Di rumahnya, Nazia langsung membersihkan diri, tapi sebelumnya ia memberikan makanan yang telah dibelinya pada sang ibu. Sudah menggunakan baju tidur, Nazia merebahkan tubuhnya di atas kasur banyak macam pertanyaan di benaknya muncul.
Pintu kamar Nazia terbuka. Lamunannya buyar seketika melihat sosok ibunya berdiri di depan kamarnya. "Masuk, Ma !" Gadis itu menarik tubuhnya untuk duduk.
Ibu Mira melangkah masuk dan ikut duduk di tepi kasur. "Abel tidak datang?" Beliau bertanya sambil merapikan anak rambut putrinya.
"Iya, Ma. Aku belum tahu kenapa dia tidak datang. Apa aku perlu menelpon mama Serly ?" Nazia menatap lembut wajah ibunya.
Ibu Mira mengangguk tanda menyetujui, gadis itu meraih ponsel di atas nakas nya.
"Zi. Kamu pasti ingin bertanya tentang Abel, 'kan? Mama dan Papa juga sedang menunggunya, Nak ! Kita berdoa saja semoga tidak terjadi apa-apa."
"Iya, Ma. Terimakasih, aku tutup telponnya. Jaga kesehatan mama." Balas Nazia.
"Kamu juga sayang, jika sampai besok Abel belum pulang. Papa akan menemui atasannya untuk bertanya langsung." Ibu Serly menenangkan calon menantunya itu.
"Iya, Ma. Semoga besok dapat kabar baik." Setelah telpon dimatikan Nazia mengalihkan pandangannya pada sang ibu disisinya.
"Istirahatlah !" Titah Ibu Mira.
Nazia mengangguk lalu merebahkan tubuhnya kembali, sebelum meninggalkan kamar putrinya. Ibu Mira membenarkan selimut Nazia dan mematikan lampu.
...----------------...
Di tempat lain, Alby selesai membersihkan dirinya. Lalu duduk di atas kasur King Size nya. Wajahnya masih seperti tadi senyum tanpa henti. Tangannya meraih ponsel di atas lemari lalu menekan tombol pada nama seseorang. Tidak pakai lama panggilan langsung terjawab.
"Bagaimana, Jim?"
"Belum tuan muda, saya sedang mencarinya."
"Baiklah jangan lama-lama nanti diambil orang." Alby memutuskan telpon.
...----------------...
Pagi hari Nazia bersiap seperti biasa untuk pergi ke rumah sakit, hari ini ia akan kembali menunggu di dermaga setelah pulang bekerja, semangatnya belum pudar walau kemarin sempat kecewa.
"Aku berangkat, Ma."
Ibu Mira mengangguk lalu mengantarkan putrinya keluar rumah. Diperjalanan Nazia mencoba menelpon Abel siapa tahu pria itu sudah sampai. Masih seperti sebelumnya hanya operator yang menjawab. Mobilnya berhenti di basemen rumah sakit bertepatan dengan mobil Zevin juga berhenti. Mereka berdua sama-sama keluar dari mobil.
"Selamat pagi, sayangku." Sapa Zevin. Tak lupa senyum manisnya menghiasi wajah tampannya.
"Pagi, Zev."
"Kenapa tidak bersemangat?" Zevin mengalungkan tangannya di pundak gadis itu.
"Zev, turunkan tanganmu jika ada yang melihat bisa salah faham"
Zevin menurunkan tangannya. "Bagaimana penantian mu kemarin, apa Abel datang?" Tanyanya lagi.
"Tidak, mungkin ia akan terlambat datang" Jawab Nazia lesu.
"Jangan sedih ada aku disini." Zevin merangkul pundak Nazia.
Rayya sejak tadi mengikuti dari belakang tanpa mereka tahu. "Ehm ! Mesra sekali" Ucapnya tersenyum menggoda.
"Pagi, Ay." Sapa Zevin.
Rayya menyamakan langkahnya dengan Zevin dan Nazia "Pagi, Zev. Kenapa dia?" Melirik dengan sudut matanya.
"Kekasihnya tidak datang kemarin."
"Jangan patah semangat. Mungkin ada hal penting menunda kepulangannya, yakinlah penantian mu tak akan sia-sia." Rayya tersenyum menyemangati.
Nazia kembali bersemangat mereka bertiga memasuki ruangan kerjanya masing-masing untuk melayani pasien.
Menit berganti begitu cepat hingga waktu sudah menunjukkan jam 11 siang, Nazia keluar dari ruangannya. Zevin dan Rayya menunggu di ruangan mereka sambil menyiapkan makanan.
"Ayo makan siang."
Nazia mengangguk lalu mencuci tangan mereka makan bersama sambil bercerita.
...----------------...
Alby mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja, sambil menikmati makan siangnya. Pria ini berharap jika Jimmy sudah berhasil mendapatkan informasi wanita berpayung merah yang tiap hari dicarinya.
