Daniel sudah keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi, Daniel sengaja berangkat lebih pagi hari ini. Karena akan mengunjungi suatu tempat sebelum dia pergi ke kantor.
"Bi Irma, Kalau orang rumah nanyain, tolong bilangin Aku udah berangkat ke kantor." Ucap Daniel pada seorang wanita bertubuh gempal yang kini sedang menyirami tanaman kesayangan Mama Sovia.
"Baik. Nanti saya sampaikan."
Daniel pun memacu mobilnya meninggalkan halaman rumah.
Jalanan tidak terlalu padat, membuat Daniel sampai lebih cepat di tempat yang di tujunya.
Sebuah tempat yang sepi, tempat dimana manusia beristirahat setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya.
Dengan satu buket besar bunga mawar putih di tangannya,
Daniel berjalan menuju sebuah makam dimana Shanum istrinya beristirahat dengan tenang.
"Aku datang!" Ucap Daniel meletakkan bunga yang di bawanya di atas makam Shanum.
Dengan tubuh berjongkok, Daniel mengusap makam mendiang istrinya.
"Sebenarnya, Aku malu padamu. Karena aku tidak bisa menepati janjiku padamu, Janji untuk tidak pernah menggantikan posisimu sebagai istriku."
"Tapi bagaimana?, aku harus bertanggung jawab atas perbuatanku. Aku harus menikahi gadis itu, tapi tenang saja, walaupun aku akan menikah dengannya hatiku akan tetap utuh mencintaimu."
"Aku harap kamu mengerti, dan, mengijinkan aku untuk menikahi gadis itu."
Daniel terus saja berbicara, seolah Shanum dapat mendengar apapun yang di ucapkan-nya.
Hampir satu jam Daniel berada di pemakaman Shanum, Ia pun berdiri dan pergi meninggalkan makam Shanum dengan sebuah buket besar mawar putih yang menghiasi.
Daniel menghembuskan nafas panjang dan melajukan mobilnya untuk pergi meninggalkan pemakaman.
____________
Di dalam kamar Stella sedang sibuk memilih baju yang akan di pakainya untuk makan malam di rumah Daniel nanti malam.
Stella tidak pernah menyangka kalau orang tua Daniel akan memintanya untuk datang dan ikut makan malam bersama.
"Aku pakai yang mana?" Ucap Stella bingung.
"Aku harus berpenampilan cantik, aku berharap penghianatan itu ikut makan malam karena ingin tau bagaimana reaksinya saat tau kalau aku akan menikah dengan kakaknya?" Ucap Stella penuh kemenangan.
"Aku akan buktikan kalau aku tidak selemah itu, aku tidak akan menyia-nyiakan hidupku untuk meratapi kesedihanku karena penghianatan mu."Ujar Stella penuh kemarahan.
Malam hari....
"Aku akan menjemputmu, Di mana alamat rumahmu?" Sebuah pesan datang dari Daniel.
"Tidak usah di jemput, biar aku datang sendiri saja."
"Ini permintaan Mama-ku."
"Baiklah." Stella pun segera mengirim lokasi rumahnya.
Stella segera bersiap, memoles wajah dengan riasan sederhana dan tak lupa iapun mengoles lipstik berwarna pink di bibirnya.
Stella berdiri di depan cermin, dilihatnya pantulan dirinya.
"Ini sudah cukup." Ucap Stella mengomentari penampilannya.
Pukul 19:00 Daniel sudah tiba di rumahnya,
Stella pun segera turun menemui Daniel.
"Ayo." Ajak Stella.
"Apa aku tidak perlu berpamitan pada ayah ibumu?"
"Mereka tidak ada di rumah." Jawab Stella datar.
"Ohh." Jawab Daniel mengangguk.
Daniel pun membukakan pintu mobilnya untuk Stella.
Hhmmm... Ternyata Daniel juga sangat manis.
Tidak berbeda dengan.. Ah sudahlah, tidak ada gunanya aku membandingkan Daniel dengan penghianat itu.
"Kamu jangan risih ya kalau ayah ibuku banyak menggodamu." Ucap Daniel saat dalam perjalanan.
"Hah. Risih kenapa?"
"Iya kamu jangan kaget nanti."
"Iya, tenang aja. Aku cukup bisa menyesuaikan diri kok."
"Oh. Oke."
Mereka pun kembali saling terdiam.
Dalam keheningan ponsel Daniel berdering.
"Daniel kamu masih di kantor? Cepat pulang. Mama kan suruh kamu jemput calon istri kamu, kenapa belum pulang juga." Suara mama Sovia langsung terdengar nyaring dan tanpa jeda sampai membuat sakit telinga Daniel saat menerima panggilannya..
