Prasetyo dan Filza Anindya. Sekarang usiaku 24 tahun, masih muda bukan? Dan di usia saat ini aku telah menjabat menjadi seorang CEO di salah satu perusahaan yang Ayah bangun dan aku mampu mengembangkan perusahaan itu padahal awalnya perusahaan itu hampir saja bangkrut. Aku punya Kakak lelaki bernama Axel Ginanta Prasetyo. Dia sekarang sudah menikah dan tinggal berpisah dari keluarga kami, umur kami terpaut 6 tahun.
Hari ini katanya aku akan bertemu dengan calon istriku yang belum kutahu bagaimana rupanya. Aku ingin menolak, tapi percuma pasti Papa dan Mamaku akan menemukan berbagai cara untuk menyatukan kami karena aku sangat mengenal sifat mereka berdua.
* * *
"What?! Apa dia calon suamiku?" Kulihat gadis yang mau dijodohkan denganku menatap wajah ini dengan pandangan penuh keterkejutan dia sampai-sampai menunjukku di depan orang tuanya yang membuat ia ditegur.
"Ck!" Aku hanya berdecih tidak suka. Ternyata gadis yang dijodohkan denganku adalah seorang Tante-tante. Jujur dia memang cantik dan wajahnya tidak menunjukkan bahwa dia wanita berusia 27 tahun malah seperti remaja 19 tahun sama seperti yang Mamanya katakan.
Nama wanita itu Elzania Saputri Wijaya. Aku yakin dia sangat menolak perjodohan ini, kulihat dari tatapannya yang menatapku benci. Akan tetapi, jika dilihat lebih jelas dia ternyata sangat imut. Sama sepertiku. Membanggakan diri sendiri tidak apa-apa 'kan?
"Tapi, Devan gak mau nikah sama Tante-tante." Kulihat matanya membulat sempurna saat kukatakan dia adalah Tante-tante. Pasti dia sangat marah dan benar dia memanggilku dengan sebutan bocil entah kenapa aku tidak bisa berbicara formal dengan wanita ini pembawaannya terlihat santai jadi walaupun bagaimana sangat pas untuk berbicara.
Tak lama setelah pertengkaran sengit kita. Mamanya menyuruh kami untuk keluar jalan-jalan. Saat di dalam mobil hanya ada keheningan kulirik dia sekilas yang tampak biasa saja tidak seperti gadis kebanyakan jika bersamaku pasti selalu mengambil-ngambil kesempatan di situasi seperti ini. Namun, dia tidak, itu yang membuatku sedikit tergelitik untuk tahu lebih tentang siapa Elzania Saputri Wijaya ini.
Gadis ini yang sekarang duduk di samping kemudi bertanya kepadaku kenapa aku menatapnya. Aku merasa heran saja dia seperti tidak tertarik kepadaku jadi aku menatapnya, dan apa tadi dia bilang aku suka padanya yang benar saja. Jadi kuejek dia dengan sebutan Tante-tante tepos kerempeng padahal dia tidak tepos bodinya mantap kalau kalian mau tahu.
Kulihat dia marah karena aku mengatainya tepos kerempeng. Namun, tak kupedulian dan tiba-tiba dia ingin keluar. Untung pintunya sudah kukunci dan dia memakiku lagi.
'Huh, gadis ini sangat suka memaki, apa ini yang dikatakan baik? Ini malah bisa disebut gadis bar-bar,' ucapku dalam hati sembari meliriknya yang masih melontarkan amukannya.
Aku kemudian mendekat untuk memberitahunya bahwa sabuk pengamannya belum ia pasang. Namun, sepertinya ia salah paham.
Kusentil saja dahinya, karena pasti dia berpikiran aku akan menciumnya. Ck, kepedean sekali dia.
"Awh!" ringisnya karena aku baru saja menyentil dahi mulusnya. Tanpa kusadari sudut bibir tertarik membentuk lengkungan bulan sabit, tapi hanya sebentar dan aku kembali ke ekspresi semula datar. Walaupun itu tidak sesuai dengan wajahku yang unyu-unyu ini kata sebagian Ibu-ibu yang melihatku.
