eps 17 ( Tambah ? )

Warga yang kebetulan mengenal Aris dan Garang juga menghubungi orangtua mereka agar segera menjemput mereka di pos polisi.

" Mau jadi preman Lo...?!" tanya bapak Garang kasar sambil menamparnya.

" Udah gede ya sekarang...," sindir ayah Aris dengan melotot kearah Aris.

" Ayo Gue ajarin di rumah gimana caranya jadi preman...!" kata bapak Garang sambil menyeret Garang keluar dari pos tersebut.

" Anak Ayah hebat, udah jadi jagoan, wah ringan deh tugas Ayah kalo gini. Ga perlu mendidik Anak lagi...," kata ayah Aris sambil melangkah keluar pos diikuti Aris.

Meskipun ucapan ayah Aris terdengar lembut, tapi Aris sangat mengenal ayahnya. Pasti Aris akan 'habis' di rumah nanti .Aris menunduk pasrah.

" Ha ha ha, abis Gue dihajar Bokap Gue waktu itu...," kata Garang sambil menyesap rokoknya.

" Sama, Gue juga. Biarpun Bokap Gue ngomongnya lembut di depan orang, tapi pas nyampe rumah jangan tanya deh, Nyokap Gue sampe mohon-mohon supaya Bokap mau lepasin Gue...," kata Aris sambil menepuk nyamuk yang mulai berdatangan.

Aris dan Garang masih asyik ngobrol ngalor-ngidul di halte hingga malam. Sambil minum kopi yang dipesan Garang di warung langganannya, mereka masih menertawakan tingkah mereka saat remaja.

Sejak kejadian yang menjadi awal pertemuan mereka, Aris dan Garang malah semakin dekat. Mereka bersahabat, berusaha saling menghormati dan tidak saling mengganggu 'daerah' kekuasaan masin-masing.

Lulus SMP Aris masih melanjukan sekolah di sebuah STM swasta. Setelah lulus STM, ia mencoba peruntungan mencari pekerjaan halal. Ia sempat bekerja di percetakan milik tetangganya. Tapi karena merasa bosan, lalu Aris melamar pekerjaan di pabrik dan diterima. Aris bertahan bekerja hampir 4 tahun di tempatnya bekerja saat ini. Meskipun begitu 'pengaruh' Aris masih sangat kuat. Ia hanya bekerja dibalik layar mengawasi teman-teman segenknya.

Berbeda dengan Aris, Garang terpaksa putus sekolah. Garang hanya lulusan SMP. Faktor ekonomi menyebabkan Garang tidak melanjutkan sekolah setingkat SLTA waktu itu. Garang memilih bekerja di jalanan, menjadi pengamen jalanan, mencopet & memalak pedagang kaki lima sudah jadi rutinitasnya. Jika Aris bekerja di belakang layar, Garang justru langsung tampil menunjukkan dirinya dihadapan umum.

Perbedaan nasib keduanya tidak membuat mereka hilang kontak. Sesekali Aris duduk di halte sambil 'ngecek' situasi, seperti yang dilakukan saat ini. Aris sangat disegani oleh kawan maupun lawan.

Sebenarnya Aris juga lelah. Ia ingin hidup normal seperti orang lain, menikah, punya anak, punya keluarga yang menanti kepulangannya setiap hari, berlibur di akhir pekan. Tapi kenyataan tak seindah harapan. Aris masih sulit melepaskan diri dari 'dunia' yang satu itu.

\=\=\=\=\=\=

Di dalam bus, Indira masih terngiang ucapan Aris tadi. Indira bingung, mengapa begitu sulit menerima kehadiran Aris dalam hidupnya. Padahal menurutnya sikap Aris sangat baik, humoris dan sangat melindungi.

Indira tak membenci Aris, hanya saja saat ini Indira lebih nyaman bersahabat dengan Aris.

Indira tiba di rumah jam 5 sore. Seperti biasa, setelah meletakkan tasnya, Indira bergegas ke kamar mandi untuk wudhu. Sholat Ashar selesai. Sekarang waktunya Indira 'laporan' pada keluarganya tentang kejadian hari ini.

" Udah sholatnya...?" tanya ibu sambil membawa sepiring singkong rebus.

" Udah Bu, wah enak nih,udah lama ga makan singkong rebus...," kata Indira senang.

" Gimana kerjaanmu hari ini Dirr...?" tanya ayah sambil menyeruput kopinya.

" Seru Yah...!" kata Indira.

" Seru apa nih, Gue jadi tertarik...," kata Amar yang baru saja pulang dari kantor.

Amar mencium punggung tangan ayah dan ibu, kemudian ikut duduk sambil menggulung lengan bajunya.

" Tadi pagi Sofia liat makhluk yang penampakannya mirip sama teman Kita mas...," kata Indira mulai cerita.

" Terus...?" tanya Adi dan Ali bersamaan.

" Ya heboh lah, biasanya kan emang gitu Mbakmu kalo liat yang begituan...," kata ibu sambil menuang teh ke dalam gelas.

