🌷Budayakan LIKE sebelum membaca
🌷Sertakan VOTE sesudah membaca
🌷Beri KOMENTAR sesuai alurnya
🌷Dan Rate bintang lima ya 😂😂😂😂.
❤❤❤❤❤❤
🎀SELAMAT MEMBACA🎀
Tiga hari sudah Rafa berada di rumah sakit, hari ini Dokter Khan sudah memberi izin agar Rafa di pantau dari rumah saja.
"Rafa, ingat jaga kesehatanmu, jangan terlalu lelah!" Titah dokter khan.
"Heeeeeemz!" Hanya itu yang keluar dari mulut Rafa, hingga membuat Dokter Khan tersenyum penuh makna.
Dokter Khan faham betul, apa yang di rasakan pasien tetapnya itu, tekanan batin yang luar bisa, yang membuatnya tak bisa beraktifitas secara sempurna, padahal sejak usia Remaja, Rafa terkenal sebagai pemain basket ternama. Namun sayang, karna sakit yang di deritanya membuat Rafa harus merubah total aktifitasnya. Bahkan harus mengubur salah satu cita-citanya. Ya itu menjadi Atlet ternama.
___________________
Matahari siang ini malu-malu menampakan sinarnya, hanya cahaya redup yang di pancarkan darinya. Burung-burung bersiul ria, sedikit menghibur perasaan Rafa.
"Hay!" Rafi datang tiba-tiba, yang membuat Rafa cukup terkejut di buatnya.
"Hiiiissss!" Rafa mengerutkan wajah tampanya.
"Ehh, biasa aja dong! Gak usah terpana begitu melihat kehadiranku." Canda Rafi.
"Kaget, bukan terpana!" Jawab Rafa ketus.
Rafi tersenyum penuh arti pada saudara sepupu yang ada di hadapanya kini. Dirinya menatap Rafa dengan tatapan tak bisa, di pandangnya inci demi inci, tubuh Rafa saat ini. "Rafa, benar-benar berubah tubuhnya semakin terlihat kurus, dan wajahnya semakin pucat," batin Rafi sendu.
Rafa melihat tatapan Rafi yang tak bisa, membuatnya mengerutkan dahinya. "Apa yang kau lihat? Tubuhku yang sebentar lagi tak bisa kau pandangi. Lihatah selagi aku masih ada," Ucap Rafa di sertai tawa, hingga membuat Rafi reflek menampar wajahnya.
"Sakit, gila!" Upat Rafa kesal.
"Apa perlu ku tampar lagi? Aku bahkan tak akan segan menamparmu, jika kau ulangi kata-kata tadi!" Tegas Rafi sedikit emosi.
"Ya, baiklah! Aku tak akan mengulanginya." Jawab Rafa tersenyum kelu.
Kini keduanya tengah asik bercerita, ada perasaan aneh, saat Rafi menatap wajah sepupunya itu. "Dia semakin kurus dan pucat," ucapnya dalam hati.
.
.
"Heeemmmmmzzzz! Bolehkah aku ikut duduk?" Ucap Gadis cantik itu seraya mengedipkan sebelah matanya.
"Refa..!" Sapa keduanya bersamaan.
"Widih. Kompak bener." Canda Refa yang di tanggapi biasa saja dari kedua.
"Si duduk!" Seru Rafi.
"Baiklah." Refa segera duduk di antara keduanya.
Mereka berbagi canda tawa, saling menghibur satu dan yang lainya, yang membuat Rafi dan Refa cukup bahagia, melihat Rafa bisa tertawa dengan lepasnya.
Perlahan Rafa menggenggam erat tangan Refa, berharap gadis cantik itu akan membalasnya. Benar Refa memang membalas genggaman itu, namun di satu sisi Refa tak bisa menyakiti Rafi, hingga tangan kanan Refa juga menggenggam erat tangan Rafi, lelaki yang sudah dua tahun ini bestatus sebagai kekasihnya, namun sayang kisah cinta keduanya tak berakhir bahagia, sebab. Rafi harus merelakan kekasihnya akan menikah dengan sepupunya. Sementara Refa terpaksa menerima Rafa untuk menikahinya, bukan karna orang tuanya, tapi karna Rasa kasihan dan iba yang membuat Refa terpaksa menikahi sepupu kekasihnya sendiri.
