The day I met you 2

"'Cause all I know is we said, "Hello"

And your eyes look like comin' home

All I know is a simple name

And everything has changed

All I know is you held the door

You'll be mine and I'll be yours

All I know since yesterday

Is everything has changed..." 

Everything has changed - Taylor Swift ft. Ed Sheeran

***

"Ayo semuanya baris yang rapi! Hey, kalian semua sudah punya KTP, sudah menjadi warga negara Indonesia dewasa. Sudah bisa masuk penjara. Berbaris aja lama banget! Cepat!" teriak seorang pria dengan rambut sebahu yang dikuncir setengah pada sebuah alat pengeras suara. Di lehernya ada sebuah lanyard merah bertuliskan identitasnya sebagai panitia ospek kampus.

Si senior tadi menyeka keringat di dahinya dan duduk dengan kesal. Baru saja ia berniat ingin mengambil air minum, tiba-tiba sebotol air mineral dingin sudah ada di depan matanya.

"Santai dikitlah, Juna...Juna!" ujar seorang pria dengan lesung pipi yang dalam di kedua belah sisi wajahnya.

Pria yang dipanggil Juna itu mengambil botol dan menenggak air minum untuk meredakan amarahnya. Adik-adik mahasiswa baru ini sungguh menjengkelkan, sudah tahu hari sudah semakin terik tetapi disuruh berbaris dengan rapi membentuk format barisan yang telah di rencanakan kemarin saja susahnya minta ampun. Format barisan tersebut membentuk sebuah tulisan berupa nama universitas dan tahun angkatan yang akan di foto dari arah atas menggunakan kamera drone.

"Ah, elo mah dari dulu selalu kebagian tugas mudah, Aruna. Nerbangin drone doang! Udah 2 tahun nih ya gue nanganin barisan anak-anak. Awas aja kalau tahun depan gue kebagian peran ini lagi, gak mau join gue ke panitia ospek!"

Aruna tertawa sambil menyerahkan remote control drone miliknya pada Juna. "Kebanyakan ngeluh ah lo, bro! Nih pegang, biar gue bantuin!"

Juna mengambil remote drone dari tangan Aruna sambil masih berusaha menenangkan dirinya. Belum sempat ia bicara, Aruna sudah melesat dari hadapannya dan mengambil pengeras suara yang ada disamping kaki kanannya.

Mendengus kesal namun terukir senyum senang di wajah Juna, "dasar Mister No talk action only, bangga gue sama lo!"

Ngiiiiiiiiing!

Sebuah alarm dari alat pengeras suara di tangan Aruna berbunyi keras. Membuat semua peserta yang ada di lapangan itu teralih perhatiannya pada sumber suara, yakni Aruna yang berdiri di atas panggung.

"Dalam hitungan ke 10, gue akan terbangkan dronenya. Barisan mana yang gak rapi sesuai format yang sudah ditentukan, maka satu kelompok huruf atau angka tersebut harus bayar 50 ribu rupiah. Uangnya buat beli es doger buat semua orang yang ikut acara ini! Kalau uang yang terkumpul gak cukup buat nraktir es doger, bakal gue tarik 100 ribu rupiah! Kalau es dogernya habis, bisa ganti es cincau, es kelapa atau apapun yang lebih mahal, gak boleh yang lebih murah! Dan, kalau masih gak cukup juga uangnya, khusus para koordinator huruf atau angka tersebut kita tarik 500 ribu!"

Sesaat suasana menjadi sepi dan hening, lalu terdengar suara 'was wes wos' samar-samar sebagai bentuk protes. Namun saat Aruna turun dari panggung dengan pengeras suaranya dan mulai menghitung, suasana mendadak heboh. Teriakan para senior muncul dan menggema, termasuk para peserta mahasiswa baru yang langsung masuk dalam format barisan. Sekilas memang ricuh, tetapi terlihat jelas semua orang menjadi kompak tidak mau jadi korban pemerasan es doger Aruna.

"Satu... Dua.... Tiga... Juna, siapkan drone nya! Pastikan kita dapat nih nomor atau huruf yang ga beres, biar sebelum hari terakhi ini bubar kita semua dapat traktiran es doger! Empat! Lima...," teriak Aruna di pengeras suara.

Heboh luar biasa, semua orang berusaha masuk dalam format barisan. Sibuk mengatur space dan membawa perangkat foto beruba kertas karton persegi berwarna. Tak dapat dihindari pula senggol-menyenggol dan sikut-menyikut, membuat momen itu jauh lebih kocak dan seru.

"Sepuluh! Juna, terbangkan!"

Sebuah drone perlahan naik ke udara dan menarik perhatian semua orang. Setiap barisan seketika diam membeku sekaligus berharap cemas tidak menjadi huruf atau angka dengan format paling buruk.

Juna yang kini berdiri disamping Aruna bekerjasama mengendalikan drone untuk memeriksa barisan dan bersiap memotret. Jantung keduanya berdegup kencang karena apa yang tertera di layar ccontrol drone sangat mengesankan. Barisan tersebut sangat rapi, bahkan siap foto saat itu juga.

