Tiga bulan kemudian...
Disebuah kantor perusahaan besar, seorang pria mengamuk karena pencariannya dalam 3 bulan ini belum membuahkan hasil. Benda-benda di atas mejanya sudah berserakan di lantai.
"Jim, aku sudah menunggu tiga bulan. Dan kalian belum berhasil mengantongi identitas wanita yang berpayung merah itu?!" Alby menatap tajam pada asistennya yang bernama Jimmy. Raut wajahnya begitu kesal. Alby Syahreza pemilik perusahaan Az group. Perusahaan lumayan besar di kota itu.
"Kami sudah mencarinya Tuan muda, tapi kami belum menemukan wanita ciri-cirinya seperti yang disebutkan anda." Jimmy mencari pilihan kata yang baik.
"Aaaa, dimana aku harus mencarinya? Dia cantik, Jim. Bulu matanya lentik dan panjang, hidungnya mancung, bibirnya merah alami dan wangi. Aku menyukainya, Jim." Alby tersenyum membayangkan kilasan wajah cantik gadis penolongnya.
Jimmy hanya mengangguk dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kami sudah mencari nya di rumah sakit yang anda sebutkan, tapi belum juga mendapat petunjuk."
"Dia dokter dan telah menolong kakakku dan bayinya saat kecelakaan itu. Ada seorang dokter juga yang mengenalnya, tapi aku lupa wajahnya karena dia terlalu jelek."
Masih sempat menghina orang rupa nya
"Kalau wanita yang anda maksud, apa anda mengenalinya jika bertemu?" Tanya Jimmy.
"Tentu ! Aku pasti mengenalnya" Alby duduk kembali di kursinya.
Jimmy mengangguk "Baiklah tuan, saya permisi." Ia meninggalkan ruangan Presdir.
Alby kembali pada pekerjaannya lagi, wajah wanita berpayung merah tiga bulan lalu yang menolong dirinya dan kakaknya terbayang nyata di ingatan pria ini. Seutas senyum melengkung di bibirnya mengingat pertemuan pertama dan juga pertemuan terakhir, karena sampai saat ini. Ia belum bertemu kembali.
Pernah waktu itu, ia bertanya pada dokter yang mengambil alih perawatan kakaknya. Tapi dokter itu mengaku tidak mengenalnya, karena dirinya masih baru di sana.
Alby juga mencoba mengingat wajah pria yang mengobati lukanya malam itu, tapi sayangnya. Sedikit pun bayangan wajah pria itu tak melekat pada ingatannya.
"Kamu akan jadi milikku apa pun yang terjadi, kamu gadis ku ! Gadis berpayung merah, siapa pun yang memilikimu akan aku rampas paksa kamu darinya. Meski menggunakan kekuasaan ku, karena sesuatu yang kusukai harus jadi milikku." Alby menatap tajam pada layar laptopnya.
Tubuhnya berada dibalik meja, tapi tidak pada pikirannya. Alby selalu dihantui dengan wajah cantik dokter yang muncul dihadapannya malam itu. Semakin hari rasa penasarannya terus menyiksanya. Alby sosok pria ambisius, dia juga akan melakukan apa pun cara agar apa yang menjadi keinginannya bisa dicapainya.
...----------------...
Nazia, Rayya dan Zevin sedang makan siang bersama di ruangan mereka, tiga dokter ini selalu bersama jika waktu senggang. Zevin membuka kotak makanan yang baru mereka pesan lalu menyiapkan untuk dua wanita yang sedang mencuci tangan.
"Ay, Zi. Ayo makan !" ajak Zevin.
"Selamat makan." Ucap Nazia seraya menjatuhkan dirinya di kursi. Zevin tersenyum, sesekali ia mencuri makanan Nazia dan sebaliknya dia juga memberikan potongan daging miliknya pada gadis itu. "Kenapa kamu selalu mengambil makananku?" Tanya Nazia kesal.
"Karena aku suka." Zevin tersenyum, tangannya kembali ingin mengambil makanan Nazia.
