Maaf ya guyyss telat up nya.
Selamat membaca....
"Sini kalo mau aku peluk."
Stella merentangkan tangannya membiarkan Daniel memeluknya.
Entah kenapa Wajah Daniel menjadi merah bersemu.
Saat ia sudah dalam dekapan Stella, Ada rasa nyaman disana.
Stella memeluk Daniel dengan tulus, Tidak perduli bagaimana perasaan Daniel padanya saat ini, Ia hanya berusaha menikmati hidup barunya sebagai seorang istri.
"Terimakasih, untuk pelukannya." Daniel melepas dekapannya pada Stella, dan bangkit dari tempat tidur.
Stella menahan Tangan Daniel.
"Kenapa kamu pergi mas? Apa aku begitu tidak layak untuk menjadi seorang istri yang sesungguhnya?"
Daniel duduk di sisi ranjang dan terdiam.
"Berikan aku sedikit tempat fi hatimu Mas. Dan Biarkan aku menjadi istrimu yang sesungguhnya."Ujar Stella memeluk punggung Daniel.
"Berikan Aku waktu untuk itu."Jawab Daniel.
"Baiklah, Aku akan menunggu untuk itu."Stella kembali melepas dekapannya.
"Tidurlah. Besok kamu kan harus menemani Mama di rumah sakit."Ucap Daniel mengusap kepala Stella.
Daniel pun beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju Sofa untuk tidur di sana.
Stella kembali membaringkan diri.
Di tatapnya Daniel yang sedang berbaring di sofa yang ada di dekat ranjang.
Pagi hari....
Daniel perlahan membuka matanya yang terasa sangat berat.
Semalaman Daniel kesulitan untuk tidur karena karus berusaha menahan hasrat yang sebenarnya sudah memuncak.
Daniel melirik ke arah ranjang, ranjang sudah dalam keadaan rapi tidak ada siapapun di sana, hanya ada sepasang pakaian kantor milik Daniel, yang di sediakan oleh Stella.
'Kemana Stella?' Tannya-nya dalam hati.
'Mungkin saja dia sedang di kamar mandi!' Daniel menebak.
Daniel pun berjalan menuju kamar mandi, tapi Stella pun tidak ada di sana.
'Kemana dia? apa dia marah karena kejadian semalam?'
Hati Daniel mulai di hinggapi rasa bersalah.
Daniel bergegas untuk mandi, dan berniat segera mencari Stella.
Daniel sudah rapi dan tampan, Dengan pakaian kantor yang di siapkan Stella.
'Ternyata dia sangat handal untuk urusan fashion' Batin Daniel saat ia melihat pantulan dirinya dalam cermin.
Daniel tak membuang waktu, ia langsung bergegas turun untuk mencari Stella.
"Bi lihat istri saya tidak?" Tanya Daniel tergesa-gesa.
"Nona Stella ada di dapur Mas." Jawab Bi Imas.
Daniel menghembuskan nafas panjang, karena merasa lega.
Ternyata Stella tidak pergi dari rumah.
Daniel Berjalan ke dapur untuk sekedar memastikan apakah Stella benar ada di sana?
Dan benar saja Stella sedang membantu seorang Bibi memasak.
Daniel mengendap-ngendap dan mengambil jarak cukup jauh untuk memperhatikan Stella, yang sedang berkutat di dapur.
Daniel tidak ingin Stella mengetahui apa yang sedang di lakukannya saat ini.
'Yatuhan ternyata perempuan yang saat ini menjadi istriku sangat cantik.' Batin Daniel.
Daniel tak berkedip, seperti tersihir oleh pesona Stella.
Stella terlihat menawan Walaupun hanya mengenakan T-shirt polos dan celana jeans.
"Kamu ngapain di sini Mas?" Ucap Stella yang mendapati Daniel sedang menatapnya.
"Hah, ng-ngga. Aku cuma mau ambil air minum di dapur." Jawab Daniel gugup.
" Di meja makan juga ada air minum Mas, kenapa harus ke dapur?"
Daniel langsung pergi menuju kulkas yang ada di dapur dan mengambil sebotol air.