Aruna lalu mengambil alih kendali drone dari Juna dan langsung menangkap momen itu. Semantara Juna yang menyaksikan heningnya barisan menelan ludahnya. Tak ia sangka semudah itu usaha Aruna mengendalikan masa sebanyak ini. Hanya 10 detik, tidak lebih. Mungkin, mungkin itulah bedanya ia dan sahabatnya, Aruna. Sungguh karismatik, cerdas, cerdik dan solutif.

"Unbelievable," ucap Juna saat beberapa tangkapan layar sudah mulai Aruna simpan.

"Heh jangan bengong dong, closing gih! Jangan lupa bilang thank you!" ujar Aruna sambil berusaha menurunkan dronenya.

Cepat-cepat Juna menggelengkan kepala, "no no no! Lo aja! Lo yang mulai lo harus akhiri dong," tolak Juna. Pasalnya tadi Aruna sudah memulai dengan ancaman, jadi Aruna harus menyelesaikan ide solusinya. Ia tidak punya ide apapun saking terkejutnya dengan hasil ide Aruna.

"Hm! Dasar lo," Aruna lalu merebut pengeras suara dan langsung berdiri lagi di atas panggung.

"Okay! We're done! Semua barisan sangat rapi dan perfect! Thank you everyone!" teriak Aruna.

Gemuruh tepuk tangan mendadak menggema, semua wajah tegang mendadak puas dan berteriak gembira. Beberapa anak sambil tos-tosan dan menari. Yang paling lega adalah wajah para koordinator barisan yang terbebas dari kemungkinan denda 500 ribu. Dan diantara para wajah-wajah korodinator barisan yang lega itu, seorang gadis dengan kuncir kuda yang tinggi memegangi dada saking senangnya.

"Kana! Haha segitu leganya lo ga ditarik 500 ribu!" kata seorang gadis yang menghampir gadis kuncir kuda.

Kana menoleh lalu tersenyum, "Mega, jangankan 500 ribu. 10 ribu aja gak sudi gue keluarkan hanya untuk denda es doger itu! Udah gue cape jadi koordinator gratis, malah di denda atas kesalahan yang bukan gue kontribusi. Ah, rupanya dewi keberuntungan berpihak pada gue hari ini!"

"Eh, tapi hebat juga ya kakak tadi. Siapa sih namanya, penasaran gue! Sekejap mata ngatur barisan gitu! Uh, gagah dan karismatik banget dah! Lumayan, agenda hari ini jadi bisa cepat pulang. Bisa maraton drama korea nih gue!" ucap Mega dengan gemas.

"Dih, jadi lo senang karena apa ini? Kakak ganteng, bisa cepat pulang atau nonton drama koreanya?" tanya Kana sambil mencibir geli.

"Semuanya, sih. Haha boleh ga? Tapi seriusan. Dari tadi di atur sama si gondrong itu susah banget rapinya. Sampai bosen gue, pegel kaki. Beda banget emang ya kalau orang ganteng dan karismatik turun tangan. Boom! Langsung selesai masalah!" sahut Mega lagi dengan mata berbinar-binar.

Meski ingin protes, tetapi Kana malah terkekeh melihat ekspresi Mega. "Iye dah, wajah ganteng dan cantik memang akan membantu lo menyelesaikan 50% permasalan dan kesulitan dalam hidup. Privilage dari tuhan! Sungguh tidak adil bagi yang tidak cantik dan ganteng!"

"Lah memang benar, kan? Makanya kita memang kudu cantik. Hihi, ayo nonton drama korea sambil skin care-an sama gue di kosan yuk!"

"Lah, ini mah namanya lo yang punya agenda terselubung!"

Mega terkikik mendengarkan jawaban Kana. "Ya sudah, yuk bubar, pulang."

Kana menggeleng, "gue harus balikin perangkat ini ke panitia," ucap Kana. Tangannya menunjuk sebuah troley yang berisi tumpukan karton berwarna yang tadi digunakan para mahasiswa baru saat membentuk barisan untuk di foto dari drone.

Mega mengangguk, "mau gue temenin?"

"Gakpapa, gue aja. Cuma anter ke ruangan samping panggung kok!" tolak Kana.

Sepeninggal Mega, Kana berjalan menuju ruangan samping panggung. Area itu entah kenapa mendadak sepi. Kana menoleh kanan kiri ingin memastikan mengapa dan lalu langsung mendapatkan jawabannya. Ya, para senior panitia sudah membubarkan diri dan langsung hunting nomor ponsel para mahasiswa baru. Ah, ada-ada saja, pikir Kana. Dan lagi, untung dia punya agenda seperti ini, bisa terhindar dari kemacetan akses keluar lapangan.

Langkah Kana berhenti saat melihat pintu ruangan samping panggung tertutup, meski tidak terkunci. Kana berdehem sedikit. "Ehem, permisi! Kak, mau balikin properti kartonnya!"

"Oh, iya!" sahut suara dari dalam.

