Setelah dipersiapkan, Queena masuk kedalam kamar lalu membaringkan tubuhnya diatas tempat tidur. Ia benar-benar lelah hingga tertidur pulas.
Berbeda dengan ketenangan dikamar, terlihat dimeja Resepsionis terjadi sebuah perdebatan.
"Maaf Datuk, President suit nya sudah Ada yang membooking". Ujar Naveed.
"Apa? Sudah ada yang booking?". Tanya Alif kesal.
"Betul, Datuk. Kamar VVIP masih ada, apa Bapak mau memesannya?". Tanya Naveed.
"Tak apa lah. Saya sangat penat. Saya nak istirahat. Cepat pesankan". Ujar Alif pada Naveed.
Setelah menyelesaikan pembookingan, Naveed mengantar Alif menuju kamarnya.
"Ini Datuk kamarnya". Naveed membukakan pintu kamar.
"Not bad. Baiklah, You boleh pergi. Bangunkan Saya saat makan malam". Ujar Alif.
"Baik, Datuk. Saya permisi. Maaf ini key card nya". Naveed memberikan key card kamarnya pada Alif.
Alif masuk kedalam kamar. Ia melepaskan jas nya. Melemparnya keatas sofa. Ia menggulung tangan kemejanya lalu duduk disofa merebahkan tubuhnya. "Penat sangat". Ujar Alif memijat pelipisnya.
Alif berjalan menuju kamar Mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Seharian ini Dia sangat sibuk membuat tubuhnya lengket.
Selesai Mandi, Ia berjalan menuju balkon membawa secangkir kopi yang Ia buat sendiri. Menikmati sejuknya Alam yang indah. Terlihat, disamping balkon juga seorang Gadis tengah menikmati pemandangan indah dengan membawa cangkir yang terlihat hangat.
"Annoying Woman". Ujar Alif.
Alif menatap Queena. Queena tersenyum menutup matanya merasakan Hawa sejuk menabrak kulit mulusnya. Alif tersenyum melihat senyuman kecil dibibir Queena.
"Heh cowok aneh! Kenapa Kamu lihat-lihat Saya dengan tatapan anehmu itu? Mau mesum ya?". Tanya Queena kesal.
"Annoying Woman, siapalah yang tatap you? Saya sedang tatap pemandanganlah. Wajah kau tuh merusak pemandangan indah kat sini". Balas Alif tak kalah dingin.
"Dasar cowok aneh". Queena kembali masuk kedalam kamarnya.
"Kenapalah bisa jumpa annoying Woman itu kembali. Betul-betul annoying Gadis tu. Tiap jumpa hanya buat kesal saja". Gerutu Alif.
"Dasar cowok aneh! Merusak moodku saja!". Kesal Queena.
___________________________________
Makan malampun tiba. Queena dengan dikawal para pengawalnya masuk ke area restaurant. Queena sengaja memilih makan diarea umum karena ingin melihat bagaimana para Pelayan melayani customer. Queena duduk dengan dibelakangan dikawal enam pengawal.
Alif yang baru datang terheran melihat si Annoying Woman yang dikawal ketat itu.
"Naveed, siapa Gadis itu?". Tanya Alif menunjuk Queena.
"Itu Queena Diora, Datuk. Pemilik hotel ini". Jawab Naveed.
"Oh Dia lah yang bernama Queena. Macam orang sini kata Gadis tercantik? Alamak cantik dari mana? Dia tu annoying Woman". Ujar Alif menatap kesal pada Queena.
Queena memang cantik. Bapak saja yang aneh. Batih Naveed.
Alif berjalan menuju VIP room untuk makan malam.
_________________________________
Esok haripun tiba. Queena telah sampai dirumah Orangtuanya pukul sembilan. Karena hari weekend, Ia tidak perlu ke Hotel.
"Assalamualaikum". Queena mengucap Salam.
"Waalaikumsalam. Akhirnya Kamu pulang juga". Ujar Eriska.
Queena mencium tangan Eriska lalu Queena berbaring dipangkuan Mamanya.
"Kamu ini, kalau bukan Tante Tita menghubungi Mama, Mama tidak tahu Kamu kesana". Ujar Eriska mengusap kepala Queena.
"Pelayan Hotel membuatku kesal Mah, makanya Aku pergi ke Makam Opa". Jawab Queena yang menutup matanya merasakan lembutnya belaian tangan sang Mama.
"Lain kali telepon Mama dulu kan bisa". Ujar Eriska.
"Iya, lain kali Queena telepon Mama". Jawab Queena.
"Loh, Queena sudah pulang". Ujar Dito datang menghampiri Queena juga Eriska.
"Sudah Pah". Jawab Queena tanpa merubah posisinya.
"Sayang, katakan sekarang saja". Bisik Eriska.
"Tapi kondisinya kurang enak". Bisik Dito lagi.