Demi berkilah dari Stella Daniel menenggak segelas air dingin sampai tandas walaupun saat ini dirinya sedang tidak haus.
Stella mengernyitkan dahi melihat kelakuan Daniel.
"Sarapan dulu Mas!" Ucap Stella, pada Daniel yang kini duduk di kursi meja makan.
Stella menyiapkan makanan untuk di bawanya ka rumah sakit.
"Tapi ini sudah terlalu siang. Belum lagi aku harus nganter kamu ke rumah sakit." jawab Daniel.
"Yasudah kalo gitu aku bawain bekal aja."
"Ngga usah repot-repot aku bisa sarapan di kantor."
Stella tidak mengindahkan larangan Daniel, ia tetap memasukan nasi goreng yang tadi dibuatnya kedalam launch box.
"Ayo" Ajak Stella setelah selesai menyiapkan semuanya.
Stella membawa tuperware tiga susun di tangan kirinya dan satu launch box di tangan kanannya.
Daniel membukakan pintu mobil untuk stella, karena melihat tangan Stella penuh dengan bawaan.
"Terimakasih" Ucap Stella.
Daniel segera megemudikan mobilnya untuk ke rumah sakit.
"Mas kamu sarapan dulu, biar aku suapi."Stella menyodorkan sesendok nasi goreng di depan mulut Daniel.
"Ti- tidak usah. Biar aku makan sendiri aja"
"Kamu kan lagi nyetir Mas."
"Kalo gitu Aku makan di kantor aja"
"Kamu pasti langsung sibuk Mas kalo udah sampe di kantor." Stella memaksa untuk tetap menyuapi Daniel.
Daniel pun pasrah dan melahap makanan yang di sodorkan Stella.
Wajah Daniel Kembali bersemu karena mendapat perhatian dari Stella.
Dia tidak pernah di suapi siapapun sebelumnya.
Bahkan Shanum pun belum pernah meyuapinya seperti ini, kecuali disaat dirinya sedang sakit.
"Sudah cukup. Aku sudah kenyang." Ucap Daniel setelah menghabiskan setengah porsi yang di bawa Stella.
Stella pun menyodorkan botol Air mineral di depan mulut Daniel.
Daniel Menjadi salah tingkah, karena di perlakukan seperti anak Tk.
"Kamu sendiri tidak sarapan?" Tanya Daniel
"Nanti saja di rumah sakit" Jawab Stella
"Kamu jangan lupa makan, dan jangan terlalu lelah, Jaga kesehatan" Ucap Daniel.
Kali ini Stella yang di buat tersipu.
Di Rumah Sakit....
Stella dan Daniel langsung menuju ruangan Leo.
"Kalian udah datang" Ucap Mama Sovia yang melihat kedatangan Daniel dan Stella.
"Iya Mam, ini aku bawain makanan dari rumah." Jawab Stella Meletakan Rantang tuperware yang dibawanya di atas meja.
"Terimakasih Sayang." Jawab Mama Sovia senang.
"Gimana keadaanmu?" Tanya Daniel pada Leo.
"Sudah lumayan membaik Bang, Bahkan sore ini sudah di bolehkan pulang." Jawab Leo.
"Oh, Jadi sore ini kamu akan pulang?"
"Iya Bang."
"Kali gitu nanti sore aku langsung pulang ke rumah."
"Iya Niel, nanti sore kamu langsung pulang aja. Biar Stella pulang bareng Mama sama Leo." Sambung Mama Sovia.
"Kalo gitu daniel berangkat dulu."Pamit Daniel
Daniel pun pergi ke kantornya.
"Sebaiknya Mama makan dulu, Selagi makanannya hangat"
"Iya. Selagi Mama makan, Apa Mama boleh minta tolong?"
"Minta tolong apa Mam?"
"Tolong suapi Leo, Leo belum bisa makan sendiri karena tangannya masih sakit"
Deg...
Dada Stella mendadak bergemuruh.
"Su-suapi Leo Mam?"Ucap Stella lirih.
"Iya sayang. Tidak apa-apa kan?"
"I-iya Mam,tidak apa-apa." jawab Stella ragu.
