🌷YUK LIKE DULU SEBELUM MEMBACA
🍀VOTE
🌷KOMEN
🍀RATE
😊😊😊😊😊😊
🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀🎀
Malam kian larut, sepi mulai meyergap, bintang menampakan cahaya indahnya, bulan bersinar di balik awan, hingga sinar cahayanya tak nampak semua hanya sebagian saja.
Sementara Rafa tengah sibuk dengan laptop yang ada di hadapanya, seraya sesekali memengang perut dan kepalanya, laki-laki tampan nampak sangat gelisah, dia terlihat seperti tengah menahan sesuatu.
"Sayang apa kau merasa sakit?" Si mami melihat raut wajah Rafa yang teramat pucat.
"Gak, aku hanya lelah saja," jawab Rafa lemah.
Si mami langsung memenggang tubuh anaknya dan benar saja suhu tubuh Rafa teramat panas di atas rata-rata.
"Papi__! Teriak si mami memanggil sang Suami.
"Ada apa, mi?" Si papi tak mengerti.
Melihat si mami panik, si papi langsung menghampiri. "Rafa kenapa?" Si papi panik juga.
"Kambuh, pi!" Jawabnya.
"Mi, pi. Aku tidak apa-apa, tolong jangan panik!" Rafa menenangkan kedua orang tuanya.
"Kita harus ke rumah sakit!" Mami terlihat semakin panik.
"Tak perlu, mi. Tolong bawa aku ke kamar saja!" Pinta Rafa.
Tanpa fikir panjang lagi, sang papi langsung mengangkat tubuh anaknya, dan membawa Rafa ke kamar miliknya.
"Kamu istirahat! Mami akan memanggil dokter Khan untuk datang ke rumah saja." Titah si Mami.
Rafa menurut saja, dirinya menarik bantal guling miliknya, lalu memeluk bantal empuk itu, Rafa memejamkan mata, dirinya berharap saat terbangun nanti, rasa sakit itu sudah enyah dari tubuhnya.
______
Tak selang beberapa lama, dokter Khan datang bersama dua perawatnya, membawa peralatan dan obat-obatan yang munkin saja di butuhkan.
Setelah selesai memeriksa Rafa, dokter Khan menghela nafas panjang, lalu membuang pelan, nampak binar kegelisahan dari raut wajah dokter Khan.
"Ada apa, Dok?" Si mami terlihat semakin khawatir.
"Rafa semakin parah. Daya tahan tubuhnya semakin lemah, Rafa tak bisa menahan penyakitnya hanya dengan obat-obatan saja." Tegas dokter khan, walau berat dia harus mengatakanya.
"Lalu. Apa yang perlu kita lakukan, Dok?"
"Rafa harus menjalani cuci darah setiap bulan, untuk menjaga stabilitas tubuhnya. Mudah-mudahan hal itu akan mencegah penyakit Rafa agar tak semakin parah.
Mami dan Papi terlihat semakin sedih. "Lakukan dok, apa pun. Rafa anak kami satu-satunya, tolong selmatkan dia!" Pinta si Papi yang nada bicaranya kian melemah.
"Saya akan berusaha melakukan yang terbaik. Untuk sementara, saya akan memasang Infus, agar Rafa tak semakin lelah. Saya berharap beberapa hari kedepan Rafa harus istirahat total, jangan terlalu banyak fikiran!" Tegas dokter khan.
Setelah selesai semua urusan, dokter khan berpamitan. Dirinya berpesan agar menjaga suasana hati Rafa, karna rasa bahagia akan membuat semangat hidupnya kian bertambah.
----------------
Pagi pun tiba, si mami masih terlelap di samping anaknya, sementara sang papi sudah berangkat ke kantor, untuk menggantikan pekerjaan anaknya.
Ceklek
Pintu kamar Rafa terbuka, Refa datang dengan raut wajah yang nampak gelisah.
"Tante. Rafa kenapa?" Tanya Refa kepada sang mami yang baru saja terbangun dari tidurnya, tampak kesedihan dari wanita yang masih terlihat cantik walau sudah lanjut usia.
Si mami tak menanggapi pertanyaan Refa, dia segera beranjak dari duduknya, lalu meninggalkan Refa. "Tolong jaga, Rafa sebentar! Tante ada urusan," pesan si mami lalu pergi.
_________
Kini tinggal Refa saja, yang berada di kamar Rafa. Sorot matanya enggan pergi menatap raut wajah Rafa yang telihat sangat pucat. Laki-laki tampan itu tengah memejamkan mata dengan infus di tangan sebelah kirinya.
"Kau kenapa?" Bisik Refa di telinga calon Suaminya.
Sayup-sayup suara itu terdengar di telinga Rafa, dan perlahan membuat lelaki tampan itu membuka matanya.
"Hay." Sapa Rafa yang baru saja membuka mata, terdengar suara yang cukup lemah dari mulutnya.