"Pede banget lo, pasti lo mikir gue bakalan cium lo 'kan? Jangan mimpi deh," ketusku padanya.
Setelah itu aku melajukan mobil ini ke salah satu restoran yang ada di Jakarta Selatan. Gadis ini berteriak padaku saat aku membawa mobil dengan kecepatan di atas rata-rata dan apa dia bilang dia belum mau mati karena dia belum menikah, astaga lalu aku ini apa buatnya? Apa dia benar-benar akan menolak perjodohan ini?
Tak berapa lama kami pun telah sampai di restoran yang aku maksud.
"Restoran Pingoo" Restoran yang sangat pas menurutku untuk mengajaknya dan benar dia tampak antusias dan dia sudah berjanji tak memanggilku bocil lagi.
Setelah memesan makanan hanya ada keheningan yang tercipta aku yang sibuk dengan ponselku dan dia yang sibuk memandang akuarium raksasa yang tidak jauh dari meja kami kulihat dia tersenyum.
"Cantik." Aku berucap lirih untung saja dia tidak mendengarnya dan aku kembali fokus pada ponselku mengecek email yang dikirim oleh sekertaris ku.
"An?" Kundenar dia memanggilku. Aku menatapnya sekilas dengan menaikkan salah satu alisku tanda bertanya padanya.
"Bolehkan gue manggil lo Ian?" tanyanya sedikit ragu.
"Terserah," jawabku singkat.
Tak berapa lama pesanan kami datang. Aku memesan Unagi Pake Bowl makanan yang cocok untuk mengisi perut yang sedang kelaparan.
Setelah itu kita makan tanpa mengeluarkan suara dan tiba-tiba ada yang menegurku.
"Devan?!" panggil seorang wanita. Wanita itu adalah Nindy teman semasa kuliahku.
"Astaga, Devan, aku gak nyangka bisa ketemu sama kamu di sini, kamu apa kabar?" tanyanya kepaku.
"Saya baik," jawabku sopan aku melirik Elza yang masih asik memakan Cakenya tanpa menyadari seorang wanita telah menghampiriku.
"Eum, dia siapa, Dev?" tanya Nindy sembari melirik Elza yang kulihat dia sedang tersenyum misterius.
"Halo, saya Kakak sepupunya Devan, kamu siapanya Devan, ya?" jawabnya yang membuatku makin menatap gadis itu aneh. Apa dia tidak sakit hati melihatku didekati wanita lain? Kulihat senyum manis terparti di bibirnya.
"Oh, Kakak sepupunya. Aku kira pacarnya tadi, aku Nindy Kak, calon pacarnya Devan," ujar Nindy dengan pedenya. Namun, aku tak menghiraukan perkataan Nindy dan aku hanya fokus pada gadis aneh di depanku ini dia tampak menyeringai apa maksud dari seringaian itu?
"Em, kalau gitu aku deluan ya, lagi ada urusan. Dev, aku deluan ya," pamit Nindy pada kami berdua yang tak kutanggapi sedikitpun. Hanya Elza saja yang tersenyum kala Nindy izin pamit.
Setelah kepergian Nindy dia menatapku aneh yang kubalas tatapannya dengan pandangan tak kalah aneh. Setelahnya dia tertawa bahwa dia telah menemukan solusi agar mereka tidak jadi menikah.
Namun, aku membantahnya. Entah kenapa aku ingin membuat gadis aneh di depanku ini menjadi milikku seutuhnya.
"Ya, gue bisalah liat aja nanti, wlek," tuturnya tidak mau kalah sembari menjulurkan lidahnya keluar pertanda dia menentangku.
"Kekanak-kanakan," cibirku padanya. Dia hanya diam tidak terlalu mengubrisku dan aku juga fokus pada makanan ku.
***
Di sini kami sekarang, aku belum juga melajukan mobilku, rasanya aneh saja. Apa benar gadis ini akan membatalkan perjodohan ini dengan tuduhan aku sudah mempunyai kekasih?
