❤MOHON DUKUNGANYA GAES.
❤BUAT KARYA AMBYAR SAYA INI.
❤YUK TINGGALKAN JEJAK ANDA.
🌱LIKE
🌷VOTE
🍀RATE
🌷KOMENT
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
🌱Selamat Membaca🌱
Ceklek.
Seseorang keluar dari pintu, dimana Rafa di rawat. Nampak senyum terpaksa dari wajahnya, Dokter Khan mengelap kringat yang sedikit membasahi keningnya.
"Bagaimana keadaan, anak saya, Dok?" Tanya si mami penuh kekhawatiran, sang papi yang berada di sampingnya coba menenangkan.
"Saya sudah memberi tahu anda, Nyonya. Bahwa Rafa tak bisa makan sembarangan." Tegas Dokter Khan.
"Haaaaaaahh!" Si mami dan si papi terbelalak tak percaya mendengar ucapan dokter muda yang kini ada di hadapanya.
Begitu pun Rafi dan Refa, keduanya saling menatap penuh tanya. "Onti, sebenarnya Rafa kenapa?" Tanya Rafi.
Si mami hanya menghela nafas panjang, saat Rafi menanyakan sesuatu tentang anak kesayanganya itu. Hingga membuat Rafi merasa semakin penasaran di buatnya.
Selama ini Rafi memang mengetahui, bahwa Rafa sakit parah, namun sayang baik kedua orang tuanya atau kedua orang tua Rafa, tak pernah menjelaskan secara gamblang, penyakit apa yang tengah di derita saudara sepupunya itu.
"Dok, apa kami bisa masuk!" Pinta si mami yang menggenggam erat tangan Suaminya.
"Boleh, lakukan secara bergantian, ya! Kebetulan Rafa memang sudah membuka matanya," jelas sang dokter yang di sambut senyum bahagia dari kedua orang tua Rafa.
"Syukurlah." Ucap Rafi dan Refa, yang juga turut bahagia mendengar Rafa sudah sadar.
Namun masih ada banyak pertanyaan yang membenam dalam benak Refa, wanita cantik itu masih saja, penasaran. "Sebenarnya, Rafa sakit apa?" Gumam Refa dalam hatinya.
______________
Si mami dan si papi, sama-sama masuk kedalam ruangan di mana anaknya berada. Nampak Rafa tersenyum melihat kehadiran keduanya.
"Sayang, apa yang kau rasakan kini?" Si mami mengecup kening anak kesayanganya.
"Hanya perut saja, mi. Tenanglah! Aku tak apa-apa." Rafa tersenyum penuh makna.
"Kau, makan apa, tadi siang?" Si papi juga ikut bicara.
"Heeeemmmz!" Rafa menarik nafas lalu membuangnya secara perlahan.
"Katakan, sayang! Apa yang kau makan tadi siang?" Sorot mata si mami penuh selidik.
"Aku hanya minum jus jeruk dan stik kentang, Mi!" Jawab Rafa menyungingkan sedikit senyum dari wajahnya.
"Astaga, Rafa! Mami dan papi, mati-matian menjaga makanmu, lalu kenapa kau sendiri tak bisa melakukanya?" Si papi sedikit menunjukan kekesalanya.
"Hanya jus jeruk, mi. Rafa sudah lama tak meminumnya," jelas Rafa tanpa rasa bersalah.
"Jadi Rafa lebih, memilih jus jeruk dari pada mami dan papi," si mami sedih.
Tiba-tiba, Rafa memalingkan wajahnya dari kedua orang tuanya, hingga membuat si papi dan si mami cukup heran di buatnya.
"Rafa. Kenapa?" Si papi membelai lembut rambut anaknya.
"Jangan perlakuan aku seperti anak kecil lagi! Aku sudah dewasa. Aku ingin hidup normal seperti kebanyakan orang yang sangat aku dambakan. Tapi kini aku hanya bisa bersembunyi di belakang papi dan mami, aku ingin hidup normal, mi, pi. Aku ingin di cintai bukan karna kasihan, tapi aku ingin di cintai dengan ketulusan!" Jelas Rafa sendu, mengungkapkan perasaanya yang rapuh.
DEEEEGGG.
