Waktu cepat berlalu tanpa terasa hari sudah beranjak malam. Kondisi Nazia berangsur membaik, bahkan Zevin hanya meninggalkannya sebentar saja. Ia memilih menunggu Nazia di dalam kamar tak segan, ia pun ikut berbaring di sisi gadis itu yang tengah terlelap.
Ibu Mira selesai memasak makan malam dibantu oleh Rayya. Mereka masih berada di rumah Nazia dan juga akan ikut ke rumah pak Bram.
Vian pulang sebentar mengambil baju ganti dan membelikan dua lembar baju untuk Rayya dan Zevin. Kini mereka sudah berada di rumah pak Bram. Cukup banyak kerabat hadir di sana, ibu Serly dan Nazia masing-masing tidak mengeluarkan air mata lagi. Mereka berdua sudah bisa berkomunikasi dengan orang yang datang.
Menghabiskan waktu satu jam para tamu satu-persatu telah pulang setelah pengiriman doa untuk Abel. Hanya tinggal beberapa orang saja di sana.
"Ma, aku ijin ke kamar Abel, boleh?"
"Nak, jangan meminta izin, walau kamu tidak jadi menikah dengan Abel. Tapi kamu tetap putri kami bukan lagi calon menantu tapi anak kami." Balas Ibu Serly.
"Mama mu benar, Zi. Bahagia Abel adalah bahagia kami juga. Hiduplah sesuai keinginannya maka, ia akan bahagia di sana. Jangan menutup dirimu datanglah ke sini sesering mungkin." Sambung Pak Bram.
"Akan kucoba walau sulit, aku akan belajar menata hidupku"
"Masuklah ke kamar Abel agar kita cepat pulang." Ucap ibu Mira.
Ibu Serly mengalihkan pandangan nya pada Ibu Mira. "Kenapa tidak menginap disini, Mir?"
"Tidak apa-apa, Ser. Biar Zia bisa cepat belajar menghadapi semua ini."
Pak Bram menghampiri Zevin, Rayya dan Vian. Dia belum sempat bertanya bagaimana Abel bisa ada bersama mereka saat itu. Pak Bram menarik nafas berat sebelum mulai bicara. Ia paham ingin tahu segalanya maka ia harus siap mendengarkannya. "Zev, terimakasih sudah membantu Abel saat itu dan juga terimakasih buat Rayya dan Vian telah membawa Abel ke rumah sakit."
Zevin tersenyum menatap Pak Bram. "Jangan berterimakasih, Om. Abel adalah sahabat kami. Sebagai dokter itu adalah kewajiban ku, Abel pria yang kuat mengingat luka yang dialaminya itu bisa saja dia kehilangan nyawanya di tempat kejadian."
Pak Bram mengangguk perasaannya kembali serasa diremas. Ia juga bersyukur masih sempat bicara pada putranya sepulang dari perbatasan. "Lalu... Bagaimana ceritanya, Rayya dan Vian menemukan Abel serta membawanya ke rumah sakit?" Tanya pak Bram lagi.
"Sebelum Abel menemui Nazia. Dia lebih dulu menemui kami di restoran" Jawab Vian
...----------------...
Kilas Balik
Di bandara, seorang pria tinggi tegap sedang tersenyum menatap layar ponselnya. Banyak rindu tersimpan di sorot matanya pada calon istrinya tersebut. Sambil menunggu jemputan ia melihat semua foto milik kekasihnya, tapi tak berniat untuk memberitahukan kedatangannya. Dia seperti lupa isi suratnya tiga bulan lalu.
Dia adalah Abel, puas melihat foto wanita yang dicintainya itu. Ia menyimpan kembali ponselnya tak lama datanglah Pak Toto sopir pribadinya. Bisa saja tadi dirinya ikut rombongan naik bus namun Abel memilih ingin segera pulang ke rumah.
"Tuan Abel, maaf saya terlambat" Ucap pak Toto tersenyum.
"Tidak masalah, Pak. Bagaimana kabar pak Toto?" Tanya Abel seraya merangkul pundak sopir nya itu.
"Sehat, Tuan"
"Mama dan papa?" Tanya Abel.
"Tuan dan Nyonya juga sehat." Balas Pak Toto.
"Syukurlah, apa calon istriku sering datang ke rumah?" Abel bertanya sambil melangkah menuju mobil.
"Sering, Tuan. Nona Zia juga sehat" Jawab Pak Toto.
