Siska masih berada di atas ranjang tempat tidurnya. Beberapa kali ia masih merenggangkan tubuhnya di atas kasur. Siska masih terlihat malas untuk bangun dari tempat tidurnya. Ia kembali memejamkan kedua matanya ketika melihat masih ada waktu lebih untuk kembali tidur.
Namun seolah tak sesuai dengan harapannya, berselang beberapa menit suara panggilan telepon dari Erwin membangunkannya dari mode tidur ronde kedua.
Dengan gerakan malas, Siska meraih ponsel yang berada di meja dan mengangkat panggilan itu dengan kedua matanya yang masih mengantuk.
"Halo, pacar. Selamat pagi. Kamu sudah bangun kan?" tanya Erwin memulai pembicarannya pagi ini.
"Baru aja bangun.." seru Siska dengan nada yang masih menahan kantuknya.
"Yaudah, sekarang kamu bangun dari tempat tidur terus buka pintu rumah kamu sekarang ya.." pinta Erwin lewat panggilan telepon itu. Siska menaikkan kedua alisnya dan melihat kearah luar lewat jendela kamarnya. Namun ia tidak melihat sosok Erwin disana.
"Kok diem? masih tidur ya?" tanya lelaki itu dengan senyuman kecil terukir di sudut bibirnya.
" Enggak kok. Aku liat dari jendela kamar gak ada kamu. Terus ngapain aku disuruh buka pintu rumah?" tanya Siska bingung dan juga penasaran.
"Pede banget sih pacar aku, emang siapa yang bilang aku ada di depan rumah kamu sekarang?" goda Erwin pada kekasih barunya itu. Siska mendengar tawa kecil Erwin dari balik teleponnya.
"Mungkin aja kan.." sahut Siska singkat.
"Kalau penasaran, langsung aja buka pintunya sekarang. Tapi pelan-pelan ya.. takut ada katak lompat disana.." Goda lelaki itu sekali lagi.
"Gak mau ah, nanti ada benda aneh-aneh..."
Terdengar tawa Erwin semakin keras mendengar jawaban kekasihnya itu.
"Becanda sayang, yaudah cepetan buka pintunya. Ntar malah diambil orang loh.."
Siska mengiyakan ucapan Erwin, gadis itu berjalan menuju pintu rumah kontrakannya. Namun sebelum membuka pintu rumahnya, Siska terlebih dahulu mengintip lewat kaca yang berada di samping pintu rumahnya. Gadis itu melihat sebuah bunga mawar yang beraneka warna dan sebuah kotak berukuran sedang tergeletak di bawah pintu.
Siska membuka pintu rumahnya dan mengambil hadiah yang diberikan oleh Erwin untuknya.
"Udah diambil hadiahnya?" tanya Erwin lagi lewat panggilan telepon yang masih terhubung itu.
"Udah, ini semua buat aku?" tanya Siska sambil membawa semua hadiah itu ke dalam rumah dan meletakkanya di atas meja ruang tamu.
"Buat kekasih Erwin lebih tepatnya" serunya diiringi tawa kecilnya.
"Terima kasih, win.." balas gadis itu.
"Terima kasih sayang..."
"Hmm?" Siska mengerutkan keningnya ketika Erwin menyerukan kalimat itu.
"Panggilnya sayang,biar orang-orang tau kalau kamu sudah punya kekasih.." ucap Erwin menjelaskan.
"Oh ya, maaf aku ga bisa jemput kamu ya. Ada urusan ke luar kota hari ini.." ucapnya lagi.
"Gak masalah kok, aku bisa berangkat naik ojol seperti biasanya.."
"Gak boleh, kamu harus tetep dalam pantauan aku. Aku udah minta supir untuk jemput kamu. Jadi kamu berangkat sama dia..." pinta Erwin dengan nada yang sedikit memaksa.
Siska berseru mengiyakan. Gadis itu merasa permintaan Erwin ini membuatnya tidak nyaman. Ia merasa seolah ia diawasi oleh kekasihnya itu. Siska menyadari jika hal ini akan membuat hubungannya tak senyaman pertemanannya dulu dengan Erwin.
"Jangan lupa kalau sudah pulang kabari aku, biar aku minta supir menjemput kamu.." pinta Erwin lagi.
"Atau perlu aku suruh saja dia menunggu disana,gimana?"
"Nanti aku saja yang akan memberi pesan jika aku sudah selesai bekerja..." jawab gadis itu.
"Yaudah, selamat bekerja sayang.."
"Iyaa, kamu juga.." Tak lama setelah itu panggilan itu telah terputus. Siska melihat bunga dan kotak merah muda yang di berikan Erwin untuknya.
Kenapa aku merasa tidak nyaman dengan hubungan ini? atau hanya fikiranku saja yang berlebihan. Tidak, Erwin hanya mengkhawatirkanku..
Siska akan membuka hadiah itu namun panggilan telepon dari Raeviga membuat ia mengurungkannya membuka hadiah itu.
"Sis, kamu nanti kamu ke kantor aku anter ya. Ada sesuatu yang mau aku bicarakan sama kamu.." lontarnya melalui sambungan telepon itu.
" Ada apa Rae? sepertinya aku tidak bisa naik mobil kamu karena supir Erwin yang akan menjemputku.." balas Siska dengan nada lirih.
