Saat Indira hendak sholat Dzuhur di musholla pabrik, ia berpapasan dengan Jerri. Nampaknya Jerri sedang menunggu seseorang.
" Eh Jerr, ngapain di sini? nunggu seseorang ya...," gurau Indira menyapa.
" Nih dia yang ditungguin dari tadi," ujar Jerri seolah bicara sendiri.
Indira menoleh ke kanan dan ke kiri, ikut mencari orang yang ditunggu Jerri.
" Mau sholat ya, buruan gih, Gue tunggu di sini. Gue udah sholat tadi," kata Jerrri.
" Gue...?" tanya Indira.
" Iya Neng...," kata Jerri gemas.
" Lo nungguin Gue dari tadi, ada apaan...?" tanya Indira lagi.
" Ga enak ngobrol di sini, kasian banyak orang mau sholat tuh. Gue tungguin lo sampe kelar, buruan ya...," kata Jerri menjauh.
Indira melanjutkan langkahnya ke musholla.
Seperti kata Jerri tadi, ia menunggu Indira di kursi dekat musholla.
" Udahan ?" tanya Jerri, " Yuk kita ke kantin...," ajak Jerri.
" Males Gue kalo ke kantin, rame jam segini, ngantri. Belom tentu dapet duduk...," tolak Indira.
" Tapi Gue mau ngomong penting Dir sama Lo...," kata Jerri.
" Ga bisa di sini aja, lagian juga Gue janjian makan siang bareng sama Sofia...," Indira coba menjelaskan.
" Gitu ya, tapi...," ucap Jerri terputus.
" Ntar aja pas jam pulang kerja, gimana...?" tawar Indira.
Seketika wajah Jerri kembali ceria, ia menganggukkan kepala setuju. Lalu Jerri & Indira melangkah menuju tempat yang berbeda.Jerri ke kantin, sedang Indira menemui Sofia di tempat biasa.
\=\=\=\=\=\=
Sore hari usai jam pulang kerja. Jerri masih setia menunggu Indira keluar dari pabrik.
Sambil ngobrol dengan sesama karyawan pabrik yang dijumpainya di depan angkot.
Di kejauhan nampak Indira berjalan santai mendekati Jerri. Tanpa Indira sadari, Aris mengawasi dari jauh.
" Sorry lama ya...," kata Indira sambil tersenyum.
" Ah gapapa, Gue tau Lo pasti balik belakangan. Lo kan ga suka rebutan kaya orang-orang...," jawab Jerri santai.
Setelah mereka duduk dan memesan minuman, Indira mulai bicara.
" Ada apaan ya Jer...?" tanya Indira.
" Gue mau pamit sama Lo," kata Jerri datar.
" Pamit, emang Lo mau kemana, kenapa...?" tanya Indira lagi.
" Kontrak kerja Gue abis Dir...," kata Jerri lagi.
" Ooo, maaf Gue ga tau," Indira menepuk pundak Jerri.
" Besok Gue udah ga kerja di sini. Ini hari terakhir Gue di sini. Jadi Gue mau sebelum cabut, Gue bisa ngobrol sama cewek yang bikin Gue kesel sekaligus suka...," kata Jerri sambil menatap Indira dalam.
Indira nampak gugup. Sambil menyeruput minumannya, Indira coba tertawa.
" Pasti Gue...," canda Indira.
" Iya, emang Lo...," kata Jerri mantap.
Suasana hening sesaat.
" Kenapa Lo ga suka sama Gue sih Dir...?" tanya Jerri pelan.
" Siapa bilang, Gue suka kok sama L, sebagai temen ya...," sahut Indira.
" Tapi Gue mau lebih dari temen Dir...," lanjut Jerri cepat.
" Itu..., ga lah Jer. Kapan sih Lo bisa ngomong serius...?" tanya Indira saat menyadari sifat Jerri yang humoris. Mustahil baginya bicara serius, itu bukan style Jerri.
" Gue lagi serius Dir...," tandas Jerri.
Mereka saling tatap sejenak.
" Karena Aris ya...," kata Jerri akhirnya.
" Bukan...," jawab Indira cepat.
" Terus karna...,"
" Karna ga semua orang bisa jadi pasangan...," jawab Indira tegas.
" Mungkin kalo Kita pacaran, Kita ga bakal bisa seasik ini, sesantai ini, segokil ini. Ngerti ga maksud Gue...?" tanya Indira sambil menoleh kearah Jerri.
" Gue emang ga ngerti jalan pikiran Lo, tapi Gue seneng lo mau tetep ngerespon Gue, nyapa Gue, jadi temen Gue. Lo tuh istimewa buat Gue...," lanjut Jerri.
