🌷BUDAYAKAN LIKE SEBELUM MEMBACA
❤VOTE
❤KEMEM
❤RATE
🎀SELAMAT MEMBACA🎀
Matahari sudah mulai tenggelam, terbenam kedasar bumi, senja sudah mulai menyapa dan malam pun sebentar lagi akan tiba.
Rafa masih saja sibuk dengan pekerjaanya, beberapa berkas masih menumpuk di hadapanya, waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, namun Rafa masih berada di kantor. Untuk menyelesaikan berkas yang perlu dirinya tanda tangani.
Hampir satu minggu lamanya, Rafa memang tak bekerja, membuat berkas yang harus di pelajarinya kian menumpuk saja.
Derrrt
Derrrt
Ponsel milik Rafa bergetar, Lelaki tampan itu mengukir senyum tipis di wajahnya, saat mendapati nama si mami di layar ponselnya.
"Hallo, Mi!" Sapa Rafa
"Sayang kenapa kau belum pulang?"
"Kerjaanku tadi menumpuk, mi. Ini tinggal sedikit lagi," jelas Rafa pada sang mami
"Duh, sayang tinggalkan saja! Besok lagi, kan bisa. Rafa tak boleh terlalu lelah," pinta si mami.
"Baik, mi. Sebentar lagi aku akan pulang!" Jawab Rafa.
"Oh iya. Sayang!"
"Ada apa, mi?"
"Mami dan papi akan berkunjung ke rumah Refa sebentar lagi. Jika kau tak lelah, Rafa susul kami di sana ya!" Titah si mami lagi.
"Baik, mi. Apa papi dan mami akan membicarakan, tentang pernikahan?" Rafa coba menanyakan.
"Benar sayang."
"Eeem!" Rafa tersenyum getir mendengar jawaban dari si mami. "Oh iya, mi, nanti aku pasti akan datang juga ke rumah Refa, tapi sebelum aku kesana, aku mau pulang dulu ke rumah,"
"Baiklah sayang, kalau begitu mami dan papi pergi dulu ya ke rumah Refa. Kamu hati-hati di jalan nanti, jangan kebut-kebutan membawa kendaraan!" Seru si mami penuh arti.
"Baik, mi."
Tut
Tut
Tut
Si mami mematikan sambungan ponselnya. Sementara Rafa menutup laptopnya dan mengakhiri rutinitas kantornya hari ini.
Rafa segera beranjak dari duduknya mengambil kunci mobil dan segera pergi. Namun saat di luar Rafa mendapati Rafi tengah berada di samping mobil tengah sibuk memainkan benda pipih di tanganya.
"Kau belum pulang?" Rafa menepuk bahu sepupunya.
"Bagai mana aku bisa pulang. Jika kau saja masih sibuk di dalam sana." Jawab Rafi. "Aku sengaja menunggumu," ucap Rafi lagi.
"Haaah! Terima kasih, tapi aku bisa pulang sendiri."
"Diiiih. Siapa juga yang akan mengantarkanmu pulang, aku hanya menunggu kau keluar dari gedung mewah milikmu itu!" Tegas Rafi dan segera beranjak pergi dari hadapan Rafa.
"Hiiiih. Sial!" Upat Rafa kesal.
-----------------
Chiiit
Rafa telah tiba di halaman rumahnya. Namun entah mengapa perut dan bagian pinggang begitu sakit di rasakan olehnya, dirinya segera turun dari mobil dan berjalan pelan masuk kedalam rumah. Setelah sampai di dalam rumah, Rafa berjalan masuk kekamar mandi untuk sekedar mencuci wajahnya.
"Kenapa kau harus sakit lagi?" Omel Rafa pada dirinya sendiri.
Kini bukan hanya perut dan pinggang saja yang tak bersahabat denganya, namun kepala Rafa mulai terasa begitu sakit juga.
"Kau benar-benar ingin membunuhku!" Rafa memegang kepalanya yang mulai terasa berat.
Bruuuuuuuk.
Tubuh Lelaki tampan itu tanpa sadar jatuh di lantai kamar mandinya.
"Aaaaaahhhh!" Rafa merasa kesakitan.
Kleeek
Rafa mencoba membuka pintu kamar mandinya, namun sial, pintunya tak bisa terbuka.
"Haaaaaaaa!" Rafa berdecak kesal. "Bahkan pintu saja sudah mulai memusuhiku," omel Rafa kelu.