Bagai tersayat pisau yang tajam, menghujam tepat di dada kedua orang tuanya. Ungkapan Rafa, membuat sang mami tak mampu menahan air matanya, cairan bening itu luruh begitu saja.
"Rafa. Apa kau tak kasihan, melihat mamimu, menangis begitu?"
Rafa membalikan tubuhnya, ada binar tak bisa dari raut wajah lelaki tampan itu. "Mami, maafkan aku! Aku tak bermakud melukai hatimu!" Pinta Rafa pilu, tanganya menghapus air mata di wajah sang mami.
"Sayang. Apa menurutmu? Kasih sayang yang mami dan papi berikan padamu, tak di landasi dengan ketulusan?" Raut wajah si mami penuh kekecewaan.
Rafa menundukan kepalanya, dia tak mampu menatap wajah wanita yang telah melahirkanya 27 tahun yang lalu itu. Tatapan Rafa kian pilu mana kala air mata di wajah sang mami semakin deras membasahi wajah cantiknya.
"Mi..
"Jika, Rafa sayang mami dan papi jangan ulangi lagi! Kau harus makan, sesuai dengan apa yang telah mami siapkan," pesan si mami tak bisa di tawar lagi.
Rafa menganggukan kepalanya, hingga membuat kedua orang tuanya tersenyum bahagia. "Anak, mami!" Bisiknya seraya memeluk tubuh anaknya.
.
.
BRUKKKKKK
Seseorang terjatuh, di depan pintu ruang inap Rafa. Gadis cantik itu tersenyum malu.
"Maafkan, aku! Aku tak mendengar apa pun," Refa berbicara tanpa ada yang menanyakan hal itu padanya.
"Gadis, gila!" Upat Rafa melihat tingkah konyol calon istrinya.
"Hihihi...!" Refa tersenyum kelu.
"Duduklah, Refa! Om dan Tante keluar sebentar." Seru si papi.
"Di mana, Rafi?" Kini si mami yang bertanya.
"Pulang duluan, Tante. Rafi katanya lagi demam!" Tegas Refa.
"Demam! Iyalah demam, kekasihnya sebentar lagi nikah sama sepupunya!" Cetus Rafa bagai tak bersalah.
Refa terdiam, sementara si papi dan mami melangkah pergi. "Rafa. Jaga ucapanmu!" Titah sang papi sebelum menutup pintu.
Kini tinggal Refa dan Rafa saja, yang berada di ruangan bagai tahanan itu.
"Hey!" Sapa Refa sok polos.
"Heemz!" Jawab Rafa songong.
"Aku bawakan ini, untukmu!" Refa membawa ikan hias di tanganya.
"Apa itu?"
"Ikan. Apa kau tak kenal ikan? Mari kenalan!" Canda Refa.
"Hiiihhhhh!" Rafa berdecak kesal. "Aku tau itu ikan. Tapi untuk apa ikan itu?"
"Di goreng!" Jawab Refa di iringi tawa.
"Haah. Gak ada dagingnyalah!" Cetus Rafa.
"Lagian. Siapa juga yang mau, goreng ikan kecil ini?"
"Lalu, untuk apa itu?"
"Jadikan dia sahabatmu! Kau boleh curhat apa saja denganya. Anggap saja itu aku sebelum kita sah menikah!" Tegas Refa, kali ini nada bicaranya sungguh serius.
"Terima kasih! Telah memberiku sahabat!" Ucap Rafa tersenyum penuh makna.
"Sama-sama, calon Suamiku!" Balas Refa tanpa ragu, yang membuat Rafa menatap nanar ke arahnya.
"Apa kita akan benar-benar menikah?"
"Tentu!" Jawab Refa. Namun nampak nada terpaksa keluar dari mulutnya.
Rafa tersenyum kelu, dia sangat tau bahwa Refa terpaksa mengatakan itu.
"Rafa. Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?"
"Apa itu?"
"Apa aku ini benar-benar calon, istrimu?"
"Kenapa kau tanya begitu?"
"Sebab, jika aku adalah calon Istrimu, harusnya tak ada yang kau sembunyikan dariku?"
"Apa maksudmu?" Rafa menatap heran.
"Katakan padaku! Sebenarnya kau sakit apa?"