"Ayolah, mumpung Queena sedang santai". Bisik Eriska pagi.
"Kkhhmmm, Queena. Duduklah". Ujar Dito.
Queena membuka matanya lalu bergegas duduk. "Ada apa?". Tanya Queena.
"Begini Sayang". Dito menatap Eriska. Eriska hanya mengangguk.
"Begini, Kamu kan minggu depan sudah menginjak usia dua puluh lima tahun. Hotel D'Cozy juga sudah stabil ditanganmu. Jadi, Mama juga Papa berencana ingin menjodohkanmu". Ujar Dito dengan pelan.
"Apa Pah?". Tanya Queena tidak mendengar.
"Menjodohkanmu". Jawab Dito agak kencang.
"Apa??? Menjodohkan? Menikah?". Tanya Queena kaget.
"Iya. Usiamu sudah pantas untuk menikah, Sayang. Mama dan Papa sudah menemukan calon terbaik untukmu. Pria tampan, cerdas dan sangat berwibawa". Ujar Eriska.
Queena terdiam sejenak karena terkejut.
"Mama Papa bercanda kan?". Tanya Queena tidak yakin dengan apa yang Ia dengar.
Eriska dan Dito menggelengkan kepalanya bersamaan.
"Ya Allah, apalagi ini". Queena menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Tidak! Mah Pah! Aku tidak mau! Mama Papa fikir ini masih jaman purba apa main jodoh-jodohkan! Gak ya". Kesal Queena.
"Come on Sayang. Calonmu ini sangat cocok denganmu. Pasti Kamu akan suka". Ujar Eriska membujuk Queena.
"Gak Mama! Aku gak mau! Pokoknya gak mau!". Queena kesal lalu pergi meninggalkan kedua orangtuanya.
"Benarkan? Pasti susah membujuk Queena". Ujar Dito.
"Mana Kita sudah setuju dengan lamaran Datuk Malik". Ujar Eriska bingung.
"Kamu juga main terima sebelum Anakmu terima". Ujar Dito.
"Keras kepala sekali sih anak itu". Kesal Eriska.
"Ya sama seperti Kamu. Lihat saja, saat ingin dijodohkan Papa, Kamu menentang keras. Harus diancam dulu baru mau". Sindir Dito.
Eriska yang awalnya lemas, tiba-tiba bersemangat.
"Aku tahu caranya agar Queena menerima". Ujar Eriska tersenyum.
"Apa?". Tanya Dito.
Eriska hanya mengedipkan mata pada Dito dan Dito hanya memberikan reaksi bingung.
Di halaman belakang, Queena duduk diayunan kayu kesayangannya.
"Dasar Mama Papa ini tidak Ada kerjaan apa main jodohin segala". kesal Queena.
"Hey Kak, pagi-pagi sudah ngomel aja, kenapa?". Tanya Nadira dibalik tembok rumah sebelah.
"Dira, kemarilah". Ujar Queena.
"Okay". Nadira bergegas menghampiri Queena.
Nadira duduk disamping Queena.
"Mama Papa mau jodohin Aku". Ujar Queena menghela nafas.
"Apa? Dijodohkan? gak salah?". Tanya Nadira terkejut.
"Makanya Aku kesal. Mama Papa ini seperti kurang kerjaan saja main jodohkan Aku dengan orang yang tidak Aku kenal gitu". kesal Queena.
"Kakak ini memang sudah saatnya menikah. Mungkin Om dan Tante khawatir pada Kakak". Ujar Nadira. "Apa Kakak masih mengingat Kak Langit? Ini sudah lima tahun Kak". Tanya Nadira.
Wajah Queena yang kesal berubah menjadi sedih.
"Maaf Kak, bukan maksudku". Ujar Nadira tidak enak.
Queena pergi meninggalkan Nadira tanpa berkata apapun.
"Aduh, mulut sialan! kenapa keceplosan gini sih". Nadira memukul mulutnya sendiri.
Queena berjalan menuju kamarnya. Ia mengunci diri didalam kamar.
"Langit.....". Queena meneteskan air matanya.
Mata yang terlihat penuh kesedihan dan kebencian. Mata yang yang penuh amarah.
"Bodoh! kenapa Aku masih menangis saat mendengar namanya". Queena menghapus kasar air matanya.
"Aku benci padamu, Langit!".
Langit adalah masalalu terberat Queena. Mseski sudah lima tahun lamanya, namun rasa sakit itu masih membekas dihati Queena. Langit... Pria pertama dalam hidup Queena. Pria yang sangat Ia cintai namun menyakitinya dengan begitu tega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Yu jia
alur nya sama kaya eriska
2021-03-11
1
🍭ͪ ͩ✹⃝⃝⃝s̊S𝕭𝖚𝖓𝕬𝖗𝖘𝕯☀️💞
emag knp dg si langit
2021-02-09
4
Wahyu Istiyar
langit kenapa dah?
2020-11-26
4