eps 5 ( Pupus )

Adang yang pendiam dan jarang bicara memulai analisanya. Dengan sikapnya yang lucu, membuat yang mendengarkan tak terlalu serius menanggapi.

" Pak Arman keliatannya punya perhatian lebih ke Lo Dirr ...," kata Adang mulai bicara.

" Duaarrrr ...!"

Bagai mendengar petir Indira terlonjak kaget, benar-benar kaget. Ia menyangka cuma perasaannya saja yang over pede karena merasa pak Arman memberi kode tertentu lewat bahasa tubuhnya.

" Eh, jangan gosip Dang, ga enak kalo ada yang denger terus diaduin ke Pak Arman. Gue masih betah ya kuliah disini," sahut Indira lirih.

" Lah dasar Dira o'on, masa gitu aja harus dikasih tau. Yang peka dong jadi cewek, kasian kan Pak Arman. Udah capek-capek naksir Lo, eh Lo malah kaya gini. Ibarat gayung tak bersambut, lama-lama kabur juga tuh cowok gara-gara kelamaan nungguin Lo sadar," kata Khaerul kesal.

" Maksud Lo, cowok yang mau Lo kenalin tadi tuh Pak Arman. Gitu Rul...?" tanya Indira penasaran.

"Betul. Semua nih yang ada disini juga tau kalo pak Arman tuh naksir sama Lo. Iya kan friend !" seru Khaerul.

" Iya ...!" sahut teman-teman Indira.

" Lagian kurang apa sih pak Arman. udah cakep, pinter, mapan, soleh, ga genit, dewasa. Coba Lo sebutin kekurangannya satu aja yang fatal Dirr, kayanya ga ada dehh. Emang manusia ga ada yang sempurna, tapi ga ada salahnya kan dicoba. Daripada sama cowok itu yang ga jelas ujung pangkalnya, mendingan sama Pak Arman. Lo penjajakan dulu sama Pak Arman gih. Kita dukung Lo dehh ...," kata Adang memberi semangat.

" Ini inisiatif Kita aja lho Dirr, Pak Arman mah ga tau apa-apa soal niat Kita yang mau deketin Lo sama dia. Jangan salah paham ya, Kita ga maksa kok. Kita ngomong begini karena Kita care sama Lo Dir ...," kata Khaerul dengan nada lembut.

" Gue bingung Rul. Tolong kasih Gue waktu buat mikir ya. Tapi makasih sebelumnya karena Kalian semua udah mau mikirin nasib percintaan Gue. Tapi biar afdol, gimana kalo Kalian ikut mikirin dan nanggung beban ekonomi Gue sekalian," canda Indira mencairkan suasana.

" Songong Lo !" sahut Adang sambil bersiap menarik rambut Indira.

" Tau nih, dasar error. Geregetan Gue sama Lo Dirr. Untung cewek, kalo cowok udah abis Gue tonjokin Lo ...," maki Khaerul sebal.

Seketika suara tawa kembali mewarnai obrolan mereka kala itu.

\=\=\=\=\=\=

Ternyata 'waktu untuk berpikir' yang diminta Indira sangat lama. Hal ini membuat teman-teman Indira jadi gemas. Alhasil mereka membuat cara baru untuk mendekatkan Indira dengan pak Arman.

Dan tanpa Indira sadari, dunia nya yang semula hanya tentang Elmo kini mulai berubah.

Perubahan ini juga dirasakan Elmo. Menurut Elmo, menemui Indira itu sangat sulit sekarang. Biasanya Indira akan terlihat dan mudah ditemui, diajak bicara, bahkan jalan bersama sepulang kuliah. Tapi sekarang Elmo merasa teman-teman Indira sangat over protektif terhadapnya. Seolah memberi sekat untuknya agar tak bisa mendekati Indira, Elmo hanya bisa memandang Indira dari jauh tanpa bisa menggapainya.

" Indira ...!" sapa Elmo saat mereka berpapasan di gerbang kampus.

" Hai El, kok baru keliatan. Kemane aje Lo ?" tanya Indira basa basi.

" Lo yang kemane aje, kok ga pernah Gue liat di halte itu ...?" tanya Elmo.