"Iya Mam, Daniel lagu di jalan."
"Kamu udah jemput calon istri kamu?"
"Udah Mam."
"Yasudah, Mama tunggu di rumah." Mama Sovia pun menutup telponnya.
"Ya ampun Mama, kenapa kalau ngomong ngga bisa pelan." Ucap Daniel mengusap telinganya yang terasa berdenging.
Stella sedikit tersenyum melihat Daniel dan ibunya berbicara di telepon.
Giliran Stella pun kembali memikirkan Leo.
"Tunggu kedatangan ku pria brengsek. Aku akan memberikan kejutan yang lebih menyakitkan untukmu " Ucap Stella dalam hatinya.
Kemarahan terlihat pada jemari Stella yang terkepal.
"Kenapa melamun? Ayo turun. Kita sudah sampai."Ujar Daniel mengagetkan Stella.
"Oh, sudah sampai ya."
Stella pun langsung turun dari mobil Daniel.
Stella pun berjalan berdampingan dengan Daniel memasuki rumah.
"Waahh!!!!, calon istrimu masih muda sekali, cantik banget lagi. Ya ampun Daniel dimana sih pertama kalian ketemu." Baru sampai di dalam rumah, Stella terkejut saat seorang wanita paruh baya menghampirinya dan mencubit cubit pipinya dengan gemas.
Wanita yang di panggil mama oleh Daniel tak henti memuji sambil mengusap-usap wajah halus Stella.
Stella menoleh ke arah Daniel yang berdiri di samping.
Daniel pun seolah tau kalau Stella sedang meminta tolong padanya.
"Mam, nangis ntar itu anak orang di cubit- cubit gitu."
"Haha, maaf ya sayang. Abis Mama suka kulit wajah kamu halus banget." Ucap mama Sovia sambil tertawa-tawa.
Stella hanya bisa tersenyum melihat perlakuan mama Sovia.
"Ayo, kita masuk. Biarkan Daniel membersihkan dirinya dulu."Ajak Mama Sovia.
"Sayang, kamu mau tidak temenin Mama di dapur, Soalnya mama belum selesai memasak. Mama sengaja memasak sendiri karena mama mau masak spesial buat calon menantu Mama." Ucap mama Sovia.
"Boleh Tante." Jawab Stella.
"Jangan panggil Tante, Panggil saja Mama. Kamu kan sebentar lagi akan jadi menantu Mama. Itu berarti kamu udah jadi anak mama juga." Ucap Mama Sovia sambil menggandeng Stella menuju dapur.
Stella tertegun saat mendengar mama Sovia menyuruhnya memanggil dengan sebutan Mama.
Terbersit rasa sedih di hatinya.
Ameera Yanng ibu kandungnya sendiri tidak pernah berlaku se akrab ini padanya.
"Stella apa kamu bisa masak nak?" Tanya Mama Sovia saat sudah di dapur.
"Bi-bisa Tante, tapi belum terlalu ahli."Jawab Stella ragu-ragu.
'Untung saja Kin sering mengajariku memasak. Jadi setidaknya aku bisa mengenal macam-macam jenis bumbu, jadi tidak malu kalau mama Sovia menyuruhku untuk mengambil jenis bumbu.' Ucap Stella dalam hatinya.
(Untuk yang pengen tau Kin itu siapa? silahkan baca karyaku yang pertama ya, cerita Kin ada di musim kedua di sana.)
"Waah, Daniel pintar sekali mencari calon istri seperti kamu. Udah cantik, bisa masak lagi." Puji Mama Sovia.
"Ah, Tan--, eh Mama terlalu berlebih-lebihan, Aku belum terlalu ahli cuma baru bisa bikin beberapa menu masakan aja."Jawab Stella.
Sedari tadi Stella mengedarkan pandangannya sesekali, untuk mencari seseorang.
Ia berharap untuk bertemu Leo, Selain untuk balas menyakiti hatinya, Stella pun tak bisa memungkiri kalau cinta di hatinya masih teguh berdiri, walaupun saat ini cintanya sedang di selimuti dengan api kebencian.
Jangan lupa like komen dan Votenya yaa...
Terimakasih.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Suhartik Suhartik
semangat balas dendam stela
2021-08-20
0
Teresia Wati
Ga suka sama Leo.. suka pergi sama temen cew nya walaupun dia bil cm cinta sama Stella..
2021-07-19
0
Nurul Izzati
ceritanya bagus banget
keren..
ceweknya gak lemah dan gampang di tindas💛
2021-05-28
2