eps 6 ( Mencoba Bangkit )

Indira mencoba menata hidupnya kembali. Krisis ekonomi bukan hanya melanda keluarganya. Hampir semua warga negara Indonesia mengalami krisis keuangan alias krisis moneter ( krismon ) usai reformasi.

Meskipun Indira seorang perempuan, tapi dia tak berdiam diri dan pasrah menerima keadaan. Indira gigih mencari pekerjaan melalui koneksi teman ataupun kerabatnya. Indira berharap segera mendapat pekerjaan agar bisa menabung. Rupanya mimpi Indira untuk melanjutkan kuliah masih bertahta indah di hati dan pikirannya.

Akhirnya melalui seorang teman Indira mendapat info lowongan pekerjaan di sebuah pabrik kayu. Pabrik yang terletak di pinggiran Jakarta Utara itu memang membutuhkan banyak karyawan. Yang parahnya lagi gaji yang ditawarkan sangat minim. Kondisi krisis moneter yang terjadi disikapi jeli oleh para pengusaha, karena mereka yakin tak ada yang akan menolak tawaran mereka di jaman yang serba sulit saat itu.

Indira dibantu seorang teman baru yang dijumpainya saat melamar pekerjaan.

Roni namanya, seorang karyawan senior yang tampaknya cukup diperhitungkan di pabrik itu.

Test umum dilalui Indira dengan lancar. Tapi saat interview, Indira dinyatakan gagal. Roni yang terus memantau hasil test Indira pun terkejut dan mencoba meloby 'orang dalam', ajaibnya Indira lolos test dan diterima di pabrik itu. Tapi sayang, setelah Indira berhasil diterima sebagai karyawan, Roni dipindah tugaskan ke daerah lain.

Kisah Indira seolah mulai lagi dari titik nol. Dia harus mulai semuanya dari awal. Meski pun begitu Indira tetap bersyukur dan menjalani semua dengan langkah pasti.

Hari pertama bekerja Indira nampak bergegas berangkat dari rumah lebih pagi dari biasanya. Karena jam kerja yang dimulai jam 7 pagi membuat Indira agak keteteran juga. Beruntung saat Indira tiba di depan pabrik briefing pagi untuk calon karyawan baru dimulai.

Kemudian rombongan karyawan baru dibawa berkeliling pabrik dipandu seorang supervisor, dilanjutkan dengan pembagian divisi. Indira dan 2 orang lainnya di masukkan ke divisi packing.

Tiba di divisi packing, seorang mandor memperkenalkan Indira dan dua rekannya pada karyawan yang lebih senior. Sang mandor juga menjelaskan jenis pekerjaan beserta aturannya.

Indira tak banyak bicara, ia hanya bicara jika diperlukan. Selebihnya Indira lebih banyak diam. Terkesan sombong memang, tapi pilihan ini diambil supaya tetap aman.

Indira butuh waktu cukup lama untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Apalagi teman sedivisi yang 'senior' selalu memandangnya dengan tatapan mengintimidasi. Lingkungan yang mayoritas diisi kaum Adam juga menjadi tantangan tersendiri untuk Indira. Meski pun terbiasa dengan mereka karena sebelumnya Indira juga sekolah, kuliah dan bekerja di tempat yang diisi kaum Adam, tapi jadi berbeda saat bekerja di pabrik kayu itu. Karena ternyata ada persaingan tak sehat diantara para karyawati untuk memikat para 'kumbang' di sana. Dan Indira hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah absurd rekan-rekannya.

Hal ini awalnya membuat Indira agak terpuruk. Indira tak menyangka takdir membawanya bekerja disebuah tempat yang belum pernah terlintas dipikirannya sekalipun.

Indira teringat dengan ucapan teman-temannya dulu. Dimasa sekolah, Indira dan teman segenk punya cita-cita muluk. Ada yang ingin jadi dokter, Pengacara, Arsitek, TNI, Polisi dan model terkenal. Bahkan satu teman Indira yang bernama Sari, punya cita-cita paling hebat yaitu jadi 'pengantin'. Tentu saja hal ini membuat suasana yang semula serius dan tenang menjadi gaduh.

" Cita-cita apaan tuh, masa jadi penganten. Itu mah namanya orang pasrah yang ga punya cita-cita," ujar Bayu sambil mencibir.

" Eh, emangnya kenapa. Apa ada yang salah sama cita-cita Gue ?" tanya Sari.

" Ya iyalah. Orang normal juga pada akhirnya menikah dan punya Anak. Tapi menikah bukan tujuan hidup jangka pendek Kita dong Sar. Masih banyak hal yang bisa Kita lakuin sebelum menikah," kata Riko membela Bayu.