"Kenapa tidak pesan yang sama denganku?"Gadis itu menggeser kotak makanannya.
"Ish pelit" Gerutu Zevin mengerucutkan bibirnya.
"Kalian romantis sekali." Goda Rayya.
"Ay, bercanda mu tidak lucu. Kamu lihat dia mengambil sayur ku." Adu Nazia dengan mulut dipenuhi makanan.
Sementara Zevin tersenyum mendengar godaan Rayya. "Aku juga ingin seperti kulitmu, makanya minta sayur mu."
"Hari ini aku pulang cepat."
"Mau kemana?" Tanya Rayya.
"Hari ini Abel pulang, dia memintaku menunggunya di tempat kami pertama kali bertemu." Nazia tersenyum senang.
"Benarkah ? semoga setelah ini kalian tidak lagi berpisah" Ucap Rayya ikut bahagia.
"Semoga saja, kata Abel dia akan menggantikan papanya di perusahaan."
"Baguslah kalau begitu." Rayya ikut bahagia karena gadis di sisinya inj terlihat bahagia.
"Hati-hati di perjalanan, aku juga pulang lebih dulu. Nanti ada janji di luar." Zevin berdiri mengacak-acak rambut Nazia.
Rayya terkekeh melihat wajah kesal sahabatnya, rambut Nazia berantakan karena ulah Zevin. Usai makan siang mereka kembali berkerja.
...----------------...
Bekerja berjam-jam melayani pasien dengan berbagai macam keluhan, membuat mereka merasa bahagia. Sudah membantu menyembuhkan dan memecahkan permasalahan kesehatan yang pasien rasakan.
Nazia bergegas memasuki mobil karena jam sudah menunjukkan jam 4 sore, ia tak ingin terlambat menemui pujaan hatinya yang terpisah selama 3 bulan lamanya tanpa kabar.
Nazia penuh semangat menginjak pedal gas mobilnya, di sepanjang jalan ditemani lagu santai membuat perasaannya tenang dan nyaman.
Rindunya yang membuncah ingin segera disalurkannya pada pria pemilik hatinya itu. Dirinya ingin segera memeluk tubuh kekar sang kekasih, merasakan dekapan hangat dada si komandan tampan.
Mobil Nazia berhenti di pinggiran danau. Sebelum keluar, Nazia mengatur nafasnya yang gugup. Entahlah, ia seakan merasakan baru pertama bertemu sehingga gugup dan berdebar.
Nazia melihat sekelilingnya, tidak ada seorang pun di sana hanya ada beberapa orang penjual makanan. Gadis itu membawa payung di genggamannya karena cuaca sedikit gelap pertanda akan turun hujan.
Nazia melangkahkan kaki menuju dermaga yang mengarah ketengah laut. Jemarinya menyentuh pinggiran jembatan dengan senyum merekah mengingat pertemuan pertamanya dengan Abel.
Di dermaga itu perkenalan dimulai dan di sana pula hubungan mereka terjalin. Abel selalu membuntuti Nazia dengan alasan tak sengaja bertemu. Sampai akhirnya, Abel mempersiapkan kejutan untuk memintanya menjadi kekasih waktu itu dan di sana pula Abel melamar Nazia menjadi istrinya. Kejutan demi kejutan selalu diberikan Abel di dermaga itu.
Nazia duduk di lantai dermaga menghadap laut menikmati pemandangan di danau yang luas itu, wajah cantiknya disapu angin dengan lembut meruntuhkan segala kelelahannya hari ini.
Kaki putih Nazia memainkan air yang mencapai mata kakinya, senyumnya terus mengembang. Detik, menit terlewati begitu saja tapi Nazia masih sabar menunggu.
Petir menyambar tiga kali disertai kilat putih yang terpancar di atas awan yang gelap. Nazia menarik kakinya dari dalam air, lalu memakai sepatunya kembali, dilihatnya jam mungil di tangannya sudah menunjukkan jam 6 sore.
