Hari sudah hampir larut malam, keadaan di sekte Bukit Halilintar pun sudah sepi sekali. Para tetua yang lain sudah tertidur bersama mimpi mereka dengan sangat pulas. Begitu pun dengan semua murid yang kini jumlahnya hampir tiga ribuan.
Bintang bertaburan diatas cakrawala. Angun dingin berhembus memanjakan tubuh. Akan tetapi sinar rembulan perlahan redup tertutup oleh awan yang kelam.
Pada bangku di bawah pohon yang ada di taman belakang rumah, Shin Shui sedang berbaring sendiri. Tak ada yang menemani, Yun Mei sudah tertidur pula. Apalagi anaknya, dia sedang terbuai kenyamanan bersama pelukan ibunya.
Memang setelah perang berakhir, semua yang dulu menemani Shin Shui sudah kembali ke tempatnya masing-masing karena tugas mereka sudah selesai.
Phoenix biru sudah lama pergi, begitu pun dengan Cun Fei sang Naga Emas. San Ong dan Ong San pun sama, awalnya mereka memang tidak mau berpisah dengan Shin Shui, tapi karena Shin Shui memaksa, pada akhirnya mereka menyetujuinya dengan alasan masih tetap akan menjaga walaupun dari kejauhan dengan cara mereka sendiri.
Harus Shin Shui akui bahwa dirinya memang kadang merasa sangat rindu sekali kepada mereka. Bagaimana tidak? Para siluman itulah yang selama ini menemaninya hingga menjadi seperti sekarang.
Mereka yang selalu ada dalam setiap suka maupun duka. Mereka selalu menjaga, bahkan membimbing Shin Shui. Khususnya phoenix biru dan Cun Fei. Jadi rasanya, sampai mati pun Shin Shui tidak akan bisa melupakan mereka semua.
Seperti saat ini contohnya, jika dia sedang rindu kepada teman-temannya itu, maka Shin Shui memilih untuk menyendiri. Memilih untuk bercerita kepada alam semesta.
Karena baginya, bercerita kepada alam lebih baik daripada bercerita kepada manusia yang belum dapat dipercaya secara sempurna.
Akan tetapi rasa rindu kali ini sedikit berbeda karena Shin Shui juga merasakan ada hal lain. Entah apa. Yang jelas firasatnya mengatakan akan terjadi suatu hal. Alasan inilah yang membuat Shin Shui sampai larut malam seperti ini belum bisa tidur.
Tiba-tiba saja dia membayangkan kejadian-kejadian yang telah lalu dilewati. Ekspresi wajahnya berubah-ubah, kadang terlihat gemas kadang juga terlihat tersenyum. Mungkin dia lebih memilih untuk membayangkan kejadian yang indahnya saja.
Perlahan tapi pasti, Shin Shui mulai merapatkan kedua matanya juga hingga akhirnya dia benar-benar tertidur di bangku taman tersebut.
Mungkin karena terlalu kelelahan, sehingga walaupun baru sebentar, dia sudah tertidur dengan pulas.
Namun, senyuman yang tadi dia perlihatkan kepada sang malam, kini perlahan menghilang. Wajahnya menggambarkan ekspresi bermacam-macam. Sebab dalam tidurnya itu, Shin Shui bermimpi sesuatu yang aneh.
Di alam sana, Shin Shui seperti berada di dalam sebuah tempat yang aneh dan sangat asing baginya. Shin Shui berada di sebuah goa yang cukup besar. Awalnya di sana tidak ada siapa-siapa kecuali dirinya sendiri.
Akan tetapi tak berselang lama, tiba-tiba muncul cahaya putih yang sangat menyilaukan mata. Bahkan sampai membuat Shin Shui harus menutupi kedua matanya.
"Guru … phoenix biru … se-senior Cun Fei … ba-bagaimana kalian bisa berada disini? Dan tempat apa ini sebenarnya?" tanya Shin Shui.
Hatinya langsung merasa bahagia ketika dia tahu siapa saja yang ada di hadapannya saat ini. Benar, mereka adalah orang-orang yang berarti dalam kehidupan Shin Shui.
"Tenanglah Shui'er. Kau berada di alam lain. Kami disini memang sengaja membawamu kemari. Kami meminjam jiwamu sebentar karena ada beberapa hal yang ingin aku bicarakan kepadamu," kata Lao Yi.
"Tentang apa itu guru? Murid siap mendengarkan," jawab Shin Shui.
"Pertama, mungkin ini adalah pertemuan yang pertama dan terkahir antara kami denganmu, bahkan diantara kami semua pun, mungkin ini pertemuan yang terakhir. Harus kau ketahui Shui'er, phoenix biru dan Cun Fei kini sudah tewas. Mereka terbunuh dalam sebuah perang dahsyat yang terjadi beberapa waktu lalu. Perang itu terjadi di negeri siluman, tempat kediaman Kaisar Naga Merah berada."
"Di sana telah terjadi sebuah malapetaka yang bahkan lebih mengerikan daripada perang sepuluh tahun lalu yang terjadi di Kekaisaran Wei. Saat ini Kaisar Naga Merah dan beberapa pengawal pribadinya sedang bersembunyi di suatu tempat. Kedudukannya runtuh akibat perang tersebut, kini negeri siluman dikuasai oleh seekor siluman yang jahat dan sangat ganas. Bahkan kekuatannya sangat mengerikan."