Tubuh Rafa kian lemah, bahkan hanya sekedar mengangkat kepalanya saja dirinya tak bisa. Tanpa fikir panjang lagi, Rafa mengambil ponsel dari saku celananya, beruntung tadi dia belum mengganti pakaianya, hingga benda pipih itu masih bersama dirinya.
"Cepatlah kerumah. Tolong! Aku akan mati tapi aku tak mau mati di kamar mandi!" Seru Rafa pada seseorang yang di hubunginya.
Tut
Tut
Tut
Rafa langsung mematikan sambungan telponya, tanpa mendengar jawaban, apakah orang itu bisa membantunya.
10 menit kemudian
Braaaakkkk. Seseorang mendobrak pintu kamar mandi Rafa, dan berdirilah gadis cantik di hadapanya, yang hanya menggunakan celana pendek dan kaos polos di tubuhnya.
"Rafa, ada apa denganmu?" Raut wajah gadis itu terlihat begitu panik. Karna melihat darah segar keluar dari hidung Rafa.
"Kau!" Rafa terkejut karna justru Refalah yang ada di hadapanya. "Kenapa kau ada di sini. Dimana, Rafi?" Rafa heran karna dirinya tadi berusaha menghubungi Rafi lalu mengapa Refa yang justru datang menolongnya.
"Kau tadi menelponku, bukan Rafi!" Jawab Refa seraya membersihan darah di hidung calon suaminya menggunakan sapu tangan miliknya.
"Aaahhh. Benarkah? Sepertinya, kau dan aku benar-benar berjodoh," canda Rafa di tengah rasa sakit yang tengah menggrogotinya. "Ahhw!" Rintih Rafa lagi.
"Kau. Masih saja bercanda. Ayo aku bantu!" Refa berusaha menolong Rafa agar keluar dari kamar mandi.
Gadis cantik itu, perlahan membantu Rafa berjalan dan membawa Rafa kepembaringanya.
"Istirahatlah dulu! Aku akan mengambilkan air hangat untukmu,"
Rafa hanya mengangguk saja sementara Refa pergi untuk mengambilkan minum untuknya. Lelaki tampan itu tersenyum sendu, anda rasa malu menyergap perasaanya. "Tuhan. Apa laki-laki sepertiku pantas mendapinginya?" Jerit hati Rafa seraya memandangi langkah gadis cantik itu yang semakin hilang dari pandanganya.
Tak selang beberapa lama, Refa datang membawa segelas air putih hangat di tanganya.
"Ini minumlah!" Seru Refa seraya mengukir senyum tipis di wajahnya.
"Terima kasih. Tolong ambilkan itu!" Rafa menujuk kotak obat-obatan yang berada tak jauh dari ranjang miliknya.
Refa pun menurutinya, namun gadis itu cukup terenyuh, dirinya menggigit bibirnya saat melihat obat-obatan yang demikian banyak di hadapanya.
"A-apa ini, akan kau minum semua?" Tanya Refa heran
Rafa tersenyum lalu meminum beberapa obat untuk sekedar menahan rasa sakit yang terus menyerang dirinya.
Sementara Refa masih menatap penuh tanya, "Sebenarnya, Rafa sakit apa?" Batin Refa bertanya-tanya. "Kau orang kaya. Kenapa tak ada siapa pun yang bekerja di rumahmu?" Tanya Refa tanpa ragu, merasa heran, orang sekaya Rafa tak ada pekerja di rumah besar nan mewahnya.
"I-iya. Ada beberapa yang bekerja di sini, hanya saja, Bik Ani tak menginap, dia datang pagi pulang sore, sementara penjaga rumah tengah libur pulang kekampungnya. Sebenarnya mami sudah mencari orang lagi, tapi dia baru bisa mulai bekerja besok pagi." Jelas Rafa.
Refa tersenyum kelu mendengar penjelasan lelaki berwajah pucat itu. "Oh begitu. Aku faham." Jawabnya. "Oh Ya, jika tubuhmu sudah tak terlalu sakit lagi dan bisa berdiri, gantilah bajumu dulu! Karna baju yang kau gunakan itu lembab," seru Refa dan mendapatkan respon langsung dari Rafa.
.
.
.
Ting
Sebuah pesan WhatsApp masuk ke ponsel milik Refa, dan ternyata sang mama menanyakan keberadaanya yang tiba-tiba mendadak hilang dari rumah.
