" MAMAAA... " panggil Angga. Anak itu merasa cemburu karna melihat mama nya tertawa bersama dengan om yang baru di kenal nya tadi.
" Oh my god Angga." Lidia menepuk keningnya. Pasal nya tadi ia meninggalkan anak nya yang sedang asyik melihat ikan. Berdekatan dengan Gilang membuat nya melupakan anak semata wayangnya.
" Kamu sih " ujar nya sembari menepuk pundak Gilang. Dan berlalu menghampiri anak nya.
" Loh.. kok aku sih." protes nya. Ia mengusap pundak nya yang di tepuk Lidia. perih juga rasa nya.
" Mama ngapain sih ninggalin Angga. Berdua sama om itu. " Rajuk Angga sambil menunjuk Gilang yang meringis memperlihatkan gigi rapih nya yang putih.
" Maaf ya sayang. " Hanya itu yang bisa di ucapkan Lidia. Dia memang bersalah telah meninggal kan anak nya. Untung saja disini aman. Kalo ada penculik kan gawat. pikirnya.
" Mama nggak boleh deket-deket sama om itu. !!" ketus Angga.
" memang nya kenapa sayang? Kan om Gilang temen mama ." Ujar Lidia dengan lembut. Mencoba memberi pengertian kepada anak nya.
" Nanti kalo tiba-tiba ada papa, trus liat mama sama om itu, papa bisa marah ma. Angga nggak mau nanti saat kita bertemu dengan papa, papa malah marah sama ma ." Angga terbata mengucapkan kalimat nya. Mata nya sudah berkaca-kaca. Terlihat sekali jika ia sangat merindukan sosok seorang ayah. Selalu berharap jika nanti ayah nya akan datang kepadanya.
deg...!!!
jantung Lidia seakan berhenti berdetak.
Mata nya pun ikut berkaca-kaca melihat anak nya yang sedih. Bagaimana tidak ? Papa yang slalu di rindukan Angga ada di hadapan mereka. Tapi dengan alasan yang tak bisa diungkapkan, Lidia mencoba menutupi kebenaran nya.
'seandainya saja kamu tau nak. siapa papa kamu'
batin nya dalam hati. Jiwa nya seakan berontak ingin mengatakan jika Gilang adalah papa nya. Tapi akal sehat nya mengatakan ini belum saat nya. Entah apa yang membuat nya bungkam akan kenyataan sebenarnya.
Lidia memeluk Angga dengan hati yang hancur.
Mulut nya bungkam. Ia tak bisa berkata-kata lagi. Hati nya sakit menghadapi kenyataan yang sangat pahit.
Ia kira semua akan baik-baik saja meski tanpa suami. Tapi ternyata tidak dengan anak nya, pastilah ia akan selalu merindukan sosok seorang ayah.
Gilang berjalan perlahan mendekati Lidia dan Angga yang tampak bersedih. Ia mengernyitkan dahinya.
"Lid... " Gilang menyentuh pundak Lidia dengan lembut.
Lidia terlonjak kaget mendengar suara Gilang. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sempat jatuh di pipi nya.
Tidak dengan Angga. Ia membiarkan air mata nya luruh begitu saja membasahi wajah nya.
Tiba-tiba perasaannya yang biasa tegar dan tak menuntut, entah mengapa Sekarang terasa sedih.
Gilang heran melihat kedua nya.
" masak sih hanya gara-gara di tinggal bentar udah nangis. " pikir nya.
" Ada apa jagoan??? hmm?? " Gilang memegang bahu atas Angga. Ia berjongkok menyamai tinggi Angga yang hanya sebatas pinggang nya.
brukk...
Angga refleks memeluk Gilang. Awal nya Gilang terkejut, tapi kemudian ia membelai rambut Angga dengan lembut. menyalurkan rasa nyaman kepada anak itu.
Angga pun merasa sangat nyaman di pelukan Gilang. Rasa yang tak bisa ia jelaskan. Rasa yang selalu ia rindukan. Ya.. rasa pelukan seorang ayah. Ayah dan anak itu merasakan kenyamanan yang tak bisa di definisikan.
Lidia yang melihat itu semakin tergugu. Melihat pemandangan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Semua terasa mimpi baginya.
Sedangkan Amira yang melihat pemandangan langka itu mendongak kan kepala nya ke atas. mencoba menahan air mata nya yang akan jatuh. Ia sangat terharu melihat anak dan ayah itu saling berpelukan. Semoga ini awal yang baik. ujar nya dalam hati.
