FLASH BACK ON
Stella membiarkan seorang ahli make-up merias wajahnya, ia pun melihat pantulan dirinya yang sudah lengkap dengan pakaian rapi.
Tapi samar-samar terdengar suara orang sedang berdebat pelik.
"Mbak, tunggu sebentar ya, Aku keluar dulu." Ucap Stella pada sang ahli make-up.
Stella keluar dari kamarnya dan menghampiri orang tuanya yang sedang berdebat.
Bosan rasanya melihat pemandangan seperti ini.
Mungkin itulah yang terbersit dalam benak Stella.
"Momy, Dady. Ada apa. Ayolah! jangan bertengkar terus ?"Ucap Stella saat sudah berada di dekat Arman dan Ameera.
"Stella, lihatlah kelakuan ibumu. Putrinya akan di lamar dia malah akan pergi." Ujar Arman kecewa.
"Momy, apa Momy sangat sibuk? sampai Momy tidak bisa menghadiri acara lamaran Stella." Ucap Stella menahan perih di hatinya.
"Ya. Momy ada pertemuan penting hari ini." Jawab Ameera.
"Apa Momy tidak bisa menyempatkan waktu sebentar saja?" Stella terus berusaha membujuk.
"Tidak bisa, pertemuan ini sangat penting Stella.!" Bentak Ameera.
Stella terus berusaha sabar sambil menenangkan ayahnya yang sedang di sulut emosi.
"Momy, kenapa dalam hidup Momy aku tidak pernah di anggap penting.?"Ucap Stella yang sudah mulai meneteskan air mata.
"Karena kamu adalah kenangan buruk yang sejak lama ingin aku lupakan." Ucap Ameera sambil melangkah pergi meninggalkan Stella yang hanya berdiri mematung.
"Ameera!!!" Teriak Adrian.
Tapi Ameera tetap melenggang pergi, tidak menghiraukan teriakan Adrian.
Dengan emosi yang sudah tak terkendali, Adrian hendak mengejar Ameera.
Tapi Adrian mengurungkan niatnya karena dadanya tiba-tiba terasa sangat nyeri.
Adrian mencengkeram apa saja yang bisa di raihnya, rasa nyeri semakin terasa menusuk di dadanya hingga membuat Adrian tak mampu blagi untuk berdiri.
Adrian ambruk seketika.
Stella langsung panik saat melihat keadaan ayahnya.
"Dad, Dady. Dady kenapa?." Berulang kali Stella menepuk pipi Ayahnya sambil terus berusaha membangunkannya.
Beberapa pegawai datang menghampiri saat Stella berteriak meminta tolong.
Dengan sigap Stella membawa Adrian kerumah sakit.
Sepanjang perjalanan Stella terus berusaha membangunkan ayahnya, yang sudah tidak sadarkan diri.
Belum hilang ucapan Ameera dalam otaknya, kini hatinya dihantam rasa lara karena keadaan ayahnya.
"Pak lebih cepat lagi." Suruh Stella pada sang sopir.
Wajah yang semula telah di bubuhi riasan, kini sudah sembab dengan air mata.
Saat sampai di rumah Sakit Stella berteriak meminta tolong, agar segera ada yang menangani ayahnya.
Dokter pun langsung menangani Ayah Stella, beberapa alat di pakaikan pada tubuh Adrian.
Sementara Stella menunggu dengan perasaan yang sangat cemas.
"Nona Stella, pasien meminta anda untuk masuk." Setelah cukup lama menunggu, seorang dokter meminta Stella untuk masuk ke kamar rawat atas permintaan pak Adrian.
Tanpa banyak bicara Stella langsung memasuki ruangan tersebut.
"Dady" Ucap Stella lirih, saat melihat sang ayah terbaring lemas.
Stella duduk di sisi Adrian.
Di genggamnya tangan yang sudah mulai melemah.
Merasa ada yang menyentuhnya Adrian membuka mata.
"Dady." Ucap Stella tersenyum, melihat ayahnya membuka mata.
"Nak, minta calon suamimu untuk datang kemari. Ada yang ingin ayah bicarakan dengannya." Ucap pak Adrian dengan suara terbata-bata.
"No Dady, jangan pikirkan apa-apa dulu. Fokus saja sama kesehatan Dady."
"Tidak nak, ayah harus bertemu dengannya." Ucap pak Adrian lagi.
"Baiklah Dad."
Stella pun mengambil gawainya dan menghubungi Daniel.