Sebenarnya Stella ingin menolak karena tidak ingin menjalin terlalu banyak kontak dengan Leo.
Stella pun menuangkan makanan yang di bawanya kedalan piring dan di bawanya menuju Leo.
Stella duduk di sisi ranjang tempat Leo berbaring.
Jantung Stella berdebar, saat wajahnya berhadapan dengan wajah Leo.
Bagaimanapun sisa cinta untuk Leo masih tersimpan di hatinya, walaupun dengan sekuat tenaga Stella berusaha menguburnya.
Kenangan Perjalanan indah selama lima tahun tidak mudah untuk di lupakan dalam waktu singkat.
Stella mencoba menenangkan hatinya, Ia meletakan piring di ranjang dan menyuapi Leo.
Di suapan kedua, Leo Menggenggam tangan Stella dengan tangannya yang terluka, karena tangan sebelahnya terpasang jarum infus.
Stella terkejut dengan apa yang di lakukan Leo.
"Lepaskan" ucap Stella pelan.
Leo tak menghiraukan ucapan Stella, dan terus menggenggam jemari Stella.
"Lepaskan Aku!"Ulang Stella tapi Kali ini dengan nada lebih mengancam.
Leo meletakkan jari telunjuk di bibirnya, Agar Stella tidak terus bersuara, karena ada Nama Sovia disana.
Stella terus betontak, berusaha melepaskan genggaman tangan Leo dari tanggannya.
Tapi Leo semakin mengeratkan genggamannya pada tanggan Stella.
Wajah Leo sedikit meringis, seperti seorang yang sedang menahan sakit.
"Biarkan aku menggenggam tanganmu. Aku sangat mencintaimu."Ucap Leo
Stella berhenti memberontak saat melihat perban di tangan Leo mengeluarkan darah segar.
"Ta-tanganmu berdarah." Ucap Stella kaget.
"Biarkan saja. Untuk saat ini biarkan aku menggenggam tanganmu, karena aku merindukanmu."
Stella hendak bangkit untuk memanggil dokter untuk mengobati tangan Leo.
Tapi Leo menahannya, Leo semakin mengeratkan genggamannya, yang membuat semakin banyak darah yang keluar dari lukannya yang di perban.
"Duduklah. Dan lanjutkan menyuapiku" Suruh Leo.
Dengan perasaan tidak karuan Stella terus menyuapi Leo, dan membiarkan Leo menggenggam Tangannya.
Tangan Stella bergetar saat mendapati darah yang terus mengucur di tangan Leo.
"Mam! Mama!" Stella berteriak karena sudah tidak tahan dengan kelakuan nekat Leo.
"Ada apa Sayang!" Jawab Mama Sovia yang langsung keluar dari toilet saat mendengar teriakan Stella.
"Ta-tangan Leo berdarah Mam!" Jawab Stella panik.
"Berdarah! tapi kenapa?" Mama Sovia pun ikut panik.
Stella beberapa kali menekan tombol yang ada di sisi atas ranjang untuk memanggil dokter.
"Kenapa tanganmu berdarah lagi Lee?" Tanya Mama Sovia panik.
"Ngga apa-apa Mam, mungkin karena Leo terlalu banyak bergerak jadi jahitan lukanya sedikit terkoyak." jawab Leo dengan wajah memucat.
Tak lama dokter pun datang, dan membuka perban Leo untuk kembali mengobati luka di tangan Leo.
Di sofa Stella menangis tersedu, Ia begitu syok dengan kejadian tadi.
Stella tidak mengerti dengan Leo.
Kenapa Leo mengatakan kalau di sangat mencintainya. kalau dia sendiri yang menghianati cinta mereka.
Bersambung....
Jangan lupa Like, Vote dan Komentar.
Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Mawar berduri
oalah leo sedihnya dirimu...stella jg dilema hrs memilih yg mana...pasti ada yg terluka krn daniel sdh mrasa nyaman dgn stella.
2021-12-13
0
Rizky Sya'if Maulana
visual Leo mana kak thor
2021-07-29
0
금
Marah boleh nekat jangan, gt kan jadinya
2021-05-02
1