Cuaca yang saking teriknya di akhir pagi itu telah membawa awan tebal beserta udara sejuk. Membuat angin sepoi-sepoi bertiup saat sebuah pintu ruangan disamping panggung terbuka. Sebuah tangan putih mencuat dari sisi dalam pintu, membuka perlahan dan menunjukkan sosok di balik pintu itu.

Dia, Aruna.

Angin sejuk yang berhembus itu meniup jahil rambut poninya, membuatnya harus menata kembali potongan poninya itu agar tak mengahalangi pandangan. Selepas helaian rambut itu ia singkirkan, matanya seolah kaku tak bergerak, menatap sosok gadis dengan kuncir tinggi dibelakang sebuah troli.

Aruna tidak tahu kenapa tubuhnya bereaksi seperti ini. Tapi ia bisa mendengar degup jantungnya sendiri. Dan di sela hembusan angin sejuk yang tak menghantarkan oksigen pada paru-parunya. Otak bahkan telinganya mendadak berhenti bekerja layaknya seorang yang idiot dan tuli.

"Kak? Maaf. Kak?" Kana sampai harus maju beberapa langkah, memastikan suaranya terdengar jelas. Tetapi mendadak langkahnya terhenti saat jarak sudah semakin jelas menunjukkan sosok yang berdiri di pintu. Membuat Kana menelan ludah dan mengigit bibirnya yang kering.

"Oh, Hai, Halo! Maaf, dengan siapa?"

"Eh. Err, Saya Kana. Ini, mau balikin properti barisan tadi."

"Maba?" Aruna bertanya sambil memaksakan kakinya melangkah mendekat.

"Iya, Kak."

"Namanya siapa?" tangan Aruna terulur, meski ia bersusah payah menahan rasa gemetar yang menggelitik, yang menjalar dari dada hingga ke jemarinya.

"Kana," sahut Kana dengan suara yang mendadak memelan tanpa bisa ia kendalikan. Ia perlahan menjabat tangan putih yang terulur didepannya. Tangan itu outih dan dingin, seperti salju.

"Kana siapa?"

"Kana Nada Praya," ucap Kana sambil terus menahan nafasnya.

"Aku Aruna, salam kenal," Aruna memaksa senyumnya terukir. Aneh, sungguh aneh. Biasanya senyum andalannya akan sangat alami bisa ia kendalikan. Kali ini sulit sekali. Gadis didepannya sungguh punya daya tarik yang luar biasa. Melumpuhkan sistem syaraf tubuhnya. Aruna ingin sekali menyangkal apa yang ia rasakan sekarang, tetapi ia tak punya kendali atas hormon yang mendadak meledak di dalam perut dan dadanya.

Gadis bernama Kana itu mengangguk meski sedikit tertunduk. Entah, mungkin ia malu, atau merasa aneh melihat pria tertegun seperti orang bodoh dihadapannya. Cepat-cepat Aruna menyadarkan dirinya dan berusaha mengendalikan suasana. Alih-alih mengucapkan terimakasih dan mempersilahkan adik junir dihadapannya itu pergi, pertanyaan lain malah meluncur keluar dari mulut Aruna.

"Kamu pasti cape ya ngikutin kegiatan hari ini? Jadi koordinator, kan?" tanya Aruna sambil menunggukkan sebuah pita kuning yang ada di bahu Kana.

Belum sempat Kana menjawab, Aruna sudah melontarkan sebuah ajakan.

"Sini aku bantu simpan trolinya. Kita nge-es doger yuk! Aku juga cape dan haus banget," ucap Aruna sambil mengambil alih troli yang ada di depan Kana.

Kana menelan ludahnya yang sudah sedari tadi kering. Apakah Tuhan atau Dewi keberuntungan memang sangat berpihak padanya hari ini? Sudah lepas dari kemungkinan kerugian 500 ribu, ia malah di traktir es doger sama si pembuat peraturan hari ini. Terlebih lagi, sosok si pembuat aturan yang mengesankan itu ternyata sangat-sangat tampan dan rupawan. Tubuhnya tegap dan tinggi, berkulit putih, dan punya lesung pipi yang dalam di kedua sisi wajahnya. Ah, namanya Aruna.

Cepat-cepat Kana menggelengkan kepala, berusaha menyadarkan diri dari pikirannya yang sedang dipenuhi kupu-kupu transparan yang entah datang darimana.

Aruna sudah keluar dari ruangan dan terlihat seolah mengunci pintu. Ia lalu dengan senyumnya mengajak adik junior itu dengan nada yang menyenangkan. "Ayo!"

***

 

 

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩͩFajar¹

🍭ͪ ͩͩFajar¹

lanjuutt

2021-02-26

1

🌼rindu🌼

🌼rindu🌼

next...

2021-01-23

0

Erna Sujan

Erna Sujan

pasti ada alasan kenapa Aruna ninggalin Kana, tapi kok ya tragis banget, udh hamil pula ditinggalin saat ujan deras depan gerbang, keguguran pula 🥺

ditunggu up selanjutnya kak 💕💕💕

2021-01-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!