"Karena alasan itulah kami membawamu kesini untuk dimintai pertolongan. Tolong kau pergi ke negeri siluman, selamatkan negeri itu dan rebut kembali kekuasaan Kaisar Naga Merah. Hanya dia seorang saja yang bisa memimpin negeri siluman dengan damai. Dan hanya kau lah yang dapat merebut kembali kekuasaan itu."
"Dan yang kedua, terkait dengan Kekaisaran Wei dan anakmu,"
"Degg …"
Jantung Shin Shui tiba-tiba berdebar hebat. Ada apa dengan anaknya? Ada apa dengan tanah airnya?
Berbagai pertanyaan muncul dibenak Shin Shui. Tapi dia tidak mau bertanya, Shin Shui lebih memilih untuk menjadi pendengar yang baik.
"Aku mempunyai ramalan bahwa sekitar satu atau dua tahun lagi Kekaisaran Wei akan mendapatkan sebuah malapetaka. Perang yang sebelumnya sudah terjadi, akan terjadi lagi untuk saat ini dan untuk masa yang akan datang. Ketahuilah Shui'er, ada dua Kekaisaran yang mengincar akekaisaran Wei. Yang satu adalah kekaisaran Tang, dan satu lagi adalah kekaisaran Sung. Maka dari itu, beritahukan kepada Kaisar Wei An bahwa dia harus siap-siap menghadapi bencana yang akan segera terjadi. Begitupun kepada sekte-sekte lainnya. Tapi jujur aku sendiri tidak yakin bahwa negerimu akan menang dari perang nanti. Selain diserang oleh dua Kekaisaran, hal terberat lainnya adalah para pendekar di dua Kekaisaran itu bahkan lebih kuat daripada para pendekar Kekaisaran Wei, termasuk dari dirimu sendiri."
Shun Shui semakin tertegun mendengar ramalan tentang gurunya. Bukan tanpa alasan, semuanya memiliki alasan yang jelas. Dan yang paling membuatnya tidak menyangka adalah bagaimana bisa Kekaisaran Tang berniat menyerang juga? Bukankah istri Kaisar Wei An merupakan puteri dari Kekaisaran Tang?
Tapi lagi-lagi Shin Shui tidak mau bertanya, dia menyimpan semua pertanyaan itu dalam hatinya yang kini sedang kelam.
"Dan tentang anakmu, ketahuilah Shui'er, yang bisa mengembalikan kedamaian dunia hanya anakmu seorang. Anakmu sudah ditakdirkan sebagai penyelamat dunia, wakil Parra Dewa, wakil umat manusia. Dia bahkan menanggung beban yang lebih berat daripada bebanmu pada masa lalu. Tapi percayalah, dia bisa menjalankan takdirnya meskipun harus berjuang beberapa kali lipat lebih keras darimu. Suatu saat nanti anakmu akan menjadi seorang pendekar yang kekuatannya setara dengan Para Dewa, itu merupakan puncak kekuatannya. Kelak, bakal ada seorang Dewa yang ditugaskan langsung untuk mendidik anakmu jika sudah tiba waktunya hari pembalasan."
"Tapi seperti yang kau ketahui, semakin tinggi pohon, maka semakin besar juga angin yang bakal menerpanya. Begitu pun dengan perjuangan anakmu nanti. Semakin dia kuat, maka para iblis dan semua musuh pun semakin kuat. Karena itulah, para dewa dan kami semua memberikan bekal kepada anakmu."
"Dan bekal itu sudah kami berikan tanpa kau ketahui. Mulai sekarang, sebelum anakmu mampu menguasai seluruh kekuatannya, maka selama itu matanya akan terpejam. Bukan karena dia buta, tapi justru di dua mata itulah kekuatan yang sesungguhnya. Kelak jika anakmu marah, kau akan tahu apa yang telaw diberikan. Kau harus bisa membuat bekal itu tunduk kepada anakmu, jika memang kau selamat dari perang nanti Shui'er. Jika tidak, maka terpaksa anakmu harus menjalani perjalanan hidup yang penuh dengan lika-liku."
"Apakah kau sudah mengerti tentang apa yang aku bicarakan?" tanya Lao Yi.
"Sudah guru," jawab Shin Shui dengan mantap.
"Bagus. Kami percaya kepadamu, bahwa kau takkan mengecewakan. Sekarang kembalilah, selamat tinggal murid kebanggaanku," kata Lao Yi sambil melemparkan senyumannya. Begitupun dengan Cun Fei dan phoenix biru.
Ketiganya pergi dan takkan pernah kembali lagi. Mereka semua pergi dengan meninggalkan sebuah harapan besar kepada Shin Shui dan anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 447 Episodes
Comments
Dzikir Ari
semoga Alurnya bagus dan Up nya sehat selalu
2023-04-28
1
Sandi Fahlevi
kisah ny sekitaran kekaisarn wei saja sperti ny, gak berkelana
2022-11-27
0
Muhammad Amin
tamalan nih ye
2021-08-02
1