Wajah Rafa yang tadi ceria, kini berubah seketika. Hal itu tentu saja membuat Refa merasa bersalah. Namun tak bisa di pungkiri gadis itu tetap menunggu jawaban dari Rafa.
"Kau akan tau, setelah kita sudah menikah nanti!"
"Heeeemz. Aku heran! Hanya makan stick kentang dan meminum jus jeruk. Kau sampai harus masuk rumah sakit." Refa menunjukan wajah penasaranya.
Rafa masih diam saja, dirinya belum siap menceritakan apa pun kepada Refa. Namun apa yang di katakan refa memang benar menurutnya, bahwa dua orang yang akan menikah dan hidup bersama harusnya tak ada yang saling di sembunyikan.
"Istirahatlah! Aku akan menjagamu, malam ini!" Seru Refa.
"Kau pulang saja! Apa orang tuamu tau kau di sini bersamaku?"
"Tidak!" Jawab Refa singkat
"Lalu?"
"Aku mencari alasan, bahwa aku tengah menginap di rumah sahabatku, Desi!" Jelas Refa.
"Haaaaah! Jadi kau membohongi mereka?"
Refa mengangguk
"Pulanglah! Aku tak suka, kau membohongi kedua orang tuamu." Tegas Rafa kesal.
"Tapi aku lakukan ini demi dirimu!" Tegas Refa lagi.
"Terima kasih. Tapi maaf aku tak suka caramu itu. Pulanglah! Ada mami dan papi yang akan menjagaku!" Seru Rafa memalingkan wajahnya.
Tanpa kata lagi, Refa langsung pergi, namun gadis itu tetap saja tak pulang ke rumah dia tetap menjaga Rafa, hanya saja dirinya duduk luar ruangan saja.
Derrrtttt
Ponsel Refa berdering
"Sayang, apa kau benar sedang di rumah, Desi?" Tanya si mama dari seberang ponselnya.
"Tidak, Ma!" Refa berkata jujur.
"Haaaaahh! Lalu kau sekarang dimana, sayang?" Si mama terkejut.
"Di Rumah Sakit!" Jawab Refa.
"Haaah. Siapa yang sakit. Desikah?"
"Bukan!
"Lalu siapa?"
"RAFA."
Tut. Tut. Tut.
Refa langsung mematikan sambungan telponya, sementara si mama di rumah, merasa panik saat mendengar Rafa masuk rumah sakit.
_________________
Jam menunjukan pukul 11 malam, Refa masih berada di rumah sakit, walau Rafa sudah menyuruhnya pulang. Gadis cantik itu masih setia berada di luar sana, dia akan pulang jika kedua orang tua Rafa sudah datang. Padahal dia berjanji akan menjaga Rafa di sini.
"Apa mereka akan datang?" Batin Refa ragu.
Klek.
Pelan-pelan Refa membuka pintu, dirinya mendapati Rafa sudah tertidur dengan lelapnya, lelaki berwajah pucat itu terlihat seperti bayi tanpa dosa. Dia tertidur dengan memeluk erat bantal guling kesayanganya. Yang memang di bawakan oleh si mami dari rumah.
"Kau menasehatiku tentang kejujuran. Karna aku membohongi kedua orang tuaku, tapi sadarkah, bahwa kaulah yang tak jujur. Jujur tentang sakit yang kau alami selama ini," bisik Refa kelu di telinga calon suaminya itu.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀.
Catatan : Yang mau tau Rafa sakit apa.
Cari saja, Kira-kira sakit apa yang melarang penderitanya memakan buah jeruk dan kentang.😘 😂😂😂😂😂.
Auuu aahhhh gelaaaap wkwwkwwkwk
❤JANGAN LUPA BAHAGIA BUAT KALIAN SEMUA ❤
MAMPIR JUGA YA DI KARYA AUTHOR KEREN LAINYA😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Ira Wati
itu sikap.refa dan rafi ga pantes didepan.rafa
2023-01-26
0
Gia Gigin
Lanjut
2021-03-02
0
🍾⃝ɴͩɪᷞɴͧᴅᷠʏͣᴀ ᴘuᴛʀɪ
sumpah AQ g bs bayangin...klo AQ ada diposisi Rafa..semoga ada keajaiban,,
2021-02-23
1