"Aku tidak sabar ingin menemuinya, jangan memberitahunya kedatanganku. Aku akan memberinya kejutan karena perkiraannya aku datang sore."
Pak Toto mengangguk lalu membuka pintu mobil mempersilahkan Abel masuk setelah menyimpan ranselnya dibelakang. Mobil Abel melaju meninggalkan bandara. Pria itu menikmati tata ruang kota yang tak berubah meski ditinggalkan selama enam bulan itu.
Tanpa terasa mobil Abel berhenti di depan rumah. Nampak ibu Serly berjalan cepat di halaman menyambut kedatangan putra yang dirindukannya itu, lalu disusul oleh pak Bram. Hari ini ia sengaja tidak pergi ke kantor agar bisa menyambut kedatangan Abel.
"Abel, Mama merindukanmu, Nak." Ucap Ibu Serly memeluk Abel.
"Abel juga merindukan mama." Abel membalas pelukan ibunya.
Ibu dan Anak itu berpelukkan sangat lama melepas rindu. Mata pak Bram berkaca-kaca karena terharu. Abel beralih memeluk Ayahnya lagi.
"Bagaimana kabarmu, Nak?
"Baik, Pah." Jawab Abel tersenyum.
Ibu Serly menggandeng tangan putranya untuk masuk ke dalam rumah. Sesuai jadwal Abel tiba jam 8 pagi. Tak sia-sia Ibu Serly memasak sangat banyak untuk menjamu putranya.
Ibu Serly teringat sesuatu. "Ah, mama lupa mengabari Zia. Sebentar mama akan menelponnya" Ia bergegas melangkah menuju telpon rumah.
"Ma, biar aku yang menemuinya nanti sore. Dia tidak tahu jika aku sampainya pagi. Saat ini pasti dia di rumah sakit. Aku akan menyiapkan kejutan untuknya dan langsung ke rumahnya nanti." Kata Abel panjang lebar.
"Baiklah kalau begitu sekarang kita makan dulu, setelah itu baru berbincang panjang lebar." Balas Ibu Serly semangat.
Pak Bram dan Abel tertawa melihat ibu Serly bahagia. Usai makan mereka berkumpul di ruang keluarga berbincang hangat seputar rencana Abel ke depan. Dirinya juga siap menikahi Nazia dalam waktu dua minggu ini.
Pak Bram menatap lekat putranya seperti tidak ada puasnya. Pagi ini wajah Abel nampak berseri dan sangat tampan. Mungkin, efek lama tidak bertemu begitu pikir Pak Bram. Cukup banyak menghabiskan waktu untuk berbincang Abel pamit untuk istirahat. Dikamar Abel berbaring sambil memikirkan kejutan apa untuk Nazia. Lelah berfikir ia pun terlelap.
Waktu terus berjalan meninggalkan pagi. Abel bangun dari tidurnya dan duduk di balkon kamarnya. Setelah menemukan ide menurutnya bagus. Abel membersihkan tubuhnya lalu dua puluh menit kemudian ia turun kebawah dengan pakaian santai siap untuk pergi.
Ibu Serly mengalihkan pandangan ke arah Abel. Bibirnya mengukir senyum saat melihat putranya sudah rapi. "Kamu mau kemana sayang sudah rapi begini?"
Abel duduk di samping ibu Serly menyandarkan kepalanya di pundak sang ibu. "Menemui calon menantu mama" Jawabnya sambil tersenyum.
"Pergilah sebentar lagi sore."
"Baik, Ma. Aku berangkat" Ucap Abel seraya mencium lembut pipi ibu Serly
"Hati-hati, Nak." Sambung pak Bram. Sejak tadi memperhatikan interaksi ibu dan anak itu.
Abel mengangguk lalu menaiki motor kesayangannya meninggalkan halaman rumah. Dia berniat menemui Vian terlebih dulu di restoran.
...----------------...
Tengah mengecek laporan keuangan Vian di kejutkan dengan kedatangan Abel. Bertepatan dengan Rayya juga masuk ke dalam ruangan itu.
"Kamu mengejutkanku, jam berapa tiba?" Vian langsung memeluk tubuh Abel. Mereka berdua saling berpelukan ala pria.
"Jam delapan pagi. Hai, Ay ! apa kabarmu?" Jawab Abel sambil menyapa Rayya.
"Halo, Bel. Aku baik, bagaimana kabarmu?"
"Kabarku baik" Jawab Abel menjatuhkan tubuhnya di sofa.
"Kamu sudah mengabari, Zi ?" Tanya Rayya ikut duduk di sofa.