" Gue udah ga lewat sana lagi El, kan Gue udah ga ngajar private lagi sekarang," sahut Indira cepat.

" Pantesan copet Gue ilang satu...," gumam Elmo.

" Sialan Lo. Jadi Lo nyamain Gue sama copet. Emang Lo pernah kecopetan ?. Coba sebutin barang apaan yang ilang," tantang Indira.

" Hati Gue ...," sahut Elmo pelan sambil berlalu.

Jawaban Elmo membuat Indira tertegun. Dia menatap kepergian Elmo dengan bingung.

" Duh, lama-lama Gue capek juga kalo harus nunggu tanpa kepastian gini. Atau Gue sama Pak Arman aja ya. Tapi Pak Arman terlalu sempurna buat Gue. Ntar kalo Gue ga bisa ngimbangin dia gimana, apalagi dia idola cewek di kampus ini. Mana mungkin mau sama Gue," batin Indira gusar.

Saat hendak menaiki anak tangga Indira berpapasan dengan pak Arman yang baru saja selesai sholat Ashar. Indira mematung gugup, ingin menghindar tapi bingung mau kemana. Akhirnya mereka berjalan beriringan di anak tangga menuju lantai atas.

"Kenapa Dir. Kok keliatannya lesu banget. Lagi sakit ya ...?" tanya pak Arman.

" Ga kok Pak, cuma lagi sebel aja. Janjian sama temen tapi malah belom pada nongol jam segini," sahut Indira berbohong.

" Mau Saya temani sampai teman Kamu datang ga ...?" tanya pak Arman.

"Eh, ga usah Pak. Ntar ngerepotin. Bukannya Bapak ada kerjaan jam segini. Lagian Saya ga enak kalo jadi omongan orang nanti," sahut Indira cepat.

" Omongan gimana sih maksud Kamu. Kita kan ga ngapa-ngapain Dira," kata pak Arman sambil tersenyum.

" Iya tau. Saya cuma ga mau dimusuhin gara-gara disangka ngerayu Dosen idola Pak," sahut Indira sambil nyengir kuda.

" Tapi Saya seneng kalo dirayu sama Kamu Dir. Penasaran juga gimana sih cara Kamu merayu ...," gurau pak Arman disambut tawa Indira.

Obrolan ringan diantara Indira dan sang asisten dosen masih berlanjut beberapa menit kemudian. Setelahnya Indira tersadar, dia memang tak layak berdampingan dengan pak Arman. Dan detik itu juga Indira memutuskan mundur dari mengejar cinta pak Arman.

\=\=\=\=\=\=

Akhir semester lima, di bulan Desember 1998.

Saatnya daftar ulang untuk bisa melanjutkan kuliah di semester berikutnya.

Indira tampak meremas ujung tas anyaman rotan yang dibawanya. Raut wajahnya tampak pias. Saat itu Indira duduk di kursi sambil menunggu giliran masuk. Kertas formulir daftar ulang yang dibawanya tergulung rapi.

Sambil menunggu, ingatan Indira melayang pada percakapan dengan kedua orangtuanya.

" Maafin Ayah ya Dir, Ayah belum bisa bantu Kamu dulu. Kedua Adikmu lagi butuh biaya yang ga sedikit. Kalo Kamu cuti kuliah dulu gimana ?" tanya Surya hati-hati.

" Ya gapapa Yah, kalo cuti kuliah kan masih bisa disambung lagi nanti. Sekarang Ayah fokus aja sama Adi dan Ali. Kasian mereka kalo harus berhenti sekolah ...," sahut Indira.

" Maafin Ibu juga ya Dirr ...," sela sang ibu.

" Udah ga usah nangis Bu. Dira gapapa kok. Ntar Dira cari kerja dulu aja sambil ngumpulin uang biar bisa lanjutin kuliah Bu," kata Indira dengan santai.

Kedua orangtua Indira nampak mengangguk mendengar tekad sang anak.

Lamunan Indira buyar saat Kamal datang menyapa. Kemudian Kamal dan Indira berbincang lumayan lama. Kamal bermaksud mengajukan cuti kuliah juga karena alasan ekonomi, sama seperti Indira.

