Budayakan Like sebelum membaca.
Berikan Vote seihklasnya.
Kasih komentar sesuai alurnya.
Mari berbagi bahagia dengan saling membaca.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
🎀SELAMAT MEMBACA🎀
"Dalam lemah tubuhku, aku merasa kehilangan semangat. Dalam letihnya badanku, aku merasa kehilangan langkah. Terbaring untuk beberapa waktu, mengisyaratkan betapa lemahnya diriku, aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku benar-benar tak menyukai kondisi ini. Aku hanya bisa berharap memiliki kehidupan yang bahagia sebagai mana yang seharusnya. Tapi sayang Tuhan berkehendak lain dan aku hanya bisa menerimanya." Ucap Rafa sendu kepada saudara sepupunya itu.
Rafi hanya terdiam kelu, ingin menagis tapi dia tak boleh menangis. "Dia yang sakit saja, tak pernah meneteskan air mata." Batin Rafi dalam hati.
"Terima kasih. Kau telah menolongku, tapi aku tak pernah tau sampai kapan, aku bisa berbohong tentang keadaanku kepada calon mertuaku," nada Rafa semakin sendu.
"Sudahlah. Aku dan Refa pasti akan selalu menolongmu!" Tegas Rafi lagi.
"Sampai kapan? Apakah sampai kau tak mampu lagi menahan rasa sakit hatimu itu,"
Rafi terdiam lagi, apa yang di ucapkan Rafa benar adanya, bahwa hatinya sungguh terluka saat melihat wanita yang di cintainya harus menikah dengan orang lain.
"Kenapa kau diam?" Tanya Rafa sementara tanganya masih memegang perutnya.
"Sudahlah. Jangan bicara, istrihatalah dulu!" Rafi beranjak dari duduknya lalu meninggalkan Rafa.
"Kau mau kemana?" Teriak Rafa.
"Melihat kondisi calon istrimu!" Jawab Rafi seraya berlalu pergi.
"Hiiiihhh. Sialan! Rafa memukul tubuhnya sendiri, dirinya cukup kesal dengan sakit yang menyerangnya tanpa permisi.
___________________
Ceklek
Rafi memasuki ruangan dimana Refa di rawat, dia sana sudah ada orang tua Refa yang tengah menjaga anaknya.
"Rafi!" Sapa si papa Ramah.
"Iya. Om, bagaimana keadaan Refa?" Sorot mata Rafi menatap wajah wanita cantik yang juga menatap kehadiranya.
"Aku baik." Jawab Refa. "Dimana, Rafa?" Pertanyaan itu kelaur dari bibir manis Refa yang membuat Rafi cukup cemburu mendengarnya.
"Kau tenang! Rafa ada di kamar sebelah, ada kedua orang tuanya yang sebentar lagi datang menemaninya." Jelas Rafi ada perasaan yang tak bisa di jelaskan olehnya, saat melihat Refa begitu khawatir terhadap Rafa.
"Benarkah, Rafa hanya sakit perut biasa? Kenapa wajahnya begitu pucat?" Tanya si papa tiba-tiba yang membuat Rafi dan Refa saling berpandangan.
"Benar, Om!" Jawab Rafi singkat.
Ya, benar saja, saat sang papa bertanya tentang Rafa, dokter khan mengatakan bahwa Rafa hanya sakit perut biasa, faktor telat makan, jelas dokter Khan saat itu.
"Papa, ingin menjenguk, Rafa!" Sang papa berdiri dari duduknya.
Refa dengan sigapnya menarik tangan sang papa. "Jangan, pergi! Aku ingin bersama, papa di sini." Pinta Refa menghalangi sang papa untuk menemui Rafa.
"Iya, Om. Om di sini saja! Biar aku yang menemani, Rafa, bersama kedua orang tuanya," seru Rafi yang juga membantu Refa agar sang papa tak menjenguk Refa.
"Sayang. Papa hanya sebentar saja di sana. Dia calon suamimu, mana mungkin papa tak menjenguknya, padahal jelas-jelas Rafa sedang sakit. Terlebih lagi dia juga tadi telah membawamu kesini, saat kau terluka!" Tegas si papa yang membuat Refa mengigit bibir kecil merahnya.
"Baiklah, kalau papa mau kesana. Aku ikut." Pinta Refa yang tak berhasil merayu si papa untuk tak menemui Rafa.
Bukan tanpa alasan Refa melarang papanya untuk menemui Rafa, hal itu dia lakukan agar sang papa tak mengetahui bahwa Rafa sedang sakit parah, walau Refa sendiri belum tau, sakit apa calon suaminya itu.