"Permisi tuan muda."
"Masuk, Jim. Bagaimana ada kabar?" Tanya Alby penuh harap.
"Belum tuan, begini saja hari ini jadwal anda tidak padat bagaimana jika kita ke rumah sakit itu lagi." Saran Jimmy setelah berpikir keras.
Alby nampak berfikir. "Baik, aku setuju !" Balasnya cepat.
Pria itu bersemangat melanjutkan pekerjaannya, Jimmy sampai takjub dengan perubahan tuan mudanya. Hanya karena wanita yang tak tahu keberadaannya dapat memicu semangat Alby.
...----------------...
Langit tak mendung dan juga tidak panas ada sedikit angin yang menggoyang pepohonan, terasa sedikit menenangkan tiap jiwa yang kosong.
Selesai jam praktek, Nazia bergegas bersiap untuk pulang ke rumah. Namun sebelumnya, ia akan pergi ke dermaga lebih dulu. Berharap sosok yang ia rindukan sudah menunggunya di sana atau sebaliknya pria itu datang menemuinya.
"Aku pulang"
"Hati-hati, Zi !" Balas Rayya.
Nazia tersenyum, ia melangkah menuju parkiran lalu menaiki si putih kesayangannya. Mobil gadis itu keluar dari basemen dan melewati gerbang rumah sakit.
"Tuan muda itu mobil putih milik nona itu." Ucap Jimmy.
Di dekat gerbang inilah Alby dan Jimmy menunggu di dalam mobil hitam mewah milik tuannya.
"Ayo, Jim ! Tunggu apa lagi ikuti dia ! ah, aku tak menyangka seorang presdir ternama sepertiku malah jadi penguntit." Alby terkekeh dengan kekonyolannya.
"Siap Tuan, jika benar itu dia. Maka anda siapkan kata-kata pertama yang diucapkan nanti." Jimmy tersenyum sambil fokus mengemudi.
"Kamu benar, Jim. Kenapa aku sulit merangkai kata-kataku sendiri ? Lebih enak bertemu dengan klien bisnisku tanpa pusing memikirkan kalimat yang diucapkan." Keluh Alby terasa buntu.
Jimmy terkekeh. "Tak perlu pakai kata-kata indah Tuan muda, cukup ajak berkenalan dan ucapkan terimakasih padanya telah menolong Tuan muda dan nona Erika."
"Kamu cerdas, Jim. Baiklah sekarang kamu fokus ikuti mobil itu." Titah Alby. Wajahnya sudah berseri senang, sebentar lagi ia akan tahu siapa nama wanita berpayung merah yang muncul malam itu.
Mobil putih di depan mereka berhenti di tepi danau, Nazia keluar dari mobil dan melangkah menuju dermaga. Ia berharap hari ini kekasihnya itu datang dan memeluknya erat.
Alby mengawasi dari dalam mobil miliknya. "Jim, benar dia ! apa aku turun sekarang?"
"Tunggu Tuan, sepertinya dia menunggu seseorang. Kita lihat dulu siapa yang akan menemuinya, karena tak mungkin Tuan menemui kekasih orang lain hanya untuk berkenalan." Saran Jimmy.
Alby mengurungkan niatnya. "Akan aku rebut paksa dia, Jim ! Dia harus jadi milik ku, ini bukan obsesi tapi aku benar suka padanya." Si tuan muda curhat pada asistennya.
"Saya mengerti tuan bersabarlah."
Masih mengawasi dari dalam mobil. Memperhatikan gerak - gerik wanita incarannya. Di depan mobil Alby, tiba-tiba berhenti mobil hitam lalu keluar pemiliknya. Seorang pria tampan dan tinggi, pria itu melangkah menuju dermaga.
"Siapa dia, Jim?" Alby risau dengan keberadaan laki-laki lain di tempat itu. Terlebih orang yang baru tiba itu langsung menemui gadis pujaannya.
"Mungkin kekasih nona itu."
"Kenapa kamu tidak menabraknya tadi ?!" Alby kesal.
"Itu tindak kejahatan, Tuan." Balas Jimmy santai.
Alby mengawasi dengan sorot mata yang tajam, dadanya sudah memanas melihat pria itu sudah mendekat kearah gadis yang tengah ia ikuti sejak tadi.
Di dermaga Nazia dikejutkan dengan kedatangan seorang pria yang dikenalnya. "Kak Vino" Ucapnya senang.
Nama pria itu Vino sahabat Abel dan juga sepupu Nazia
"Apa kabar, Zi?" Tanya Vino tersenyum.
"Baik, Kak. Bagaimana kabar di perbatasan?" Nazia tersenyum namun tak luput pula cemas bercampur senang membungkus hatinya.
Vino menatap lekat manik mata Nazia. "Semua baik, ada titipan untukmu dari Abel." Memberikan amplop ditangan Nazia.
