eps 7 ( Ngeliat Kuntilanak )

Hari dimana Indira bekerja shift dua alias shift malam pun tiba. Indira sebenarnya tak suka jika dapat jatah shift malam. Indira merasa tak nyaman dengan suasana pabrik sejak awal bekerja disana. Tapi karena ia butuh pekerjaan terpaksa ia menjalaninya.

Indira sudah mulai punya beberapa teman yang lumayan akrab di divisi packing. Mereka adalah Sofia, Maya, Asti dan Dewi. Bersama mereka Indira sering menghabiskan waktu kosong bersama. Rumah mereka tidak jauh jaraknya dari kawasan pabrik. Kebetulan Indira satu kelompok dengan empat temannya itu, jadi waktu kerja mereka juga selalu sama.

Sore itu pertama kalinya Indira bekerja shift dua dan menjadi awal juga untuk Indira melihat 'sesuatu' di pabrik. Saat sedang bekerja tak sengaja Indira melihat benda berwarna putih terbang diatas kepala para karyawan pabrik yang juga sedang sibuk bekerja.

Semula Indira mengira itu hanya plastik putih pembungkus furniture yang terbang terbawa angin. Tapi setelah diamati, plastik itu ukurannya terlalu panjang bahkan lebih dari sepuluh meter. Benda mirip plastik berwarna putih itu terus melayang-layang di atas dan hampir menyentuh plafond pabrik. Indira pun mengalihkan tatapannya kearah lain lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.

Indira sengaja menyimpan cerita itu sendiri. Dia pikir itu tak terlalu penting dan menarik untuk diceritakan.

Dan jam istirahat pun tiba. Saat masuk musholla untuk sholat maghrib, Indira mendengar kasak kusuk yang mengganggu kosentrasinya. Setelah selesai sholat dia kembali bergabung dengan teman-temannya.

" Terus gimana kelanjutannya ?" tanya Sofia pada karyawan yang ada didepannya.

" Ya langsung dibawa ke klinik lah, sekarang malah udah disuruh pulang. Makanya jangan pada bengong deh kalo kerja disini," sahut karyawan itu.

" Ada apaan Sof, siapa yang sakit ?" tanya Indira penasaran.

" Ada yang kesurupan, Anak mallding katanya, kasian ya ...," sahut Sofia.

" Ya Allah. Terus sekarang gimana, siapa namanya ?" tanya Indira beruntun.

" Ya ga tau lah, Gue aja baru denger nih," sahut Sofia.

" Kalo ga salah namanya Nurbaiti, Anak Bekasi, Gue kayanya kenal deh, coba ntar Gue tanyain," kata Dewi.

" Ok. Sekarang makan dulu yuk. Eh, Lo udah pada sholat belom ?" tanya Indira.

" Udah tadi," sahut Dewi.

Sayangnya pertanyaan Indira cuma dijawab cengiran oleh Maya, Sofia dan Asti. Mereka selalu punya alasan jika diajak sholat dan membuat Indira geleng-geleng kepala mendengarnya.

Jam kerja pun berakhir tepat jam sebelas malam. Semua karyawan berdesakan di pintu keluar. Saling dorong dan sikut hingga menyebabkan para wanita menjerit karena terjepit atau karena merasa ada tangan jahil yang meraba bagian tubuh mereka. Kesempatan dalam kesempitan, dan Indira tak suka itu. Makanya dia memilih berdiri agak jauh dari pintu hingga antrian padat itu berkurang.

Setelahnya Indira keluar dari pintu dengan santai, beda dengan karyawan lain yang berlarian seolah ingin cepat tiba di gerbang pabrik. Hal ini membuat Indira disapa karyawan lain bernama Yuda.

" Eh, Lo kenapa pelan banget jalannya. Liat, yang lain pada lari buru-buru tuh. Lo ga takut ketinggalan angkot ya ...?" tanya Yuda.

" Emang kalo Gue buru-buru kebagian angkot juga. Kalo semua pada berebut, ya pasti Gue ga kebagian lah. Tapi tenang aja, Gue mah udah biasa pulang pake angkot terakhir," sahut Indira.

" Iya juga, tapi seenggaknya kita bisa cepet sampe diluar karena lebih aman," kata Yuda.

Indira mengangguk lalu mempercepat langkahnya. Tiba diluar pabrik suasana masih terlihat ramai. Satu persatu angkot mulai terisi. Yuda ikut menemani Indira, menunggu sampai angkot yang mengantar Indira tiba. Yuda yang berbeda arah dengan Indira minta supir angkot menunggu sebentar hingga angkot yang dinaiki Indira berangkat.

Didalam angkot yang semua kursinya terisi, Indira satu-satunya wanita. Mereka saling menyapa dan berkenalan, obrolan ringan pun terjadi. Indira bersyukur dalam hati karena masih ada teman searah dimalam yang sepi itu. Indira turun dan masih harus naik bus lagi untuk tiba dirumah. Agak lama menunggu, akhirnya Indira naik Taxi gelap yang juga sudah banyak penumpangnya.