" Kayanya Lo pada salah kaprah sama pernikahan deh. Orang normal kan Lo bilang tadi ?. Ada lho orang normal yang punya Anak tanpa menikah, yang lebih memilih mengejar cita-cita tapi ga bisa kontrol nafsu. Akhirnya bunting, lahiran, punya Anak. Apa dia mau menikah ?. Jawabannya ga, ntar aja, alasan nunggu mapan dulu lah, ini lah, itu lah. Percuma punya gaji gede tapi zinah tetep jalan," sahut Sari ketus.

" Bukan gitu maksudnya Sar, Kita disini ngomongin rencana hidup Kita pas lulus SMK. Nah itu disebut rencana jangka pendek. Kalo yang tadi Lo bahas itu Kita sebut aja rencana jangka panjang," kata Indira menengahi.

"Ooo ..., gitu. Ya udah gapapa, kalo emang rencana jangka pendek Lo pada kuliah, kerja, berkarir atau apalah namanya. Gue mah nunggu dilamar aja sama yayang Gue," sahut Sari sambil mengulum senyum.

" Huuu ..., bilang aja Lo kebelet kawin dodol. Pake muter-muter sampe bikin orang emosi," kata Dito kesal.

" Eh, bukan gitu juga Dit. Aduhh ..., kok Gue ngerasa jadi terdakwa sih diantara Lo semua. Mending Gue cabut duluan deh, Gue mau makan baso aja di warung Mang Upin," kata Sari sambil berlalu.

Seketika semua orang tertawa melihat tingkah konyol Sari. Responnya yang kekanakan selalu berhasil memancing tawa hingga bisa meredakan kepenatan mereka setelah lelah belajar.

" Sariiii ...!. Tunggu dong, Gue juga makan baso tapi ditraktir ya sama Lo !" goda Bayu.

" Bodo amat, giliran makan aja Lo baek-baekin Gue. Sono makan sama cacing !" sahut Sari.

" Dasar pelit !" kata Bayu pura-pura marah.

" Biarin, yang penting cantik wee ...," Sari menjulurkan lidahnya lalu melangkah cepat karena kawatir dikejar Bayu.

Lamunan Indira pun berakhir saat mandor mengatakan sesuatu. Entah mengapa mengingat teman-temannya membuat Indira ingin menangis.

\=\=\=\=\=\=

Setelah beberapa hari bekerja, Indira mulai terbiasa. Pabrik yang memproduksi furniture itu dibagi dua shift waktu kerja. Shift satu mulai jam 7.00 s/d 15.00, dan shift dua mulai jam 15.00 s/d 23.00. Terkadang ada waktu lembur juga. Dan sesuai peraturan perusahaan, jatah lembur diberikan pada karyawan saat pesanan meningkat.

Setiap hari Indira berangkat jam enam pagi dari rumah. Beberapa hari bekerja membuat Indira terbiasa bahkan dia sudah punya bus langganan yang akan mengantarnya ke tujuan. Kernet bus sangat ramah dan selalu menyapa Indira saat Indira naik atau turun bus. Ongkosnya terbilang murah, karena bus itu adalah bus karyawan milik salah satu instansi pemerintah yang 'dikaryakan' jadi tidak memasang tarif mahal.

Setelah turun dari bus, Indira masih harus naik angkot gratis yang disediakan oleh perusahaan agar bisa masuk kawasan pabrik. Angkot selalu padat, bolak balik mengangkut karyawan pabrik. Saling berebut dan sedikit keributan selalu mewarnai pagi di pangkalan angkot.

Indira tidak ikut berebut seperti yang lain. Dia hanya menunggu hingga angkot terakhir kembali lalu membawanya ke pabrik. Jika sedang apes, Indira terpaksa merogoh koceknya untuk membayar ongkos angkutan umum karena angkot gratis tak kembali ke pangkalan.

Sikap pasrah Indira juga terjadi saat jam pulang pabrik. Indira hanya duduk menunggu hingga angkot terakhirlah yang akan mengantarnya. Dan biasanya angkot terakhir berisi pria-pria yang gemar menghabiskan waktu dengan 'nongkrong' di warung depan pabrik.

Rupanya sikap Indira menarik perhatian beberapa karyawan. Mereka melihat Indira sebagai sosok aneh, karena terlihat begitu dingin dan 'anteng' diantara ratusan karyawati. Dan itu menguntungkan Indira karena membuat para karyawan berpikir dua kali jika ingin mengganggunya seperti yang biasa mereka lakukan terhadap para karyawati di pabrik itu.