______________
Refa dan Rafi mengikuti langkah si papa yang akan menemui Rafa. Dengan duduk di kursi Roda Rafi mendorong Refa dengan cukup tergesa-gesa.
"Cepat sedikit, dorongnya!" Seru Refa agar Rafi mempercepat langkahnya. Ada debaran-debaran tak biasa di raut wajah keduanya.
Ceklek
Ketiganya kini memasuki ruangan di mana Rafa di rawat. Melihat kedatangan Refa bersama calon mertuanya, membuat Rafa mengukir senyum terpaksa di balik rasa sakit yang kini tegah di rasakanya.
"Om!" Sapa Rafa penuh senyuman. Rafa juga tersenyum kelu, saat melihat Rafi dan Refa hadir bersama-sama di ruanganya.
"Rafa. Kau sakit apa, Nak. Kenapa wajahmu terlihat sangat pucat?" Tanya si papa penasaran. "Dimana kedua orang tuamu?" Tanyanya lagi.
"Ada, om! Mami dan Papi sedang berada di ruangan dokter Khan," jelas Rafa seraya melepaskan tangan yang sedari tadi memegang perutnya.
Si papa mendekati keberadaan Rafa, dan memegang keningnya. "Kau panas sekali! Suhu tubuhmu di atas Rata-rata. Kau harus di rawat lebih lanjut!" Seru si papa yang merasa bahwa kesehatan calon menantunya itu sedang tak baik-baik saja.
KREEEKKK
Pintu ruangan itu kembali terbuka, dan ternyata kedua orang tua Rafalah yang baru saja tiba.
"Anda dari, mana?" Todong si papa langsung saja kepada kedua orang tua Rafa.
"Kami baru saja dari ruangan, dokter Khan!" Jelas si papi sendu.
"Ada apa, kenapa wajah kalian terlihat begitu sedih? Apa ada masalah dengan kesehatan Rafa.
"Iya, Rafa cukup membuat saya khwatir, dia terlalu sering terlambat makan, hingga fatal akibatnya. Dan inilah yang terjadi," jawab si mami berbohong seraya mengukir senyum penuh makna dari raut wajahnya.
Si papa tersenyum mendengar penjelasan kedua orang tua Rafa itu. Hingga senyum itu membuat siapa saja heran karnanya.
"Kenapa anda tersenyum, ada yang lucukah, dengan penjelasan saya!" Si papi heran melihat senyum tak biasa dari wajah calon mertua anaknya itu.
"Aku tersenyum, karna sifat dan cara anakmu, persis saat kau muda dulu. Dan kau bisa berubah setelah kau menikah denganya, makan dan semua urusanmu, dia yang menyiapkanya," tawa si papa saat mengingat masa muda dari si papi calon menantunya itu. "Aku juga berharap, bahwa setelah Rafa dan Refa menikah nanti, anak gadisku itu, akan melakukan hal yang sama untuk Rafa. Seperti yang di lakukan Istrimu." Ucap si papa lagi.
DEEEEG
Kata-kata yang keluar dari mulut laki-laki paruh baya itu, membuat hati Rafi teriris-iris sembilu, hatinya teramat sakit dan terluka. Higga membuat Refa menggengam erat tanganya. "Tenangkan hatimu!" Ucap Refa lirih menenangkan sang kekasih. "Kau yang telah membiarkanku, menerima perjodohan antara aku dan Rafa, jadi kita harus siap menghadapai segala kemungkinan dan konsekwensinya." Tegas Refa pelan di telinga Rafi.
Rafa melihat raut wajah Rafi yang memerah, lelaki tampan berwajah pucat itu, seakan merasakan sakit di hati Rafi. "Maafkan, aku!" Gumam Rafa dalam hatinya, sorot matanya kian tajam ke arah Rafi. Begitu pun saudara sepupunya itu, iya merasa bahwa Rafa merasakan luka dalam hatinya.
Rafi tersenyum sendu, seolah mengisyratkan susuatu kepada Rafa. "Tenanglah! Aku tidak apa-apa." ucap Rafi pelan bahkan suaranya benar-benar tak terdengar.
________________
Hari yang cukup pilu itu telah berlalu, Rafa kembali memulai aktifitas seperti biasa. Dia bahkan kini sudah berada di kantornya.
Brukkk.
Rafa menjatuhkan tubuhnya di sofa yang memang berada di dalam ruangan kerjanya.
Dirinya mengambil benda pipih dari saku celananya.
"Aku hanya bisa menciumu di sini, jika di dunia nyata, jangankan menciumu, hanya sekedar menatap saja, aku cukup suit melakukanya." Gumam Rafa dalam hatinya.