"Rafa. Kau bangun?" Refa nampak lega dan segera beranjak dari duduknya, untuk memberi tahu keadaan Rafa kepada kedua orang tuanya.
Namun saat Refa akan melangkah, Rafa justru menggengam tanganya.
"Jangan pergi!" Pinta Rafa, membuat Refa seketika menghentikan langkahnya.
"Kenapa? Aku harus memberi tahu orang tuamu." Tegas Refa.
"Tak perlu. Aku sudah terbiasa seperti ini."
Refa pun perlahan kembali ke tempat duduknya.
"Apa ada yang kamu butuhkan? Aku akan menganbilkanya untukmu," tanya Refa sendu.
"Kamu!"
"Haaaaaa___!
"Iya. Aku butuh kamu."
Refa terdiam sementara Rafa kian erat menggengam tanganya.
"Aku tak pernah tau, kapan cinta ini tumbuh di hatiku, bahkan aku masih ragu apakah ini benar sebuah cinta terhadapmu. Ketahuilah, bahwa aku tak pernah berfikir akan jatuh cinta kepada wanita gila sepertimu, tapi aku tak bisa berbohong bahwa aku butuh dirimu, untuk berada di sampingku," ucap Rafa pilu.
Refa masih saja diam, namu sorot matanya kian tajam.
"Menikahlah denganku! Walau hanya satu tahun saja, aku janji tak akan pernah menyentuhmu. Yang terpenting kau akan selalu ada di sampingku saat aku membutuhkan senyumu.
"Rafa..!" Refa mulai meneteskan air mata.
Rafa menutup mulut Refa dengan telunjuknya, hingga gadis itu menghentikan ucapanya.
"Diamlah. Jangan katakan apa pun! Berpura-puralah kau mencintaiku, walau aku tau kau tak akan pernah jatuh cinta kepada anak mami sepertiku," ucap Rafa kelu.
DEG
Batin Refa benar-benar terenyuh, tapi sugguh cinta di hatinya untuk Rafa belum tumbuh.
"Beri aku kesempatan, agar aku bisa meraskan bahagianya bersanding di pelaminan, beri aku kesempatan, agar aku merasakan indahnya menjadi seorang suami." Pinta Rafa lagi.
Hikss. Air mata di wajah refa kian tumpah.
"Aku janji. Jika waktunya tiba nanti, aku akan pergi tanpa kau lihat lagi.
"Rafa..! Lagi-lagi hanya itu yang keluar dari mulut Refa.
"Maaf! Jika kau harus menjadi korban keinginan dan keegoisanku." Pinta Rafa kian pilu.
Refa menutup mulut Rafa dengan telunjuknya, tanpa permisi dia mencium kening calon Suaminya. "Aku akan mengabulkan permintaanmu."
Rafa tersenyum bahagia, mendengar kata-kata itu dari mulut Refa. "Aku tau bahwa kau terpaksa menciumku, tapi tak apa. Aku tetap berterima kasih kepadamu,"
Ceklek
Pintu kamar Rafa kembali terbuka, Rafi datang membawa oleh-oleh, buah segar di tanganya.
Melihat kedatang Rafi, Refa dengan Reflek mengempaskan tangan Rafa, hingga membuat Rafa tersenyum getir karenanya.
"Rafi," Sapa Rafa.
"Hay, Rafa. Bagai mana keadaanmu?" Rafi mendudukan tubuhnya di samping Refa.
"Baik. Aku masih bernyawa seperti yang kau liat kini," canda Rafa di iringi tawa kecil dari bibirnya.
"Hiiis. Kau ya! Dalam keadaan begini, masih saja bercanda," gumam Rafi "Hay. Cintaku, apa kau sudah lama di sini?" Tanya Rafi lagi kepada sang kekasih.
Refa hanya menganggukan kepalanya dan mengukir senyum terpaksa. Namun tiba-tiba saja Refa melihat raut wajah Rafi yang berubah seketika.
"Ada apa. Kenapa tiba-tiba, wajahmu masam begitu?" Rafa bertanya tanpa ragu
Dan Refa masih memilih diam walau melihat perubahan di raut wajah Rafi.
"Apa tadi Refa menciumu?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Rafi.
"Maksudmu?" Tanya Rafa dan Refa bersamaan
Rafi menunjuk kening Rafa yang terlihat cap bibir wanita di sana. Rupanya lipstik yang di gunakan Refa melekat di kening Rafa.
"I-ini," ucap Rafa tertahan.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Jangan lupa tinggalkan jejak gaes. ❤❤❤❤.
Lope you pull semuanya.
Salam damai dari.
Rafa, Refa , Rafi.
😘😘😘😘😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Dea Amira 🍁
nyesek ih
2021-04-08
1
Gia Gigin
Nanti juga Refa bakalan bucin akut
2021-03-02
0
Nesa Satria
rasany ko sedih sih thooorrr
2021-01-16
2