Dan saat Indira akan masuk ke dalam angkot, Aris pun memanggilnya.
" Indira tunggu ...!" panggil Aris.
" Eh Lo Ris, ada apa ?" tanya Indira.
Aris tak menjawab tapi meminta Indira untuk menjauh dari angkot.
" Ada apaan sih ?" ulang Indira tak sabar.
" Lo ngerasa ada melakukan kesalahan ga?" tanya Aris.
" Kesalahan apa dan sama siapa, kayanya ga ada deh," sahut Indira sambil menggeleng.
" Susah ya ngomong sama orang ga peka," keluh Aris lirih.
" Maksud Lo apa sih Ris?. Ya udah kalo Lo ga mau ngasih tau, Gue cabut aja deh," kata Indira sambil bersiap melangkah menuju angkot.
" Gue cuma bercanda Dir, sensi amat sih Lo. Ngomong-ngomong Lo tau ga kalo Gue baru aja diangkat jadi karyawan tetap ?" tanya Aris sambil menahan tawa.
" Ooo ... itu. Iya udah tau Gue. Terus kenapa emangnya ?" tanya Indira tak mengerti.
" Kok Lo ga ngasih ucapan selamat kaya yang laen. Padahal ada yang minta traktir segala lho sama Gue," sahut Aris gusar.
" Gitu ya. Ok deh, selamat ya Aris, jangan lupa traktirannya," kata Indira sambil tersenyum.
" Makasih, gapapa deh biar telat dan keliatan ga ikhlas," sahut Aris sambil tertawa.
Ucapan Aris membuat Indira melengos kesal. Karena khawatir Indira ngambek, Aris pun bergegas melanjutkan ucapannya.
" Lo mau ditraktir apa Dir ?. Bilang aja dimana tempatnya dan kapan," kata Aris antusias.
" Ga usah muluk-muluk Ris. Gue dibeliin coklat si*ver qu**n aja udah seneng kok," gurau Indira.
" Cuma itu ?. Ok, Lo tenang aja. Gue bawain besok," janji Aris.
" Oke Gue tunggu," sahut Indira.
Kemudian Aris dan Indira beriringan masuk ke dalam angkot. Mereka turun di tempat biasa. Dan seperti biasa juga Aris menunggu Indira sampai naik ke dalam bus.
\=\=\=\=\=\=
Keesokan harinya terjadi kehebohan lagi di pabrik. Indira yang baru saja tiba dibuat bingung dengan ucapan teman-temannya.
" Nih dia orangnya ...," kata Maya.
" Ck, gimana sih Lo Dir. Orang udah pada heboh, eh yang diomongin malah baru kliatan batang idungnya," kata Asti sambil tersenyum.
" Emang ada apaan Ti ?. Heboh karena ada hantu lagi ya ?" tanya Indira.
" Iihhh ... ni Anak, hantu mulu yang diomongin. Yang jadi omongan tuh bukan hantu tapi Lo, biangnya hantu !" sahut Sofia sambil mencubit tangan Indira dengan gemas.
" Duuhh ..., sakit Sof. Emang apaan lagi yang bisa bikin heboh selain hantu," kata Indira sambil mengusap tangannya yang merah bekas cubitan Sofia.
" Lo udah jadian ya sama Kak Aris ...?" tanya Dewi tiba-tiba.
" Hahhh ..., ga !. Lo kata siapa ?!" tanya Indira lantang.
" Tapi tadi dia nitip ini sama Gue, suruh kasihin Lo katanya," sahut Dewi sambil menyodorkan bungkusan berisi beberapa batang coklat yang diikat pita.
Melihat benda itu membuat Indira terkejut.
" G*la ya si Aris, masa ginian titip sama orang. Malu-maluin aja. Pantesan Gue nemu orang pada senyum-senyum aja daritadi," keluh Indira sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
Ucapan Indira pun disambut tawa teman sekelompoknya.
" Jadian bener juga gapapa Dir. Lo cocok kok sama Aris," kata Sofia di sela tawanya.
Indira mengabaikan ucapan Sofia dan pura-pura sibuk memasukkan coklat kedalam tasnya. Setelahnya dia celingukan mencari Aris.
" Ntar siang coklatnya Kita makan bareng ya," kata Indira sesaat kemudian.
" Ga usah Dir, itu kan khusus buat Lo. Makan dan nikmatin aja sendiri sambil mengingat wajahnya," sahut Sofia dengan mimik lucu.
Lagi-lagi ucapan Sofia membuat semua orang tertawa. Indira terdiam karena bingung bagaimana cara merespon sindiran temannya yang terus menggodanya seharian itu. Hingga akhirnya dia bertemu Aris saat jam pulang kerja.
" Aris makasih ya coklatnya, repot- repot segala. Sebenarnya Gue ga serius kemaren. Eh, Lo malah ngasihnya beneran, mana banyak lagi," kata Indira tak enak hati.
" Iya sama-sama. asal Lo suka. Apa sihh yang ga buat Lo Dirr...," gombal Aris yang disambut decak sebal Indira.
" Tapi kenapa lo titipin Dewi ?, ga enak tau. Jadi heboh deh satu divisi. Lo tau sendiri disini mah apa juga jadi gosip ...," protes Indira.
" Tadinya mau Gue kasih langsung ke Lo, tapi tadi semua karyawan yang baru diangkat disuruh menghadap pimpinan perusahaan. Kawatir ga ketemu sama Lo, makanya Gue titip ke Dewi. Maaf ya ...," kata Aris memberi alasan.
" Ooo ... gitu. Ya udah gapapa. Tapi kenapa coklatnya pake pita segala ?" tanya Indira.
" Kalo itu ide yang jual," sahut Aris malu-malu.