"Permisi, bolehkah saya masuk?" Suara itu terdengar mendayu di telinga Rafa.
"Refa..
Gadis cantik itu melangkahkan kakinya dan duduk di samping Rafa. Tiba-tiba saja tawanya pecah tanpa Rafa tau penyebabnya.
"Kau kenapa?" Rafa heran.
"Apa kau belum puas. Memandangiku dunia nyata, sampai kau memandangi fotoku yang kau curi dari ponselku waktu itu." Cetus Refa lalu tertawa sejadi-jadinya.
Hal itu sontak saja membuat Rafa mengerutkan wajah tampanya. "Aku benar-benar memalukan." Rafa mengaruk-garuk kepalanya.
Sementara Refa mengambil alih ponsel calon suaminya itu, lalu menghapus foto dirinya yang terpampang nyata di sana.
"Kau tak perlu memandangiku diam-diam melalui ponselmu, sebab 5 hari lagi, kau dan aku akan menikah." Bisik Refa. "Kau, bisa menatapku semaumu dan sepuasmu, sampai kau benar-benar bosan melihatku, karna setelah menikah kau dan aku akan selalu bertemu setiap waktu." Tambah wanita cantik itu.
Bisikan yang di lakukan Rafa, cukup membuat debaran di dalam dadanya, jantungnya bedetak tak seirama, bahkan tatapan mata Refa yang kian tajam, semakin membuat Rafa tak mampu memandangi wajah calon Istrinya itu.
"Hentikan. Tatapanmu!" Rafa membuang muka untuk tak lagi milihat wajah gadis cantik itu.
Tangan lembut Refa mengarahkan kembali wajah Rafa untuk menatap wajahnya. "Tataplah semaumu, hari ini aku mengizinkan kau menatapku sepuasmu!" Seru Refa tanpa ragu.
"Apa kau tengah menantangku?" Rafa mulai berani.
Gadis cantik itu tersenyum malu, saat mendengar pertanyaan dari mulut calon suaminya itu.
"Bolehkah, aku menciumu?" Tanya Rafa dengan segenap keberanianya.
"Boleh. Tapi ada syratnya!" Pinta Refa.
"Apa. Katakanlah!" Rafa kini benar-benar menatap full ke wajah cantik Refa.
"Apa kau bisa berjanji padaku?"
"Iya..
"Berjanjilah, bahwa kau akan baik-baik saja! Sampai hari pernikahan kita tiba." Tegas Refa yang membuat kelu lidah calon suaminya itu.
"I-iya. Aku janji!" Jawab Rafa gugup.
Sementara Refa tersenyum geli saat melihat wajah Rafa yang benar-benar malu dengan semua ucapan dan perkataanya.
"Dasar, anak mami! Dia bahkan sangat polos sekali." Tawa Refa dalam hatinya.
"Sial. Kenapa gadis gila ini terus menggodaku." Rafa menggerutu.
Cup.
Refa mendaratkan sebuah kecupan tepat di kening Rafa. Hingga membuat Rafa gemetaran dengan serangan yang di lakukan Refa tiba-tiba.
"Bye. Aku pergi dulu!" Ucap gadis itu.
Sedangkan Rafa masih membisu, sementara Refa sudah keluar dari ruang kerja Rafa.
"Tunggu!" Teriak Rafa higga membuat Refa yang selangkah lagi menutup pintu ruang kerjanya, menghentikan langkahnya seketika dan kembali memandangi wajah Rafa.
"Ada apa?" Tanya Refa heran.
"Aku ingin bertanya padamu."
"Tanya apa?" Refa semakin penasaran.
Rafa menarik nafas panjang lalu membuang secara perlahan. Apa yang di lakukan Rafa itu
semakin membuat Refa penasaran.
"Katakan! Apa yang ingin kau tanyakan padaku!" Cetus Refa tanpa ragu.
"Lihatlah keningku! Seru Rafa.
"Haaaahhh!" Refa melotot heran. "Ada apa dengan keningmu, itu?"
"Adakah? bekas lipstick mu du sini!" Rafa menunjuk jidatnya.
"Kenapa. Aku Rasa tidak ada.
"Syukurlah!"
"Haahh. Kok syukurlah?"
"Iya. Karna aku takut, lipstickmu kembali menempel di keningku seperti waktu itu. Sebab aku tak punya alasan, jika Rafi sampai menayakan prihal lipstick yang mungkin saja tertera dan terpampang nyata di jidatku.
"Haaaah!" Refa berfikir susah payah.
setelah beberapa detik berfikir, tawa Refa tiba-tiba saja pecah. Hingga membuat Rafa menautkan kedua alisnya.