" Mmm Ibu salah, awalnya kan...," Indira melanjutkan ceritanya.

Indira juga menceritakan awal berdirinya pabrik seperti yang didengarnya dari Aris.

" Dulu juga katanya...," cerita Indira mengalir sambil diselingi kagiatannya mengunyah singkong rebus.

" Wajar kalo tempat sebesar itu ada penunggunya Dir...," kata ayah.

" Tapi makin kesini sering ganggu lho Yah...," kata Indira lagi.

" Ada yang iseng bikin penunggunya marah kali...," kata Amar sambil beranjak ke kamarnya.

" Bener tuh Mbak...," kata Adi.

" Biasanya makhlus halus tuh ga suka tempatnya kotor atau malah dikotorin sama ulah manusia, seperti berjudi, mabuk bahkan berzina...," kata ayah menjelaskan panjang lebar.

" Makanya 'dia' marah dan mulai gangguin orang deh...," kata ibu menambahkan.

" Jadi harus gimana dong Yah...?" tanya Indira takut.

" Kamu tetap tawakkal sama Allah, jangan lalai, usahain dzikir tiap saat, jangan melamun...," kata ayah lagi.

" Jangan ngomong jorok...," sela Amar yang baru selesai ganti baju.

" Hindari berbuat yang melanggar aturan agama...," tegas ayah.

Indira mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya. Ia mengerti apa yang harus dilakukan agar bisa 'lari' dari gangguan makhluk halus di pabrik.

\=\=\=\=\=\=

Beberapa hari setelah Ismi kesurupan, tampak Ismi memasuki area pabrik dengan wajah sumringah. Kedatangannya mendapat tatapan dari semua karyawan yang berpapasan dengannya.

Sofia dan Indira menyalami Ismi sebagai ungkapan dukungan terhadap Ismi. Ismi tersenyum menyambut uluran tangan mereka.

Saat jam istirahat, tanpa diminta, Ismi bercerita tentang pengalamannya saat kesurupan tempo hari. Ada Indira, Sofia dan beberapa teman sedivisi Ismi yang mendengarkan penuturan Ismi.

" Waktu itu Gue kelewat seneng karena mau nikah sama cowok Gue...," kata Ismi mengawali ceritanya.

" Wajar lah, Lo kan nikah sama orang yang Lo suka, coba kalo Lo nikah paksa, pasti laen ceritanya...," celetuk Sofia.

" Jangan dipotong dulu Sof, ntar ga kelar ceritanya...," kata teman Ismi.

Sofia mengunci mulutnya. Setelahnya ceritapun mengalir.

" Tiga hari menjelang akad nikah, Gue emang dipingit. Ga boleh ketemu siapa-siapa kecuali keluarga inti. Nah pas malem abis Isya, Gue denger suara orang nangis sediihh banget. Gue pikir tetangga gue. Tapi kok lama ga berhenti tuh yang nagis. Terus Gue keluar kamar, liat rumah kok sepi banget, ya udah Gue masuk kamar lagi terus tidur."

Jeda sebentar karena mandor menyapa Ismi, menanyakan kesehatannya. Kemudian Ismi melanjutkan ceritanya.

" Perasaan baru aja Gue tidur, Gue kaya diajak ngomong sama seorang cewek yang duduk di kasur Gue sambil liat jendela. Pake baju kebaya putih, selendang putih, rambutnya acak-acakan, jadi mukanya ga keliatan."

Terjeda lagi karena rombongan yang membawa alat-alat lewat di depan mereka.

" Tuh cewek bilang kalo cowoknya dibunuh sama orang, terus dia dipaksa nikah sama pembunuh itu. Selesai ijab kabul, pas malem pertama tuh cewek bunuh diri. Gue ngerti kenapa tuh cewek nangis segitu sedihnya...," kata Ismi iba.

" Tapi sebelum akad nikah Lo juga kesurupan kan...?" tanya Indira.

" Ya, itu karna Gue liat dia di pojokan kamar, mukanya pucet banget, serem. Gue mau kasihtau perias Gue, eh tau-tau gelap semua...," kata Ismi sambil meremas jari-jarinya.

" Kalo yang kemaren di pabrik apaan tuh, masa iya ngikutin sampe sini...?" tanya teman Ismi.

" Kalo itu Gue liat pocong lagi berdiri deket banget di samping Gue...," bisik Ismi pelan.

Semua terkejut,badan mereka lemas saat mendengar akhir cerita Ismi.

" Yahh, nambah lagi hantunya...," keluh Sofia.

" Abis gimana, yang penting sekarang Kita harus waspada, jangan lupa berdzikir, sholawat, biar Allah lindungin Kita...," kata Indira mencoba mencari jalan tengah.