Dengan suara gemetar menahan tangisan, Stella meminta Daniel untuk datang ke rumah Sakit.
"Sudah Dad,dia akan datang kesini." Ucap Stella.
Adrian kembali tersenyum.
"Tentang ucapan ibumu tadi.--,"
"Jangan membahas apapun Dad, saat ini kesehatan Dady yang terpenting." Ucap Stella memotong ucapan Adrian.
Jauh di dasar hati Stella ia sangat ingin mengetahui kenapa ibunya bersikap seperti itu, tapi saat ini kesembuhan ayahnya adalah yang terpenting baginya.
Adrian pun mengurungkan niatnya untuk menceritakan apa yang terjadi di antara dia dan Ameera di masa lalu.
Adrian memilih menatap lekat wajah putri malangnya itu.
"Kenapa Dady menatapku seperti itu.?"
"Dady takut kalau ini terakhir Dady melihatmu."
"No, Dady akan terus melihat ku, kita akan terus sama-sama. Sebaiknya sekarang Dady tidur saja" Pinta Stella.
"Baiklah." Jawab Adrian.
Adrian pun kembali memejamkan mata, Stella mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Adrian sambil terus menatap wajah pucat Ayahnya..
"Stella." Ucap seseorang yang baru datang.
"Daniel." Stella berhambur kedalam pelukan Daniel, kesedihan yang sejak tadi di tahannya tumpah dalam dekapan Daniel.
Sejak tadi Stella berusaha menyembunyikan kesedihannya dari Ayahnya.
Stella menarik tangan Daniel untuk mendekat pada ayahnya.
FLASH BACK OFF
Mama Sovia memeluk Stella yang kini sudah menjadi menantunya.
Walaupun pernikahan Stella dan Daniel belum sah secara hukum, Tapi mereka sudah mengucapkan janji suci pernikahan kepada sang pencipta.
Semuanya bersuka cita atas pernikahan yang baru saja di ikrarkan.
Tapi ada seseorang yang kini sedang duduk terkulai di sebuah kursi di depan ruangan itu.
Ya, Leo tak menyangka kalau kekasihnya yang bertahun-tahun di nantinya kini sudah menjadi Kaka iparnya.
Apa yang terjadi?
Kenapa Stella menikah dengan Daniel?
Itulah pertanyaan dalam benak Leo.
Lamunan Leo buyar saat mendengar suara jerit tangis Stella.
Leo kembali memasuki ruangan tersebut, dilihatnya Stella sedang menangis histeris sambil menguncang-guncang tubuh ayahnya.
"Mam," Leo bertanya pada Mama Sovia.
"Ayah Stella sudah pergi." Jawab Mama Sovia yang ikut bersedih.
Daniel memeluk Stella, mencoba menenangkan Stella yang masih histeris saat para perawat membawa jenazah ayahnya untuk bersiap di semayamkan.
"Sabar nak,kamu tidak sendirian, Kami sekarang keluarga kamu. Kami akan bersama kamu" Ucap Mama Sovia ikut menegangkan.
__________
Pemakaman pak Adrian sudah selesai di lakukan, Stella pun masih setia memeluk pusara sang Ayah.
"Ini sudah sore nak, sebaiknya kita pulang. Besok kamu bisa kesini lagi." Ucap Pak Pratama.
"Iya Sayang. Ayo kita pulang." Sambung Mama Sovia.
Dengan tubuh lemas Stella berusaha untuk bangun dari duduknya,
Daniel pun membantu Stella untuk bangkit, Daniel memapah Stella untuk menuju mobil.
Daniel dan Stella menumpangi mobil yang di kemudikan oleh Leo.
Sepanjang perjalanan Leo berkali kali melihat kaca spion yang ada di atasnya,
Pemandangan menyedihkan sekaligus menyakitkan tersedia di sana.
Pemandangan dimana Stella menangis dalam dekapan Daniel begitu terasa menyakitkan untuk Leo.
Leo berusaha menenangkan hatinya yang sejak tadi bergejolak.
Jangan lupa Tinggalkan like, vote dan komentarnya ya guyysss...
Terimakasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Suhartik Suhartik
pemandangan yang menyakitkan tapi sesuai dg kesalahan yang diperbuat
2021-08-20
0
Herdalia Lia
Makanya jng murahan jd laki-laki otong di umbar cm buat nafsu aja
2021-03-29
9
Siti Wulandari
mknya jaga siotong jngn main celap celup aj sekrg br tau dikhianatin
2021-03-26
3