" Tante ..Tante. tak Angga dan om anteng kenapa? " Aisyah menarik ujung baju Amira. Anak itu membuyarkan lamunan Amira.
Amira mengalihkan pandangan nya ke arah keponakan lucu nya itu.
" sssttt.... bocil diem aja." ucap Amira sambil menaruh jari telunjuk nya di depan bibir nya.
" ocil ocil. Aicah Tante " Rajuk Aisyah sambil mengerucutkan bibirnya. Terlihat sangat menggemaskan.
Amira tergelak melihat tingkah lucu Aisyah. Aisyah sangat tidak suka di panggil bocil. Tapi Amira sangat suka menggoda nya.
" kita lihat putri duyung yuk? " ajak Amira tanpa berpikir terlebih dahulu dengan apa yang di ucapkan nya barusan. Ia hanya ingin menjauh dari drama keluarga yang sedang berlangsung. Tidak ingin merusak suasana sakral yang mengharukan tersebut.
" emang dicini ada putli duyung ya Tante ?" tanya Aisyah dengan mata berbinar. Ia sangat berharap bisa melihat putri duyung yang biasa nya hanya di tonton di televisi atau gadget.
'aduh. mati lah aku kalau putri duyung nya nggak ada" Amira menepuk keningnya. Ia merasa salah berbicara.
" ya- ya kita cari dulu dong. Siapa tau ada " ujar nya sambil menarik tangan Aisyah menjauh dari ketiga orang yang sedang berhari biru tersebut. Amira ingin memberi ruang pada mereka. Mungkin ini waktu yang tepat untuk mengungkap kan kebenaran.pikirnya.
" kenapa jagoan kok nangis? " tanya Gilang kepada Angga.
" Angga kangen sama papa om "
" memang nya papa Angga kemana? " pertanyaan ini sebenarnya muncul di awal pertemuan mereka. Tapi Gilang tidak ingin terlihat kepo. Jadi ia menyimpan rasa penasaran nya sedari tadi.
Angga menggeleng kan kepala nya.
Gilang melihat ke arah Lidia seolah meminta jawaban. Lidia semakin gugup. Ia pun tidak tau harus menjawab apa.
" Angga nggak punya papa. Papa pergi ninggalin Angga waktu Angga dalam perut mama. Tapi Angga yakin, papa akan datang menemui Angga dan mama. " ujar Angga terbata sambil terus menangis dalam pelukan Gilang.
Lidia mendongak kan wajah nya keatas. Dada nya terasa sangat sesak.
Gilang terkejut. Tapi sejurus kemudian ia mengelus pucuk kepala Angga dengan lembut.
" Apa Angga mau jadi anak om? "
Lidia sontak terkejut mendengar ucapan Gilang. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
sedangkan Angga melihat ke arah Gilang seolah tak percaya.
" ya. Angga bisa panggil om papa. Angga bisa menganggap om adalah papa Angga. " tambah nya kemudian.
Angga seakan tak percaya. Akhirnya ia punya ayah.ia merasa sangat bahagia. Dan Angga makin mengeratkan pelukannya.
" Angga mau om. Angga mau jadi anak om " ujar nya bahagia. Gilang pun tersenyum lembut membelai rambut Angga. Ntah kenapa terasa hati nya sangat bahagia melihat Angga yang begitu bahagia.
Lidia tak tahan lagi membendung air mata yang sedari tadi telah menganak sungai. Hingga akhirnya ia membiarkan air mata nya jatuh membasahi wajahnya. ya ...air mata bahagia.
" thanks God " syukur nya dalam hati.
****
Mohon dukungan nya dengan like, koment and vote nya ya...😁😁😁
Happy reading 💖💖💖
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Dania
Namaku Aisyah
Tante.......😂😂
🌷🌷🌷🖤🖤🖤♥️♥️♥️
2021-10-29
0
Qiana
Itu ayah kamu nak
💜❤️❤️💖🖤🖤💛🌷🖤💙💙💚💝♥️💕🌷🌷🖤💙💚💝💝💗🖤🖤💛🌷🖤🖤🖤💖❤️💜💜🖤🖤💜❤️💖💗💝🖤🖤🖤🌷💕♥️🖤🖤💚💚💝🖤🖤💛🌷💕
2021-10-26
0
🏁Nyno_Ever🏁
Jadi ikut terharu 😭😭😭
🌷🌷🌷🌷💜💜💜💜💜
2021-10-12
0