"Belum. Mungkin, sekarang dia masih di rumah sakit. Aku bermaksud memberinya kejutan dengan datang ke rumahnya"
"Apa ? Zi, sudah pulang sejak tadi. Dia menunggu di dermaga sesuai janji didalam suratmu." Kata Rayya.
"Ya Tuhan, aku lupa pada janjiku. Aku pikir dia di rumah dan malam ini aku ingin menjemputnya dan minta tolong pada kalian berdua menyiapkan pesta kecil." Abel menegakkan posisi duduknya.
"Kalau begitu biar ku telpon dia untuk pulang ke rumah dan cuaca juga kurang bagus." Rayya mengeluarkan ponselnya dari dalam tas.
Abel tiba-tiba gelisah, dia mengutuk kebodohannya telah lupa pada janji temu mereka. "Bagaimana, Ay?"
"Sibuk"
Abel mencoba menelpon Nazia. Dan jawaban ponselnya sama sedang sibuk. Abel berdiri dari tempatnya duduk. "Aturlah semuanya untukku di restoran cabang dekat danau. Aku akan menjemput, Zi" Ucapnya sambil mencoba menelpon kembali.
"Baiklah ayo kita bersiap." Ujar Vian.
Mereka bertiga meninggalkan restoran milik Vian. Abel memacu gas motornya dengan kecepatan rata-rata dan dibelakang di ikuti Vian dan Rayya.
Melihat kondisi cuaca semakin menggelap disertai angin kencang. Abel semakin menarik gas motornya. Vian dan Rayya menjadi khawatir melihat motor di kendarai Abel melaju kencang meninggalkan mereka berdua.
Abel mengambil jalan satu jalur yang agak sepi. Saat motor melaju di persimpangan empat, mobil box pengantar barang melaju dari arah kanan tanpa bisa menghindar motor Abel tertabrak sebelah kanan.
Rayya dan Vian menepi karena jalan di depan macet. Mendengar bisik-bisik para mengemudi lain ada yang mengatakan terjadi kecelakaan di depan mereka yaitu mobil dan motor. Tubuh Rayya dan Vian menegang, perasaan mereka berdua tiba-tiba tidak nyaman.
Vian mencoba turun dan mencari tahu. Ia melangkah di atas trotoar. Tubuhnya gemetar hebat setelah melihat sebuah motor sudah tak berbentuk itu mirip milik Abel. Ia pun mendekat kerumunan orang di pinggir trotoar. Vian mendengar orang mengatakan jika pengendara motor itu masih hidup namun tak sadarkan diri.
Vian membelah kerumunan itu dan memberanikan dirinya untuk melihat seseorang yang tergeletak itu.
"ABEL " Ucapnya terkejut disertai dengan perasaan campur aduk.
"Anda mengenal nya?" Tanya salah satu orang warga.
"Di—dia teman saya, bantu saya menelpon polisi lalulintas dan membawanya ke mobil saya. Tolong atur jalan untuk saya putar balik."
"Baiklah dimana mobil anda?" Tanya orang itu kembali.
"Di belakang"
Dengan dibantu beberapa orang Vian berhasil membawa tubuh Abel ke mobilnya. Di Sana Rayya menangis histeris melihat tubuh Abel penuh luka dan banyak mengeluarkan darah. Tanpa banyak bicara, Vian dibantu oleh seseorang bisa putar balik untuk membawa Abel ke rumah sakit.
Dalam perjalan Rayya menelpon Zevin. Dan semua orang termasuk Vino. Mereka semua berkumpul di depan ruang IGD, tak lama Zevin keluar mengatakan jika Abel akan di operasi. Ibu Mira datang bersama Vino.
Sudah dua jam berlalu baru mereka menyadari jika Nazia tidak ada di sana. Pak Bram meminta bantuan Vino untuk menjemput Nazia dan jangan memberitahukan keadaan yang sebenarnya.
Kilas Balik Selesai
...----------------...
Pak Bram akhirnya menumpahkan air matanya juga yang sejak semalam di tahannya. Zevin dan Vian menggenggam kedua tangan pria paruh baya itu.
"Kita lewati ini bersama - sama, Om." Ucap Vian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Ria Diana Santi
Like
Cemungut!
2021-03-10
0
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
semangat🙂
2021-01-31
0
zsarul_
hai thorr aku mampir lagi nihh 🤗
semangatt yaa
yuk baca lagi cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
ada part baru lohh 😍
mari saling support thorr ❤️
thanks
2021-01-23
1