" Gara-gara pita itu, abis Gue diledekin temen-temen Gue, ditanyain macem-macem juga," sungut Indira.
" Terus Lo jawab apa ?" tanya Aris penasaran.
" Mau Lo, Gue jawab apa ?" tanya Indira.
" Di iyain aja, selesai kan. Mereka kan cuma pengen denger kata iya dari Lo Dir," sahut Aris santai.
" Maksud Lo, Gue iyain aja kalo mereka ngira Kita jadian ?!" tanya Indira terkejut.
" Lah emang kenapa, Lo malu jadian sama Gue ?. Kalo Gue sih seneng banget bisa jadian sama Lo," sahut Aris tegas.
" Lo lagi nembak Gue nih ceritanya ...?" tanya Indira sambil mengamati Aris dari atas kepala hingga ujung kaki.
" Yaaa ..., anggap aja begitu. Gue emang bukan cowok romantis Dir, tapi Gue ga suka bertele-tele. Lo pasti tau kan kalo selama ini Gue suka sama Lo. Jadi gimana, mau ga Lo jadi cewek Gue ...?" tanya Aris sambil menatap mata Indira lekat-lekat.
Tentu saja pertanyaan Aris mengejutkan Indira.
" Ehhh ... Gueee...," sahut Indira gugup.
" Gapapa Dirr, ga usah Lo jawab sekarang. Gue cuma pengen Lo tau aja kalo Gue sayang sama Lo. Titik," kata Aris berusaha menenangkan Indira.
" Maaf ya Ris. Tapi Kita masih bisa temenan kok ...," kata Indira tak enak hati.
" Ok ...," sahut Aris sambil tersenyum tulus.
Untuk beberapa saat Aris dan Indira sama-sama terdiam. Keduanya tetap membisu hingga masuk dan duduk di dalam angkot.
Diam-diam Aris mengamati Indira yang tampak gugup. Aris pun tersenyum. Nampak kelegaan diwajahnya setelah berhasil mengungkapkan perasaannya pada Indira tadi.
Tak lama kemudian angkot menepi di halte.Aris yang terbiasa mengantar dan menunggu Indira layaknya kekasih itu pun mengajak Indira duduk. Indira setuju dan duduk sambil mengamati bus yang melintas.
" Ngomong-ngomong Lo kan udah lama ya kerja di pabrik itu. Ada ga cerita atau kejadian aneh yang pernah Lo denger ?" tanya Indira membuka percakapan.
" Kenapa nanya gitu. Emang Lo pernah ngalamin sesuatu di pabrik ?" tanya Aris.
" Ga kok. Gue cuma ngerasa kaya ada sesuatu yang aneh aja tiap hari. Apalagi kalo pas kerja shift 2, malem kan tuh. Hiiiyy ..., jujur Gue sering ngerasa ga nyaman Ris," sahut Indira sambil bergidik.
" Lo takut ?" tanya Aris sambil tersenyum.
" Ck, bisa dibilang begitu. Kenapa, emangnya Gue ga boleh takut ?" tanya Indira.
" Oh boleh dong, itu kan manusiawi. Wajar kalo Lo ngerasa begitu. Emang tempat itu angker kok. Setau Gue sebelum dibangun pabrik, tempat itu dulu tanah rawa yang diuruk. Udah jadi rahasia umum kalo tanah rawa menyimpan misteri. Lo juga pasti tau itu kan," sahut Aris.
" Terus ...?" tanya Indira tak sabar.
" Di sana pernah ditemuin mayat perempuan. Kata orang sih perempuan itu meninggal dibunuh. Dulunya dia sama cowoknya sering lewat tempat itu karena letaknya emang strategis dan dekat sama pantai. Mereka juga sering janjian disana. Suatu hari mereka janjian lagi. Tapi kayanya cowoknya lupa, karena setelah lama menunggu, kok si cowok ga kunjung dateng. Yang dateng justru beberapa preman yang kemudian memperkosa dan membunuh cewek itu. Terus mayatnya ditinggal gitu aja sampe membusuk," kata Aris.
" Astaghfirullah aladziim ...," gumam Indira sambil menggelengkan kepala.
" Cowoknya dan keluarganya nyariin kemana-mana, tapi ga ketemu. Sampe akhirnya si cowok inget tempat mereka sering ketemu. Bersama warga dia dateng ke tempat itu dan nemuin sobekan kain mirip banget sama punya cewek itu. Dan ga jauh dari sobekan kain itu terlihat mayat yang udah mulai kering. Semua orang dan cowok itu meyakini kalo itu mayat cewek yang mereka cari," kata Aris panjang lebar.
"Terus ...?" tanya Indira lagi.
" Yaaa ... karena meninggal ga wajar, bisa ditebak lah gimana endingnya. Cewek itu jadi hantu dan hantunya sering terlihat di sana. Entah lagi berdiri, duduk membelakangi, atau jalan-jalan. Selalu di sana seolah sedang menunggu seseorang. Dan orang percaya kalo dia gentayangan karena masih nunggu cowoknya di sana," kata Aris.
" Atau justru lagi menunggu dan mencari pembunuhnya," sela Indira cepat.
Ucapan Indira mengejutkan Aris. Namun sesaat kemudian Aris tersenyum karena sadar posisi duduknya dengan Indira sudah semakin dekat.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Shyfa Andira Rahmi
tukang parkir x ahh😁😁
2023-09-19
1
Euis Yohana
kaya kang parkir terus .. terusss ..😄
2023-04-03
0
Herry Ruslim
Indira bukan indigo dan ga ada kemampuan kaya Faiq jadi kurang seru horornya,tapi gpp, lanjutkan Thor
2022-11-09
1