Senja sedikit lagi meninggalkannya menuju malam, tapi Nazia masih setia berdiri di sana. Hujan mulai turun membasahi bumi sehingga pepohonan di sana bersorak senang menyambut butiran air yang meluncur dari atas sana.
Nazia membuka payung miliknya untuk berteduh, kecewa bercampur khawatir dirasakannya. Ingin menelpon tapi ragu karena di perbatasan tidak ada sinyal. Ia berharap Abel akan menelponnya memberitahukan jika dia sudah di kota.
...----------------...
Dua jam berlalu, cuaca semakin dingin menusuk. Tidak ada lagi senyum merekah dibibir Nazia. Hanya tatapan kosong dan raut sedih terlihat. Gadis itu memutuskan meninggalkan dermaga dan masuk ke mobilnya. Sangat terasa air matanya mengalir begitu bebas di pipinya.
"Semoga kamu baik-baik saja, pulanglah dengan selamat untukku. Aku merindukanmu, Abel." Lirih Nazia disela tangisnya.
Dokter cantik ini melajukan mobilnya. Merasa lapar, ia singgah disalah satu kafe lalu memesan makanan. Tak lupa, ia juga membelikan makanan untuk ibunya di rumah.
Nazia mengunyah makanannya dengan perlahan hingga tanpa terasa makanan itu habis, tapi ia tak merasakan nikmatnya makanan itu, pikiran Nazia tertuju pada Abel yang tak kunjung datang sore tadi.
Merasa lelah di tubuh dan pikirannya. Nazia berniat pulang ke rumah. Ia meninggalkan kafe itu dengan sedikit berlari karena hujan masih menyisakan gerimis. "Ahhhh." Rintihnya mengusap bahu. Diparkiran Nazia tak sengaja ditabrak seorang pria jangkung yang lengah saat menelpon.
"Maaf saya kurang hati-hati." Pria itu mematikan telpon. Sesaat kemudian matanya membulat sempurna, wajahnya berbinar bahagia. Senyum di bibirnya melengkung indah. Lihat para wanita yang melihat dari kejauhan meremas jemarinya terpesona pada ketampanannya. Pria itu melangkah mendekat. "Wanita berpayung merah !" Ucapnya girang.
"Lain kali berhati-hatilah."
Ya Tuhan dia cantik sekali
Alby menatap tak berkedip.
"Cantik sekali." Puji Jimmy
Alby menatap tajam pada Jimmy, lalu menatap lembut pada Nazia. "Kamu tidak mengenalku?" Ia Tersenyum manis.
"Tidak."
"Yakin tidak mengenalku?" Alby kembali memastikan.
"Siapa anda? Sampai saya harus mengenal anda? Saya harus pergi" Nazia melangkah membuka pintu mobilnya. Perasaannya memang kacau hari ini.
"Tunggu."
Nazia tak menggubrisnya, ia masuk ke dalam mobilnya lalu meninggalkan tempat itu. Jimmy terkekeh ada wanita tak mengenal tuannya yang terkenal.
"Dia tidak mengenalku?" Alby menunjuk dirinya sendiri.
"Mungkin pesona tuan muda mulai luntur." Goda Jimmy.
Alby mendengus kesal lalu melanjutkan masuk kedalam kafe. "Cari tahu dia !" Titahnya yang tak terbantahkan. Sangat disesalinya kenapa tidak menahannya lebih lama.
Alby tersenyum senang karena Jimmy juga sudah melihat wanita yang ia cari selama ini. Pasti lebih mudah untuk menemukannya. Senyum Laki-laki itu belum memudar mengingat pertemuan kedua, rasa rindu mendengar suara wanita itu terbayar sedikit walau tak sehangat pertama bertemu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Sasa (fb. Sasa Sungkar)
maraton dl aq yaaa
2021-01-08
0
zsarul_
hai thorr aku mampir disini juga lohh 🤗
semangatt
yuk baca lagi cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
ada part baru lohh 😍
mari saling support ❤️
thanks
2021-01-03
1
Hariasih
namanya kok hampir mirip2 sih jd bingung yg baca
2020-12-30
3