"Woi, An, kenapa lo?" tanyanya kepadaku. Mungkin dia heran kenapa aku belum melajukan mobil ini.
Aku meliriknya sekilas tanpa mengatakan apa pun. Terlalu malas rasanya untuk meladeni gadis aneh di sampingku ini.
"Ya, elah, seharusnya lo senang, 'kan kita gak jadi nikah bukannya lo gak mau nikah sama Tante-tante? Gue udah dapet solusi biar kita gak nikah, ok jadi lo gak usah marah," tuturnya percaya diri yang membuatku sedikit geram mendengar perkataannya.
"Saya bilang kita akan tetap menikah, tidak ada pembatalan," balasku sengit menggunakan bahasa formal.
"Ogah gue, pokoknya kita gak boleh nikah," putusnya. Dia benar-benar tidak mau menikah denganku? Astagah ini baru pertama kalinya ada yang menolakku. Menolak pria tampan dan imut ini. Mimpi apa aku semalam.
Tiba-tiba ide jahil muncul di kepala cerdasku. Aku ingin mengambil foto kami yang seakan-akan sedang ciuman agar Mamanya tidak percaya bahwa kami tidak menerima perjodohan ini, tapi sebaliknya kami telah menerimanya, brilian 'kan ideku?
Aku mendekatinya perlahan setelah membuka sabuk pengamanku. Kulihat dia sedikit tidak nyaman dan memakiku. Katanya aku akan menyentil dahinya lagi.
"Bagaimana jika gue lakuin ini? Apakah mereka akan membatalkan pernikahan ini?" tanyaku sambil menatap bibir pinknya yang menggoda iman itu.
"Apa yang mau lo lakuin, ha?! Awas lo ya kalau berbuat macam-macam sama gue!" peringatnya. Aku lihat dia sangat panik.
Jarak kami tinggal 3 cm lagi sampai hidung kami bersentuhan.
Cup! Cekrek!
Aku mengecup bibirnya yang terasa manis itu dan aku juga mengambil fotonya. Awalnya aku hanya ingin menjahilinya, tapi pikiranku dirasuki setan. Maafkan hamba Ya Allah. Aku yang hanya berniat untuk mengecupnya kebablasan ******* dan menyesap setiap inci bibirnya yang terasa manis.
Kurasakan dia terpaku, astagah apakah ini yang pertama baginya? Hem, berarti aku sangat beruntung telah mengambil first kissnya.
"Hm, manis," gumamku ketika aku telah melepaskan pangutan kami.
"Sialan, lo An, itu first kiss gue yang cuman gue kasih sama suami gue nanti, kurang ajar lo, brengsek lo," amuknya padaku. Nah, kan benar berarti aku sangat beruntung karena akulah yang mengambil first kiss calon istriku bukan orang lain, tapi Devandra Adiguna Prasetyo.
"Gue kan calon suami lo, jangan lupakan itu dua hari lagi kita nikah." Aku mengingatkannya lagi bahwa kita akan menikah. Kulirik wajahnya memerah seperti tomat entah merah karena malu atau merah karena menahan amarah ingin mencekikku. Namun, dia tutupi dengan baik.
"Sialan, Lo An." Dia memakiku lagi. Aku tidak menghiraukannya dan menyalakan mesin mobil kemudian mulai bergerak membela jalan raya.
"Omong-omong bibir lo manis juga," ujarku sekali lagi yang menjadi penutup dari percakapan kami yang mengisahkan keheningan semu.
Tentu foto tadi telah aku kirim pada Mamanya. Pasti sebentar dia akan melapor yang tidak-tidak tentangku agar perjodohan ini dibatalkan. Akan tetapi, dengan adanya foto itu dia tak akan berkutik. Membayangkan wajah kecewa sudah membuatku tersenyum.
'Elza, Elza, lo rubah hidup gue hanya dalam satu hari,' batinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Ade Bunda86
walau LBH tua tp masih ori y bang Dev...heheheh
2022-12-23
1