Dan giliran Indira pun tiba. Dia terkejut melihat pak Arman duduk di balik meja. Indira pun berusaha menepis rasa gugupnya dengan menyerahkan formulir yang dibawanya. Kemudian pak Arman tampak membolak balik kertas itu seolah ingin meyakinkan diri bahwa yang tertulis di kertas itu nyata.

" Kenapa Kamu ngajuin cuti Dir. Apa sudah dipikirkan masak-masak ?" tanya pak Arman.

" Sudah Pak ...," sahut Indira sambil menunduk.

" Tapi maaf, Saya ga bisa acc formulir ini. Kamu tunggu Pak Syahril aja ya. Biar beliau yang memutuskan," kata pak Arman.

Awalnya Indira kesal karena permohonan cuti kuliahnya 'dipersulit'. Tapi saat pak Syahril mengatakan tentang kemampuan Indira mengikuti mata kuliah bimbingannya, Indira pun akhirnya paham.

" Sayang Dir. Diantara mahasiswi seangkatan Kamu yang jumlahnya sepuluh orang itu, gambar Kamu yang terbaik. Saya menaruh harapan besar sama Kamu dan yakin Kamu bisa jadi Arsitek yang handal nanti," kata pak Syahril.

" Iya Pak. Tapi sekarang Saya harus cuti karena ga sanggup bayar uang semester," sahut Indira tak enak hati.

" Baik lah. Kalo biasanya Saya kasih ijin cuti langsung dua semester, tapi untuk Kamu Saya hanya bisa kasih ijin satu semester ya Dir. Saya harap semester depan Kamu bisa aktif kuliah lagi," kata pak Syahril.

Indira pun mengangguk. Setelah permintaan cutinya disetujui, Indira pun bergegas keluar dari ruangan Dekan.

Meski berat hati meninggalkan kampus yang memberinya banyak kenangan, Indira tetap berusaha tegar. Satu yang membuat Indira sedih karena dia belum sempat berpamitan pada teman- teman dekatnya, teman yang menemaninya dalam suka dan duka selama kuliah. Termasuk Elmo.

Dengan langkah gontai Indira berjalan melewati gerbang kampus.Tanpa disadarinya ada sepasang mata yang mengawasi kepergiannya dengan sorot mata sedih. Hanya tersisa doa tulus di hatinya untuk Indira.

" Jika Kita ditakdirkan berjodoh, pasti Allah akan pertemukan Kita lagi suatu hari nanti ya Dir," batin pak Arman.

Setelah sosok Indira tak terlihat lagi, pak Arman pun kembali duduk di balik meja dan melanjutkan tugasnya. Meski harapannya pupus, tapi pak Arman tetap tersenyum. Dia yakin akan bertemu bahagia suatu saat nanti.

\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

lahh Lu kan kuliah niatnye belajar kann...ko malah gtu pemikirannya😬😬

2023-09-19

1

senja

senja

kl jodohnya jadi besan gimana Pak?