Ting
Sebuah pesan WhatsApp juga masuk ke no pensel Rafa, yang ternyata si mami menanyakan kenapa Rafa belum datang juga.
Akhirnya Refa meminta Rafa untuk ikut kerumahnya menggunakan mobil miliknya saja, Sebab Refa tak mungkin membiarkan Rafa mengemudi sendiri.
"Bagaimana jika mereka bertanya, kenapa kita bisa datang bersama?" fikir Rafa.
"Kau diam saja. Biarkan aku yang menjawabnya!" Tegas Refa.
Rafa tersenyum malu, lagi-lagi dia akan bersembunyi di belakang gadis gila yang telah membuatnya jatuh cinta, walau Rafa sadar bahwa Refa tak menaruh rasa untuknya.
_______________________
Rafa dan Refa kini telah tiba, kedua orang tua mereka sama-sama menatap bahagia kehadiran mereka secara bersamaan.
"Kau dari mana sayang, kenapa tiba-tiba menghilang?" Si papa penuh tanya.
Sebenarnya saat si papa bertanya seperti itu kepada Refa. Rafa ingin sekali menjawabnya bahwa anak gadisnya itu baru saja menolong dirinya, namun entah kenapa Refa berkedip ke arahnya, seolah melarang Rafa untuk mengatakan kejujuran.
"Aku ada keperluan mendadak, jadi pergi tanpa permisi," jelas Refa tanganya menepuk bahu Rafaa. Laki-laki di samping Refa kini menatap tak mengerti, Rafa cukup heran mengapa Refa tak jujur saja kepada kedua orang tuanya.
Kini kedua anak muda itu duduk tenang. Untuk mendengarkan hasil pembicaraan kedua orang tua mereka.
Namun tiba-tiba sorot mata si papa (Bokapnya Refa). Menatap tajam menghujam tepat ke arah Rafa, membuat hati Rafa berdegup kencang di buatnya.
"Rafa kau kenapa? Mengapa wajahmu begitu pucat?" Tanya laki-laki paruh baya itu penuh selidik.
"Aa__!" Baru saja Rafa akan menjawab, tiba-tiba saja Refa memotong ucapanya.
"Ahh. Papa, seperti tak kenal Rafa saja. Calon menantumu ini, kan, pekerja keras," puji Refa memotong ucapan Rafa.
Si papa tersenyum sumringah, melihat anaknya begitu antusias memuji calon suaminya. Namun berbeda dengan Refa, Lelaki tampan nan rupawan itu menatapnya curiga. "Aku yakin sekali, dia menutupi sesuatu tentang diriku di hadapan kedua orang tuanya," batin Rafa sendu.
"Ada apa, Om?"
"Tidak, ada apa-apa, Rafa. Om hanya bertanya saja," jelasnya. "Kemarin Refa bercerita bahwa sahabatnya si Desi gagal menikah karna calon suaminya sakit parah.
"Haaaaaahhh!" Rafa dan kedua orang tuanya menatap nanar ke arah laki-laki yang tengah berbicara di hadapan mereka kini.
"Iya. Karna menurut, Om. Keluarga Desi bukan tak menyukai calon menantunya itu, hanya saja, mereka pasti tak akan rela, anaknya akan menjanda di usia muda, sebab menurut cerita hidup calon suami Desi itu di Vonis tinggal tiga bulan saja." Si Om benar-benar terisi full fikiranya, dengan cerita karangan yang di lakukan Refa beberapa waktu lalu.
DEG.
Penjelasan Laki-laki paruh baya itu bagai menampar wajah kedua orang tua Rafa. Mereka menatap sendu dan tak percaya dengan ucapan sahabatnya. Sementara Rafa hanya menundukan kepalanya. Luka, benar-benar luka, itulah uangkapan yang Rafa rasakan betapa sakit hatinya kini.
🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱
🌷Mari saling mendukung
🌷Salam damai dari Rafa Rafi Refa.
🌷Jangan lupa bahagia buat kalian semua.
🍀TERIMA KASIH🍀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Ira Wati
visualnya ganti gaya dong
2023-01-26
0
Fatimah
😭😭😭😭 kasian rafa thoor
2021-03-20
1
Gia Gigin
Aku nyesek juga 😭😭😭😭Thor buat keajaiban untuk Rafa
2021-03-02
0