* just info: taxi gelap adalah mobil pribadi yang biasanya dimanfaatkan untuk mengangkut penumpang dengan bayaran tertentu, tanpa argometer, & biasanya beroperasi ditempat yang sepi kendaraan.*

Indira tiba di halte, ia pun tersenyum gembira saat melihat adiknya Adi dan Ali yang berdiri menunggu kedatangannya.

Rupanya kedua orangtuanya kawatir keselamatan anak gadisnya, maka menyuruh Adi dan Ali menjemput di halte.

Jam setengah satu dinihari Indira tiba dirumah. Mata ibu tampak berkaca-kaca menyaksikan anak gadisnya yang baru pulang selarut ini.

" Ya Allah. Sebaiknya kamu berhenti kerja ya Nak, mau ngapain kerja sampe selarut ini. Gajinya kecil, jauh lagi," keluh Bu Siti.

" Kalo shift malam kan emang begini Bu. Dari pabrik aja jam sebelas lewat, sampe halte jam dua belas. Sebenernya Dira udah dapet mobil tadi. Tapi kan ngetem dulu nunggu penuh, makanya baru sampe jam segini. Kan bus juga jarang lewat kalo udah malem Bu," kata Indira menjelaskan.

" Udah malem Bu, biar Dira istirahat. Kita semua juga harus istirahat kan," kata pak Surya menengahi.

" Tapi Yah ...," ucapan Bu Siti terputus karena pak Surya memotong cepat.

" Sssttt ..., berisik. Ga enak sama tetangga," kata ayah sambil menggandeng tangan ibu menuju kamar.

" Kita semua cemas Dira," kata Amar setelah kedua orangtuanya masuk ke kamar.

" Iya, maaf Mas," sahut Dira.

" Yang penting Lo tetap waspada, ati-ati, jangan lalai berdzikir, jangan bengong," kata Amar sambil membelai kepala Indira.

" Iya, makasih Mas. Gue kekamar dulu ya, ngantuk nih," sahut Indira yang diangguki Amar.

\=\=\=\=\=\=

Indira menghampiri kelompoknya yang sedang duduk di teras pabrik. Nampaknya mereka sedang terlibat obrolan seru dengan Nurbaiti, orang yang beberapa hari lalu dikabarkan kesurupan. Ternyata Indira sudah mengenal Nurbaiti.

" Jadi Lo yang katanya kesurupan kemaren Nur ?" tanya Indira.

" Ya Dirr ...," sahut Nurbaiti sambil nyengir.

" Kok bisa, gimana ceritanya ?" tanya Indira sambil duduk lebih dekat dengan Nurbaiti.

" Error Lo Dir, ngapain nanya gitu sih, serem tau ga," kata Sofia.

" Iya nih Dira, Gue cabut ah kalo Lo cerita itu lagi Nur," sela Asti.

Tapi Nurbaiti tetap melanjutkan ceritanya, nampak nya ia senang saat dirinya jadi pusat perhatian orang 'sepabrik'. Meski pun karena kejadian yang kurang mengenakkan, Nurbaiti tak peduli.

" Waktu mau ngambil lem ga sengaja Gue ngeliat plastik putih yang biasanya buat bungkus kursi itu melayang-layang di atas hampir deket plafond. Melayangnya tinggi banget plus plastiknya juga panjang banget. Ya Gue liatin dong. Gue perhatiin terus sampe terbang jauh. Nah, ga sadar Gue ngomong apaan sih yang terbang-terbang di sana. Eh, tau-tau tuh plastik berbalik arah dan terbang cepet kearah Gue. Kaget lah Gue, apalagi tuh plastik ada muka sama rambutnya. Makin kaget waktu udah deket karena Gue bisa ngeliat matanya yang merah, kulitnya yang pucet dan mukanya yang serem banget. Saat itu Gue yakin kalo plastik itu jelmaan setan. Nah setan itu tuh ngebuka mulutnya lebar-lebar terus nemplok di muka Gue. Abis itu gelap, Gue ga inget apa-apa lagi. Pas bangun Gue udah ada di klinik," cerita Nurbaiti.

" Serem banget ya. Jadi menurut Lo itu apaan Nur ?" tanya Indira.

" Ya ampuunn ..., b*go amat sih lo Dir. Ya udah pasti kunti lah, apalagi emangnya ?!" sahut Nurbaiti lantang.

Dan jawaban Nurbaiti mengingatkan Indira pada sesuatu yang dilihatnya kemarin malam. Benda itu sama persis dengan yang dilihat Nurbaiti. Beruntung Indira tak mengatakan apa pun hingga kutilanak itu tak berbalik untuk menakutinya.

" Ooo ... iya ya ...," gumam Indira sambil tersenyum kecut.

Tak lama kemudian bel tanda masuk pun terdengar. Semua karyawan bergegas masuk untuk tukar shift.