2022-03-31

1

lihat semua
Episodes
1 eps 1 (Indira)
2 eps 2 ( Kerusuhan Massal )
3 eps 3 ( Tentang Reformasi )
4 eps 4 ( Dijodohin )
5 eps 5 ( Pupus )
6 eps 6 ( Mencoba Bangkit )
7 eps 7 ( Ngeliat Kuntilanak )
8 eps 8 ( Harus Lembur )
9 eps 9 ( Aris Makin Dekat )
10 eps 10 ( Pengakuan Aris )
11 eps 11 ( Hubungan Toxic )
12 eps 12 ( Kecolongan )
13 eps 13 ( Traktiran )
14 eps 14 ( Diganggu Juga )
15 eps 15 ( Kenangan Buruk )
16 eps 16 ( Ketemu Lagi )
17 eps 17 ( Tambah ? )
18 eps 18 ( Sedih Atau Bahagia )
19 eps 19 ( Jerri )
20 eps 20 ( Hati-hati )
21 eps 21 ( Membuka Hati )
22 eps 22 ( Triple Date ? )
23 eps 23 ( Refreshing )
24 eps 24 ( Minta Ijin )
25 eps 25 ( Pernikahan Dewi )
26 eps 26 ( Berangkat )
27 eps 27 ( Nenek Asti )
28 eps 28 ( Kesempatan Baru )
29 eps 29 ( Tempat Baru )
30 eps 30 ( Mulai Dari Awal Lagi )
31 eps 31 ( Penghuni Senior )
32 eps 32 ( Shift Malam )
33 eps 33 ( Diangkat )
34 eps 34 ( Ga Tahan )
35 eps 35 ( Pulang... )
36 eps 36 ( Dimusuhi )
37 eps 37 ( Menunggu )
38 eps 38 ( Ada Yang Aneh )
39 eps 39 ( Malunya...)
40 eps 40 ( Kamar Terlarang )
41 eps 41 ( Berubah )
42 eps 42 ( Sakit )
43 eps 43 ( Sofia..., Oh Sofia )
44 eps 44 ( Lelah )
45 eps 45 ( Ikhtiar )
46 eps 46 ( Siapkan Amunisi )
47 eps 47 ( Mencekam )
48 eps 48 ( Maaf )
49 eps 49 ( Lari Jauh )
50 eps 50 ( Kangen )
51 eps 51 ( Syukuran )
52 eps 52 ( Kembali )
53 eps 53 ( Berita Duka )
54 eps 54 ( Ada Rival )
55 eps 55 ( Berjuang )
56 eps 56 ( Menikahimu )
57 eps 57 ( Ini Tentang Kita )
Episodes

Updated 57 Episodes

1
eps 1 (Indira)
2
eps 2 ( Kerusuhan Massal )
3
eps 3 ( Tentang Reformasi )
4
eps 4 ( Dijodohin )
5
eps 5 ( Pupus )
6
eps 6 ( Mencoba Bangkit )
7
eps 7 ( Ngeliat Kuntilanak )
8
eps 8 ( Harus Lembur )
9
eps 9 ( Aris Makin Dekat )
10
eps 10 ( Pengakuan Aris )
11
eps 11 ( Hubungan Toxic )
12
eps 12 ( Kecolongan )
13
eps 13 ( Traktiran )
14
eps 14 ( Diganggu Juga )
15
eps 15 ( Kenangan Buruk )
16
eps 16 ( Ketemu Lagi )
17
eps 17 ( Tambah ? )
18
eps 18 ( Sedih Atau Bahagia )
19
eps 19 ( Jerri )
20
eps 20 ( Hati-hati )
21
eps 21 ( Membuka Hati )
22
eps 22 ( Triple Date ? )
23
eps 23 ( Refreshing )
24
eps 24 ( Minta Ijin )
25
eps 25 ( Pernikahan Dewi )
26
eps 26 ( Berangkat )
27
eps 27 ( Nenek Asti )
28
eps 28 ( Kesempatan Baru )
29
eps 29 ( Tempat Baru )
30
eps 30 ( Mulai Dari Awal Lagi )
31
eps 31 ( Penghuni Senior )
32
eps 32 ( Shift Malam )
33
eps 33 ( Diangkat )
34
eps 34 ( Ga Tahan )
35
eps 35 ( Pulang... )
36
eps 36 ( Dimusuhi )
37
eps 37 ( Menunggu )
38
eps 38 ( Ada Yang Aneh )
39
eps 39 ( Malunya...)
40
eps 40 ( Kamar Terlarang )
41
eps 41 ( Berubah )
42
eps 42 ( Sakit )
43
eps 43 ( Sofia..., Oh Sofia )
44
eps 44 ( Lelah )
45
eps 45 ( Ikhtiar )
46
eps 46 ( Siapkan Amunisi )
47
eps 47 ( Mencekam )
48
eps 48 ( Maaf )
49
eps 49 ( Lari Jauh )
50
eps 50 ( Kangen )
51
eps 51 ( Syukuran )
52
eps 52 ( Kembali )
53
eps 53 ( Berita Duka )
54
eps 54 ( Ada Rival )
55
eps 55 ( Berjuang )
56
eps 56 ( Menikahimu )
57
eps 57 ( Ini Tentang Kita )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!