\=\=\=\=\=

Episodes
1 eps 1 (Indira)
2 eps 2 ( Kerusuhan Massal )
3 eps 3 ( Tentang Reformasi )
4 eps 4 ( Dijodohin )
5 eps 5 ( Pupus )
6 eps 6 ( Mencoba Bangkit )
7 eps 7 ( Ngeliat Kuntilanak )
8 eps 8 ( Harus Lembur )
9 eps 9 ( Aris Makin Dekat )
10 eps 10 ( Pengakuan Aris )
11 eps 11 ( Hubungan Toxic )
12 eps 12 ( Kecolongan )
13 eps 13 ( Traktiran )
14 eps 14 ( Diganggu Juga )
15 eps 15 ( Kenangan Buruk )
16 eps 16 ( Ketemu Lagi )
17 eps 17 ( Tambah ? )
18 eps 18 ( Sedih Atau Bahagia )
19 eps 19 ( Jerri )
20 eps 20 ( Hati-hati )
21 eps 21 ( Membuka Hati )
22 eps 22 ( Triple Date ? )
23 eps 23 ( Refreshing )
24 eps 24 ( Minta Ijin )
25 eps 25 ( Pernikahan Dewi )
26 eps 26 ( Berangkat )
27 eps 27 ( Nenek Asti )
28 eps 28 ( Kesempatan Baru )
29 eps 29 ( Tempat Baru )
30 eps 30 ( Mulai Dari Awal Lagi )
31 eps 31 ( Penghuni Senior )
32 eps 32 ( Shift Malam )
33 eps 33 ( Diangkat )
34 eps 34 ( Ga Tahan )
35 eps 35 ( Pulang... )
36 eps 36 ( Dimusuhi )
37 eps 37 ( Menunggu )
38 eps 38 ( Ada Yang Aneh )
39 eps 39 ( Malunya...)
40 eps 40 ( Kamar Terlarang )
41 eps 41 ( Berubah )
42 eps 42 ( Sakit )
43 eps 43 ( Sofia..., Oh Sofia )
44 eps 44 ( Lelah )
45 eps 45 ( Ikhtiar )
46 eps 46 ( Siapkan Amunisi )
47 eps 47 ( Mencekam )
48 eps 48 ( Maaf )
49 eps 49 ( Lari Jauh )
50 eps 50 ( Kangen )
51 eps 51 ( Syukuran )
52 eps 52 ( Kembali )
53 eps 53 ( Berita Duka )
54 eps 54 ( Ada Rival )
55 eps 55 ( Berjuang )
56 eps 56 ( Menikahimu )
57 eps 57 ( Ini Tentang Kita )
Episodes

Updated 57 Episodes

1
eps 1 (Indira)
2
eps 2 ( Kerusuhan Massal )
3
eps 3 ( Tentang Reformasi )
4
eps 4 ( Dijodohin )
5
eps 5 ( Pupus )
6
eps 6 ( Mencoba Bangkit )
7
eps 7 ( Ngeliat Kuntilanak )
8
eps 8 ( Harus Lembur )
9
eps 9 ( Aris Makin Dekat )
10
eps 10 ( Pengakuan Aris )
11
eps 11 ( Hubungan Toxic )
12
eps 12 ( Kecolongan )
13
eps 13 ( Traktiran )
14
eps 14 ( Diganggu Juga )
15
eps 15 ( Kenangan Buruk )
16
eps 16 ( Ketemu Lagi )
17
eps 17 ( Tambah ? )
18
eps 18 ( Sedih Atau Bahagia )
19
eps 19 ( Jerri )
20
eps 20 ( Hati-hati )
21
eps 21 ( Membuka Hati )
22
eps 22 ( Triple Date ? )
23
eps 23 ( Refreshing )
24
eps 24 ( Minta Ijin )
25
eps 25 ( Pernikahan Dewi )
26
eps 26 ( Berangkat )
27
eps 27 ( Nenek Asti )
28
eps 28 ( Kesempatan Baru )
29
eps 29 ( Tempat Baru )
30
eps 30 ( Mulai Dari Awal Lagi )
31
eps 31 ( Penghuni Senior )
32
eps 32 ( Shift Malam )
33
eps 33 ( Diangkat )
34
eps 34 ( Ga Tahan )
35
eps 35 ( Pulang... )
36
eps 36 ( Dimusuhi )
37
eps 37 ( Menunggu )
38
eps 38 ( Ada Yang Aneh )
39
eps 39 ( Malunya...)
40
eps 40 ( Kamar Terlarang )
41
eps 41 ( Berubah )
42
eps 42 ( Sakit )
43
eps 43 ( Sofia..., Oh Sofia )
44
eps 44 ( Lelah )
45
eps 45 ( Ikhtiar )
46
eps 46 ( Siapkan Amunisi )
47
eps 47 ( Mencekam )
48
eps 48 ( Maaf )
49
eps 49 ( Lari Jauh )
50
eps 50 ( Kangen )
51
eps 51 ( Syukuran )
52
eps 52 ( Kembali )
53
eps 53 ( Berita Duka )
54
eps 54 ( Ada Rival )
55
eps 55 ( Berjuang )
56
eps 56 ( Menikahimu )
57
eps 57 ( Ini Tentang Kita )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!