\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

Herry Ruslim

Herry Ruslim

belum serem horor nya,nanti kali

2022-11-09

0

Nawan Damanik

Nawan Damanik

biasa aja ni novel, tapi bisa jadi luar biasa, keep your spirit thor

2021-03-06

2

lihat semua
Episodes
1 eps 1 (Indira)
2 eps 2 ( Kerusuhan Massal )
3 eps 3 ( Tentang Reformasi )
4 eps 4 ( Dijodohin )
5 eps 5 ( Pupus )
6 eps 6 ( Mencoba Bangkit )
7 eps 7 ( Ngeliat Kuntilanak )
8 eps 8 ( Harus Lembur )
9 eps 9 ( Aris Makin Dekat )
10 eps 10 ( Jujur )
11 eps 11 ( Beralih )
12 eps 12 ( Kecolongan )
13 eps 13 ( Yahh Ketauan )
14 eps 14 ( Diganggu Juga )
15 eps 15 ( Kenangan Buruk )
16 eps 16 ( Ketemu Lagi )
17 eps 17 ( Tambah ? )
18 eps 18 ( Sedih Atau Bahagia )
19 eps 19 ( Jerri )
20 eps 20 ( Hati-hati )
21 eps 21 ( Membuka Hati )
22 eps 22 ( Triple Date ? )
23 eps 23 ( Refreshing )
24 eps 24 ( Minta Ijin )
25 eps 25 ( Pernikahan Dewi )
26 eps 26 ( Berangkat )
27 eps 27 ( Nenek Asti )
28 eps 28 ( Kesempatan Baru )
29 eps 29 ( Tempat Baru )
30 eps 30 ( Mulai Dari Awal Lagi )
31 eps 31 ( Penghuni Senior )
32 eps 32 ( Shift Malam )
33 eps 33 ( Diangkat )
34 eps 34 ( Ga Tahan )
35 eps 35 ( Pulang... )
36 eps 36 ( Dimusuhi )
37 eps 37 ( Menunggu )
38 eps 38 ( Ada Yang Aneh )
39 eps 39 ( Malunya...)
40 eps 40 ( Kamar Terlarang )
41 eps 41 ( Berubah )
42 eps 42 ( Sakit )
43 eps 43 ( Sofia..., Oh Sofia )
44 eps 44 ( Lelah )
45 eps 45 ( Ikhtiar )
46 eps 46 ( Siapkan Amunisi )
47 eps 47 ( Mencekam )
48 eps 48 ( Maaf )
49 eps 49 ( Lari Jauh )
50 eps 50 ( Kangen )
51 eps 51 ( Syukuran )
52 eps 52 ( Kembali )
53 eps 53 ( Berita Duka )
54 eps 54 ( Ada Rival )
55 eps 55 ( Berjuang )
56 eps 56 ( Menikahimu )
57 eps 57 ( Ini Tentang Kita )
Episodes

Updated 57 Episodes

1
eps 1 (Indira)
2
eps 2 ( Kerusuhan Massal )
3
eps 3 ( Tentang Reformasi )
4
eps 4 ( Dijodohin )
5
eps 5 ( Pupus )
6
eps 6 ( Mencoba Bangkit )
7
eps 7 ( Ngeliat Kuntilanak )
8
eps 8 ( Harus Lembur )
9
eps 9 ( Aris Makin Dekat )
10
eps 10 ( Jujur )
11
eps 11 ( Beralih )
12
eps 12 ( Kecolongan )
13
eps 13 ( Yahh Ketauan )
14
eps 14 ( Diganggu Juga )
15
eps 15 ( Kenangan Buruk )
16
eps 16 ( Ketemu Lagi )
17
eps 17 ( Tambah ? )
18
eps 18 ( Sedih Atau Bahagia )
19
eps 19 ( Jerri )
20
eps 20 ( Hati-hati )
21
eps 21 ( Membuka Hati )
22
eps 22 ( Triple Date ? )
23
eps 23 ( Refreshing )
24
eps 24 ( Minta Ijin )
25
eps 25 ( Pernikahan Dewi )
26
eps 26 ( Berangkat )
27
eps 27 ( Nenek Asti )
28
eps 28 ( Kesempatan Baru )
29
eps 29 ( Tempat Baru )
30
eps 30 ( Mulai Dari Awal Lagi )
31
eps 31 ( Penghuni Senior )
32
eps 32 ( Shift Malam )
33
eps 33 ( Diangkat )
34
eps 34 ( Ga Tahan )
35
eps 35 ( Pulang... )
36
eps 36 ( Dimusuhi )
37
eps 37 ( Menunggu )
38
eps 38 ( Ada Yang Aneh )
39
eps 39 ( Malunya...)
40
eps 40 ( Kamar Terlarang )
41
eps 41 ( Berubah )
42
eps 42 ( Sakit )
43
eps 43 ( Sofia..., Oh Sofia )
44
eps 44 ( Lelah )
45
eps 45 ( Ikhtiar )
46
eps 46 ( Siapkan Amunisi )
47
eps 47 ( Mencekam )
48
eps 48 ( Maaf )
49
eps 49 ( Lari Jauh )
50
eps 50 ( Kangen )
51
eps 51 ( Syukuran )
52
eps 52 ( Kembali )
53
eps 53 ( Berita Duka )
54
eps 54 ( Ada Rival )
55
eps 55 ( Berjuang )
56
eps 56 ( Menikahimu )
57
eps 57 ( Ini Tentang Kita )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!