"Di—dia dimana?" Nazia terbata
menerima amplop yang di sodorkan sepupunya itu.
"Dia tidak jadi pulang masa tugasnya ditambah." Jawab Vino sendu. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan Nazia yang merindukan Abel.
"Terimakasih, Kak." Nazia menyimpan amplop itu kedalam tasnya.
"Tidak mau memeluk kakak." Vino merentangkan tangannya
Nazia mengangguk setidaknya dengan memeluk sahabat kekasihnya dan juga kakak sepupunya itu bisa mengurangi kerinduannya pada Abel.
Vino memeluk erat tubuh wanita yang dirindukannya itu, tunangan sahabatnya dan juga adik sepupunya
Sementara di mobil Alby. Laki-laki itu mencengkram kuat kursi didepannya dengan amarah yang menggebu.
"Dia menyentuh milikku, Jim !" Geram Alby. Wajahnya memerah menahan amarah.
"Tenang tuan kendalikan diri anda."
Vino melepaskan pelukannya. Merapikan anak rambut Nazia yang tertiup angin. "Kamu mau pulang?"
Nazia menggeleng. "Belum, Kak. Aku masih ingin disini."
"Baiklah, kakak pulang dulu kakak ipar mu menunggu." Vino mencubit lembut hidung Nazia.
Laki-laki itu meninggal Dermaga , Alby sejak tadi memperhatikan bernafas lega karena pria itu sudah meninggalkan danau. Ia mengalihkan pandangannya pada Nazia, wanita itu berdiri di sisi dermaga menghadap kearah laut.
"Waktunya anda turun, Tuan."
"Apa aku masih terlihat tampan ?"
"Tentu tuan muda, anda terlihat sangat tampan dalam keadaan apa pun." Puji Jimmy untuk mengakhiri kekonyolan tuannya.
Alby tersenyum, Jimmy membuka pintu mobil. Pria itu melangkah menuju dermaga dengan perasaan gugup dan berdebar.
Ia berhenti sejenak mengambil nafas lalu membuangnya perlahan untuk menetralkan kegugupannya. "Ehm, sendirian?" Suara Alby mengagetkan Nazia dari lamunannya.
"Iya." Jawab gadis itu datar tanpa melihat lawan bicaranya.
Alby menoleh pada wanita di sampingnya. Matanya terpaku pada kecantikan alami Nazia, tangannya gatal ingin menyentuh bulu mata lentik wanita itu.
"Sedang menunggu siapa?" Tanya Alby gugup.
"Tidak menunggu siapa-siapa."
"Boleh tahu namamu?" Alby meremas kuat tangannya.
Nazia menoleh ke lawan bicaranya itu dan berkata sambil mengulurkan tangannya "Nazia Mishall"
Alby segera menyambut uluran tangan Nazia dengan bahagia walau sedikit gemetar karena gugup. "Alby Syahreza" Ia tersenyum manis berusaha menguasai debaran di dadanya.
"Anda sering kesini?" Tanya Nazia kembali melihat kearah laut.
"Tidak juga, aku masih ingat wajahmu. Terimakasih sudah menolongku dan kakakku 3 bulan lalu." Ucap Alby. Matanya tak lepas menatap wajah cantik di sampingnya.
"Sama-sama saya sudah lupa kejadian itu."
"Jangan bicara formal padaku" Ucap Alby.
Nazia mengangguk. "Aku permisi sudah sore".
"Boleh minta kartu namamu?" Tanya Alby. Wanita itu mengeluarkan dompet kecil lalu memberikan kartu namanya. "Apa ini nomor pribadimu?" Tanyanya lagi.
"Tentu saja tidak." Nazia melenggang pergi.
Alby menatap punggung Nazia yang perlahan menjauh. "Tak masalah aku akan mencari tahu sendiri." Ia tersenyum senang.
...----------------...
Di rumahnya, Nazia membuka amplop yang diberikan Vino, tetes demi tetes air matanya membasahi sebagian lembaran surat itu. Dalam kertas itu menceritakan bagaimana rindunya Abel di sana padanya, tak lupa ia juga menceritakan kesehariannya di sana hal itu membuat air muka Nazia berubah-ubah.
"Aku selalu menunggumu, pulanglah dalam keadaan selamat." Lirih Nazia.
TINGGALKAN JEJAK NYA 👍🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Cahaya mata
Hai author, aku datang membawa like and rate. jangan lupa follback ya 😊
Semangat author
❣️ Istriku Dosen Cantik
2020-12-28
0
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Alby apaan sih, jangan gitu napa 🤧maksain perasaan hmmmm🤧
2020-12-22
2
Neng Yuni (Ig @nona_ale04)
Nazia sabar ya, nungguin kepulangan abdi negara itu emang sabar belum lagi kalo cuman sekedar mau berhubungan lewat telepon atau chatting aja susahnya hadeh 🤧
2020-12-22
1