Semua terdiam sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.

bersambung

Episodes
1 eps 1 (Indira)
2 eps 2 ( Kerusuhan Massal )
3 eps 3 ( Tentang Reformasi )
4 eps 4 ( Dijodohin )
5 eps 5 ( Pupus )
6 eps 6 ( Mencoba Bangkit )
7 eps 7 ( Ngeliat Kuntilanak )
8 eps 8 ( Harus Lembur )
9 eps 9 ( Aris Makin Dekat )
10 eps 10 ( Pengakuan Aris )
11 eps 11 ( Hubungan Toxic )
12 eps 12 ( Kecolongan )
13 eps 13 ( Traktiran )
14 eps 14 ( Diganggu Juga )
15 eps 15 ( Kenangan Buruk )
16 eps 16 ( Ketemu Lagi )
17 eps 17 ( Tambah ? )
18 eps 18 ( Sedih Atau Bahagia )
19 eps 19 ( Jerri )
20 eps 20 ( Hati-hati )
21 eps 21 ( Membuka Hati )
22 eps 22 ( Triple Date ? )
23 eps 23 ( Refreshing )
24 eps 24 ( Minta Ijin )
25 eps 25 ( Pernikahan Dewi )
26 eps 26 ( Berangkat )
27 eps 27 ( Nenek Asti )
28 eps 28 ( Kesempatan Baru )
29 eps 29 ( Tempat Baru )
30 eps 30 ( Mulai Dari Awal Lagi )
31 eps 31 ( Penghuni Senior )
32 eps 32 ( Shift Malam )
33 eps 33 ( Diangkat )
34 eps 34 ( Ga Tahan )
35 eps 35 ( Pulang... )
36 eps 36 ( Dimusuhi )
37 eps 37 ( Menunggu )
38 eps 38 ( Ada Yang Aneh )
39 eps 39 ( Malunya...)
40 eps 40 ( Kamar Terlarang )
41 eps 41 ( Berubah )
42 eps 42 ( Sakit )
43 eps 43 ( Sofia..., Oh Sofia )
44 eps 44 ( Lelah )
45 eps 45 ( Ikhtiar )
46 eps 46 ( Siapkan Amunisi )
47 eps 47 ( Mencekam )
48 eps 48 ( Maaf )
49 eps 49 ( Lari Jauh )
50 eps 50 ( Kangen )
51 eps 51 ( Syukuran )
52 eps 52 ( Kembali )
53 eps 53 ( Berita Duka )
54 eps 54 ( Ada Rival )
55 eps 55 ( Berjuang )
56 eps 56 ( Menikahimu )
57 eps 57 ( Ini Tentang Kita )
Episodes

Updated 57 Episodes

1
eps 1 (Indira)
2
eps 2 ( Kerusuhan Massal )
3
eps 3 ( Tentang Reformasi )
4
eps 4 ( Dijodohin )
5
eps 5 ( Pupus )
6
eps 6 ( Mencoba Bangkit )
7
eps 7 ( Ngeliat Kuntilanak )
8
eps 8 ( Harus Lembur )
9
eps 9 ( Aris Makin Dekat )
10
eps 10 ( Pengakuan Aris )
11
eps 11 ( Hubungan Toxic )
12
eps 12 ( Kecolongan )
13
eps 13 ( Traktiran )
14
eps 14 ( Diganggu Juga )
15
eps 15 ( Kenangan Buruk )
16
eps 16 ( Ketemu Lagi )
17
eps 17 ( Tambah ? )
18
eps 18 ( Sedih Atau Bahagia )
19
eps 19 ( Jerri )
20
eps 20 ( Hati-hati )
21
eps 21 ( Membuka Hati )
22
eps 22 ( Triple Date ? )
23
eps 23 ( Refreshing )
24
eps 24 ( Minta Ijin )
25
eps 25 ( Pernikahan Dewi )
26
eps 26 ( Berangkat )
27
eps 27 ( Nenek Asti )
28
eps 28 ( Kesempatan Baru )
29
eps 29 ( Tempat Baru )
30
eps 30 ( Mulai Dari Awal Lagi )
31
eps 31 ( Penghuni Senior )
32
eps 32 ( Shift Malam )
33
eps 33 ( Diangkat )
34
eps 34 ( Ga Tahan )
35
eps 35 ( Pulang... )
36
eps 36 ( Dimusuhi )
37
eps 37 ( Menunggu )
38
eps 38 ( Ada Yang Aneh )
39
eps 39 ( Malunya...)
40
eps 40 ( Kamar Terlarang )
41
eps 41 ( Berubah )
42
eps 42 ( Sakit )
43
eps 43 ( Sofia..., Oh Sofia )
44
eps 44 ( Lelah )
45
eps 45 ( Ikhtiar )
46
eps 46 ( Siapkan Amunisi )
47
eps 47 ( Mencekam )
48
eps 48 ( Maaf )
49
eps 49 ( Lari Jauh )
50
eps 50 ( Kangen )
51
eps 51 ( Syukuran )
52
eps 52 ( Kembali )
53
eps 53 ( Berita Duka )
54
eps 54 ( Ada Rival )
55
eps 55 ( Berjuang )
56
eps 56 ( Menikahimu )
57
eps 57 ( Ini Tentang Kita )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!