_____________
Dua minggu lagi, hari pernikahan Rafa dan Refa akan terlaksana, sebenarnya Refa bisa saja menggagalkan pernikahanya dengan Rafa. Namun lagi-lagi Rasa iba dalam hatinya membuat Refa tak melakukanya, bahkan Refa melarang Rafa atau pun kedua orang tua calon Suaminya itu untuk menceritakan keadaan Rafa yang sebenarnya.
"Apa kita akan benar-benar menikah?" Tanya Rafa di tengah kesibukanya bersama Refa.
Gadis cantik itu tengah sibuk memilih cincin untuk hari pernikahanya dengan Rafa.
"Kenapa, kau tanya seperti itu?" Refa bukan menjawab tapi justru balik bertanya tanpa menatap wajah Rafa sedikit pun.
"Bagaimana, jika nanti Rafi memberi tahu kedua orang tuamu, tentang penyakitku?" Tanya Rafa sendu.
"Tidak. Rafi tidak seperti itu, dia menyayangimu!" Jawab Refa apa adanya.
Rafa terdiam sejenak sementara Refa masih sibuk dengan cincin berlian yang ada di hadapanya.
"Aku ambil yang ini, Miss!" Refa menunjuk dua buah cincin dengan berlian membentuk cinta.
"Baiklah!" Jawab pemilik toko perhiasan.
Setelah melakukan pembayaran Rafa dan Refa beranjak dan pergi meninggalkan toko berlian tersebut. Sedangkan Rafa tersenyum getir mana kala gadis cantik yang sebentar lagi akan di nikahinya itu, memilih cincin pernikahan tanpa berkonsultasi denganya.
"Biarlah!" Gumam Rafa sendu.
.
.
Keduanya kini berada di suatu tempat yang tak pernah di datangi Refa sebelumnya. Sepertinya tempat tersebut adalah tempat favorite Rafa.
Rafa menarik tangan gadisnya dan mengajak Refa duduk tepat mengarah ke sebuah bukit luas, nampak pemandangan hijau terbentang begitu luasnya di hadapan Refa.
"Apa, ini? Bukankah kesini tak ada dalam agenda kita hari ini?" Refa bertanya namun lagi-lagi gadis itu tak sedikit pun menatap wajah Rafa. Entalah, mengapa Refa bagaikan enggang menatap atau memandang sebentar saja wajah laki-laki yang kini ada di hadapanya.
"Aku hanya memberi tahumu, bahwa ini tempat favoriteku. Dan kau bisa mencariku di sini, jika aku sedang bersedih!" Jelas Rafa sorot matanya menatap tajam ke wajah Refa. Namun sayang, gadis itu justru sibuk dengan benda pipih yang ada di tanganya.
"Jika kau sudah bernostalgianya di tempat ini. Ayo kita pergi!" Ajak Refa tanpa basa-basi.
"Sebentar lagi!" Pinta Rafa seraya mencubit pipi calon Istrinya.
"Isssshhh!" Refa berdecak kesal. Rafa hanya tersenyum melihat gadis cantik itu tak menyukai candaanya.
Derrrttt
Derrtttt
Ponsel Refa bergetar, nama sang mama tertera di layar ponselnya.
"Iya, Ma! Ada apa?" Tanya Refa.
"Kau di mana sayang? Bukankan hari ini kita akan memilih baju untuk hari pernikahamu, Mama sudah berada di butik baju yang kau maksud itu," tanya si mama dari seberang ponselnya.
"Aku baru saja dari toko perhiasan, sekarag aku masih menemani Rafa bersantai sebentar," jawab Refa.
"Jadi kau masih bersama, Rafa?" Nada sang mama begitu bahagia
"Iya, Ma!"
"Yang akur ya sayang!" Titah si mama.
"Eeeemmmmmz!" Refa menarik nafas lalu membuangnya pelan. "Oh ya, ma, masalah baju pernikahan yang aku dan Rafa gunakan, semua pilihan aku serahkan pada mama saja!" Tegas Refa.
"Kenapa begitu sayang? Apa Rafa menyetujuinya?"
"Tentu. Karna calom suamiku itu terlalu sibuk. Jadi dia tak ada waktu untuk memilih baju!" Jawab Refa lagi.
"Baiklah, sayang." Si mama mematikan sambungan ponselnya.
Lagi-lagi Rafa tersenyum getir, sebab gadis cantik itu meminta sang calon mertua saja yang memilih baju, untuk hari pernikahannya nanti, tanpa meminta persetujuan darinya.