"Oh jadi sekarang kamu sudah punya supir pribadi ya.." celetuk Raeviga dengan suara tawa khasnya.
"Berhentilah meledekku. Ada apa denganmu? apa yang ingin di bicarakan?" tanya Siska melanjutkan ucapan Raeviga yang terdengar penting.
"Ini tentang Arga.." Suara Raeviga terdengar risau. Gadis itu terlihat bimbang untuk menceritakannya pada Siska.
"Arga? Bos kita? Ada apa dengannya.." Mendengar nama Arga sontak Siska terlihat memasang wajah serius untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan Raeviga padanya.
"Tadi malam Arga menelponku dengan keadaan mabuk, dia mengatakan jika.." belum selesai Raeviga melanjutkan ucapannya, obrolan itu harus terputus karena suara klanson mobil yang keras dan berulang kali di depan rumah Siska.
"Rae, tunggu sebentar ya. Kurasa itu supir Erwin sudah datang.. " Setelah mengatakan kalimat itu, Siska meletakkan handphone yang masih terhubung dengan panggilan Raeviga dan beranjak dari sofanya menuju pintu rumahnya.
Di balkon rumahnya Raeviga terlihat gusar sembari mengenggam ponselnya dan menatap kosong kearah pemandangan rumahnya.
Siska membuka pintu rumahnya, dan melihat seorang lelaki parubaya dengan seragam hitam berdiri tepat di depan pintu rumahnya.
"Selamat pagi non, saya supir dari Pak Erwin..."
Siska mengangguk mengerti, ia mengatakan kepada supir untuk menunggunya bersiap.
Setelah mendengar persetujuan dari supir kekasihnya. Siska kembali menutup pintu rumahnya dan mengambil ponselnya kembali.
"Halo Rae. Rae, maaf ya ke ganggu sebentar.." ucapnya lewat telepon genggamnya.
"iya Sis gak apa kok.Kayaknya udah di tunggu supir ya?"
" Iya, padahal aku belum apa-apa. Mandi aja belum. Tadi masalah Pak Arga ada apa Rae? Nada bicara kamu terlihat gusar.." jawabnya penasaran.
"Nanti saja kuceritakan di kantor Sis. Waktunya juga mepet jam masuk kerja" Raeviga mengurungkan niatnya untuk menceritakan tentang Arga semalam. Raeviga mencoba menganggap ucapan yang di lontarkan Arga hanyalah omong kosong saja. Raeviga mendengar jelas dari nada suara Arga bahwa lelaki itu sedang mabuk.
Siska mengerutkan keningnya sejenak.
"apa Rae ada masalah dengan Arga?" pikirnya dalam hati.
"Yaudah, kita lanjutkan nanti di kantor saja.." balas Siska beberapa detik kemudian.
Setelah perbincangan keduanya, Siska meletakkan ponselnya kembali ke atas meja sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
-------------------
Di dalam ruangan kerja perusahaannya, Arga terlihat duduk diatas kursi kerjanya dan memikirkan tentang ucapannya pada Raeviga swmalam.
Omong kosong jika aku memiliki perasaan pada gadis seperti Siska. Tidak, selama ini aku hanya ingin memiliki Raeviga.
Arga menyentuh telepon kantornya dan menghubungkan panggilan itu pada Telepon kantor yang berada di antara Siska dan Raeviga.
Siska mengangkat panggilan itu, Arga sedikit kikuk ketika mendengar suara Siska yang sedang menerima panggilannya.
"Sampaikan pada Raeviga untuk datang ke ruanganku sekarang.." ucap Arga setelah beberapa detik terdiam tak bersuara.
"Oh, baik pak. Tunggu sebentar.." Siska menoleh kearah Raeviga yang terlihat termenung menatap laporan di depannya.
"Rae, kamu di panggil Pak Arga ke ruangannya." kata Siska menyampaikan apa yang dikatakan Arga padanya.
Raeviga terlihat berpikir dan masih duduk di tempatnya.
"Apa ada masalah? hari ini kamu jadi pendiam. Apa ada masalah dengan laporan keuanganmu kemarin?" Siska terlihat khawatir pada sahabatnya itu.
"Hmm, entahlah. Arga tipe orang yang sangat perfeksionis. Mungkin ada beberapa laporan yang tidak cocok dengannya.." setelah mengatakan hal itu Raeviga beranjak dari duduknya dan berjalan kearah ruangan Arga.
Siska masih memandangi Raeviga yang sudah berjalan masuk ke ruangan Arga. Ia terlihat memikirkan sesuatu.
Bersambung
Maaf ya kalau ceritanya ada yang tidak sesuai dengan Sekuel dari novel sebelumnya ( CINTA MALAM PERTAMA) Karena udah lama jadi lupa jalan ceritanya sebelumnya. Tapi aku berusaha memperbaiki cerita ini agar kalian juga gak bingung bacanya. Kasih tau aja apa yang gak sesuai. Masukan kalian untuk cerita ini sangat berarti buat aku..
Terima Kasih,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Istri joongki
semangat kak up nya
2021-04-26
0
Nur Cahya
arga ketrlaluan ama rae
2021-02-24
0
karim Ok
lanjut baca sampe habis
2020-11-16
0