"Jika Rafi bertanya. Kecupan siapa yang membekas di keningmu itu! Jawab saja, itu kecupan wanita gila yang hobby belanja setiap harinya, namun wanita gila itu benar-benar bisa membuat tuan Rafa yang manjanya luar biasa. Mencintainya tanpa jeda.
"Aahhh. Maksudmu?" Rafa mengaruk-garuk kepalanya.
"Kau benar-benar jatuh cinta, kepadaku, kan?" Bisik Refa lirih di teling Rafa yang kembali mendekati keeradaan calon suaminya itu.
"Benar!" Tegas Rafa. " Dia benar-benar menantangku." Gumam Rafa yang kini sudah terpancing dengan ke usilan Refa terhadapnya.
Rafa menarik tangan Refa, dan mendudukan gadis cantik itu di kursi empuk ruang kerjanya. Kini bukan Rafa yang di buat gemetaran, namun Refa yang berada dalam ketakutan.
"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Refa heran. Sementara tanganya masih di genggam erat oleh Rafa.
Rafa mendekatkan wajahnya tepat di wajah gadis cantik yang sebentar lagi akan menjadi istrinya itu. Sikap Rafa yang tak biasa membuat Refa memejamkan matanya. Bibir Refa dan bibir Rafa sedikit lagi saling bersentuhan, bahkan hembusan hangat dari mulut Rafa memenuhi seluruh wajah Refa.
Dug
Dug
Dug
Suara detak jantung Refa berdetak lebih cepat dari biasanya, kelakuan Rafa benar-benar membuatnya gemetar.
Ceklek
Pintu Ruang kerja Rafa terbuka, hingga Rafa menggagalkan aksinya untuk mencium bibir wanita yang sebentar lagi menjadi istrinya.
"RAFA!" Si papi terbelalak tak percaya melihat pemandangan tak biasa yang ada di hadapanya.
Tanpa fikir panjang lagi, Refa beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya untuk pergi dari ruang kerja calon suaminya. Namun saat tepat di depan pintu, gadis cantik itu tersenyum penuh makna ke arah Rafa. Menunjukan jempolnya yang mengarah kebawah.
"Wihhh sial!" Omel lelaki berwajah pucat itu. Seraya memandangi langkah Refa yang hilang menjauhi ruang kerjanya.
"Apa yang akan kau lakukan pada calon istrimu tadi?" Tanya si papi penuh selidik.
"Aaaahh. Papi!" Cetus Rafa kesal.
"Lah, kok papi yang di salahkan?"
"Tinggal dikit lagi, pi. Tapi papi menggagalknya," Rafa semakin kesal saja.
Sikap Rafa yang tak biasa, membuat si papi tertawa penuh arti. "Sayang. Sebelum Sah menikahinya, jangan sekali-kali kau menyentuhnya. Sabar! Kau dan Refa akan menikah 5 hari lagi." Nasehat si papi. "Setelah kau dan Refa sudah Sah, kalian boleh melakukan apa saja, tanpa ada yang melarangnya." Tambah si papi lagi.
"Haaaaah!" Rafa tersenyum kelu mendengar nasihat si papi itu.
Rafa mengingat isi perjanjian pernikahanya dengan Rafi dan Refa, walau sudah menikah Rafa tak boleh menyentuh wanita cantik itu.
Bahkan lebih gilanya, Rafa menyetujuhinya begitu saja.
"Ahhh!" Cetus Rafa kesal, hingga membuat si papi menatap aneh sikap anak kesayanganya yang ada di hadapanya kini.
.
.
.
_____________
❤TUBUHKU BOLEH MEREGANG KESAKITAN. TETAPI SEMANGATKU TAK BOLEH DI LEMAHKAN. AKU TAU TUHANLAH YANG MENTAKDIRKAN. TAPI SETIDAKNYA AKU
TAK MAU MENYERAH PADA KEADAAN.
(RAFA L ADITAMA).
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
🍀JANGAN LUPA BAHAGIA BUAT ANDA SEMUA.
🍀SALAM DAMAI DARI
RAFI RAFA REFA.
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Gia Gigin
Hampir saja 😄😄😄😄
2021-03-03
0
🍾⃝ɴͩɪᷞɴͧᴅᷠʏͣᴀ ᴘuᴛʀɪ
Thor..AQ lg g mau menangis...AQ lg pgn seneng...msh kebahagiaan buat Rafa donk Thor..biar AQ bs tersenyum...
2021-02-23
1
chonurv
semangat
2021-01-06
0