"Biarlah!" Batin Rafa.
Refa beranjak dari duduknya, membawa kakinya menuruni anak tangga yang tak jauh dari tempat duduk keduanya. Gadis cantik itu menikmati suasana segar nan asri yang ada di hadapanya. "Andai Rafi tau tempat ini, pasti dia juga menyukainya!" Cetus Refa tanpa sadarnya.
Mendengar ucapan Refa itu, membuat hati Rafa cukup terluka, antara cemburu dan kecewa. Namun apa daya, gadis cantik yang ada di hadapanya kini memang kekasih dari Rafi yang tak lain saudara sepupunya sendiri.
Rafa mengerutkan wajah tampanya, seraya menundukan kepalanya, "Apa aku tak berhak bahagia?" Tanya Rafa pada dirinya sendiri.
BRAAAAAAKKKKKKK.
"Aaaaaaaa_____!" Teriak Refa yang sontak mengejutkan Rafa.
Refa tergelincir dari anak tangga saat akan kembali lagi ketempatnya. Melihat hal itu Rafa langsung beranjak dari duduknya, dan berlari tegesa-gesa. Melihat tangan dan kaki Gadis cantik itu berdarah, Rafa segera membuka bajunya dan membalutkan kemeja panjangnya di kaki Refa yang terluka cukup parah. Dan tanpa basi-basi serta fikir panjang lagi, Rafa mengendong tubuh Refa dan segera membawa tubuh gadis cantik itu menuju mobil miliknya.
"Rafa. Jangan panik! Aku tak apa-apa." Refa menenangkan calon suaminya yang di selimuti kepanikan.
"Kau terluka. Aku harus membawamu ke rumah sakit!" Ucap Rafa penuh kekhawatiran.
Setelah menyandarkan tubuh Refa, dengan cepat Rafa membawa calon Istrinya itu ke rumah sakt.
Sesampainya di sana Refa segera mendapatkan pertolonga, walau sebenarnya Refa tak terlalu parah terluka, namun melihat perhatian Rafa yang luar bisa, membuat gadis cantik itu mengikuti apa saja yang di lakukan Rafa demi dirinya.
"Aaaahhh!" Keluh Rafa tiba-tiba, sebab tanpa aba-aba Rasa sakit itu lagi-lagi menyerangnya. "Sial, kenapa kau tak mau bersahabat denganku, sekali saja," omel Rafa seraya memegangi perutnya.
"Rafa, kau kenapa?" Pertanyaan itu keluar dari mulut sang calon mertua. Sebab, Rafa tadi memang sudah memberi tahu kedua orang tua Refa tentang keadaan anak gadisnya yang sedang terluka.
"Aku tidak apa-apa, Om!" Jawab Rafa berbohong.
"Tapi wajahmu, sangat pucat.
Rafa hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari mulut si papa (Bokapnya Refa).
"Rafa, Apa sakitmu kambuh lagi?" Tanya seseorang seraya menepuk bahunya.
"Dokter Khan!" Rafa terkejut dengan kehadiran Dokter pribadinya itu.
"Kambuh? Apa maksud, anda?" Tanya sang calon mertua di penuhi rasa curiga.
DEG
"Tuhan. Bagaimana jika, dokter Khan mengatakan yang sebenarnya!" Batin Rafa yang bergelut dengan rasa takutnya.
.
.
.
.
🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱.
🌷Jangan lupa bahagia buat kalian semua
🍀Salam damai dari.
🌷Rafa Refa Rafi.
❤Terima Kasih❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Ira Wati
itu refa ga ada hatinya ya
harusnya.rafa jujur aja sama org tuanya refa
2023-01-26
0
Gia Gigin
Refa tdk bisa menghargai perasaan Rafa padahal Rafa juga pantas bahagia, apalagi di sela penyakitnya 😭😭😭😭😭😭
2021-03-03
0
🍾⃝ɴͩɪᷞɴͧᴅᷠʏͣᴀ ᴘuᴛʀɪ
Thor AQ g setuju klo Refa mau menikah dengan Rafa karna belas kasihan...itu sm aj Refa udh menghina n menginjak harga diri Rafa...klo terpaksa buat apa menikah,justru itu akan lebih menyakitkan buat Rafa..secara tidak lsg Refa udh nyakitin hati dua orang saudara..Rafa dan Rafi...
2021-02-23
0