Indira terdiam mendengar ucapan Jerri.
" Sekarang Gue udah puas bisa tanya langsung sama Lo. Maafin Gue ya Dir. Makasih udah mau jadi temen Gue. Mungkin Kita ga akan pernah ketemu lagi Dir. tapi jangan benci sama Gue ya...," pinta Jerri.
" Hush..., Lo jangan ngomong gitu, serem Gue dengernya. Kita kan ga tau, kalo Allah temuin Kita lagi, Kita bisa apa. Emang Lo mau kemana sih Jer...?" sungut Indira.
" Gue udah dapet kerjaan baru Dir, jauh dari sini. Kerja kantoran gitu...," kata Jerri senang.
" Wah, selamat ya. Tuh..., kan Lo dapet tempat kerja yang lebih baik. Siapa tau ketemu jodoh Lo di sana...," sambut Indira gembira.
"Aamiin...," Jerri mengaminkan, " Tapi tetep Lo adalah cewek yang Gue sayang. Eit..., jangan marah. Kan udah Gue bilang tadi,Lo ga boleh benci sama Gue. Namanya perasaan, siapa yang bisa ngatur sih Dir...," ujar Jerri membela diri.
" Gue ga bakal benci sama Lo...," ujar Indira menenangkan Jerri, " Udah sore nih, balik yuk...," ajak Indira.
" Oke, Gue anter Lo. Ga boleh nolak !. Anggap aja salam perpisahan Kita...!" kata Jerri sok galak.
" Iya iya, ga usah sampe rumah Gue, jauh. Sampe halte aja ya...," pinta Indira menahan tawa.
Jerri mengacungkan ibu jarinya. Mereka melangkah pelan meninggalkan kawasan pabrik. Angkot terakhir sudah lama lewat. Tapi masih banyak orang yang berjalan kaki untuk keluar dari sana sambil menikmati sore. Termasuk Jerri dan Indira.
Sepanjang jalan mereka terlibat obrolan seru, yang sesekali diselingi tawa. Indira merasa sedih sekaligus senang. Ia harus kehilangan seorang teman baik. Meskipun Jerri berpamitan untuk pergi, tapi tetap menyisakan haru. Indira seolah yakin, bahwa mereka memang tak akan pernah bertemu lagi setelah hari itu.
Jerri menatap wajah Indira lekat. Sambil tersenyum getir, ia berjanji akan menjadikannya sebagai salah satu bagian sejarah penting dalam hidupnya. Mengenal dan dekat dengan Indira adalah kebahagiaan tersendiri baginya. Sama seperti Indira, Jerri yakin, bahwa mereka memang tak akan pernah bertemu lagi setelah hari itu.
\=\=\=\=\=\=
Esoknya di pabrik.
" Ehm..., seneng nih yang abis jalan sama Jerri...," ucap Aris mengagetkan Indira.
" Lo tau darimana kalo Gue jalan sama Jerri...?" tanya Indira.
" Gue liat kemaren...," kata Aris santai.
" Liat dimana...?" tanya Indira lagi.
" Liat waktu Lo duduk di kursi sambil minum es, terus Lo jalan kaki berdua sama Jerri, terus lo naek angkot, terus Lo...," Aris tak melanjutkan ucapannya.
" Lo ngikutin Gue...?!" tanya Indira galak.
" Dihh..., ga lah ya. Kebetulan kemaren Gue juga janjian sama anak pabrik sebelah. Nah Gue liat Lo di sana, Gue jalan kaki juga sama kaya Lo, kan udah ga ada angkot...," sahut Aris santai.
" Masa sih...?" tanya Indira tak percaya.
" Terseraho, mau percaya atau ga...," jawab Aris sambil berlalu.
Indira menatap kepergian Aris sambil mengerutkan alis bingung. Tiba-tiba Sofia menepuk pundak Indira.
" Kenapa si Aris...?, jelous ya. Eh gimana, kemaren jadi ketemuan sama Jerri...?" tanya Sofia kepo.
" Jadi...," jawab Indira singkat.
" Terus, ngomong apaan, nembak Lo lagi kaya waktu itu? Lucu deh tuh Anak, nembak kok di depan orang banyak...," tawa Sofia saat mengingat kekonyolan Jerri yang 'nembak' Indira.
" Dia pamitan sama Gue. Mulai hari ini dia udah ga kerja di sini lagi...," ujar Indira, " Udah dapet kerjaan baru katanya...," lanjut Indira.
" Ooo, abis juga kontraknya...?" tanya Sofia.
Indira mengangguk,mengiyakan ucapan Sofia.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments