Daniel duduk bersandar di kursi kerjanya, Mimpi yang di alaminya semalam melekat dalam pikirannya.
"Haruskah aku menikahi gadis itu?" Tanya-nya dalam hati.
"Tapi, itu tidak mungkin. Aku sudah berjanji pada diriku tidak akan menggantikan posisi Shanum dengan wanita manapun. Lagi pula aku tidak mengenalnya, bisa saja dia seorang penipu yang hanya ingin mendapatkan uang.!"
"Kalau seandainya dia hanya menginginkan uang kenapa dia menolak saat aku menawarkannya uang, bahkan aku menawari untuk meminta uang berapapun yang dia mau,"
Pikiran Daniel saat ini di penuhi dengan Stella.
Entah mendapat dorongan dari mana Daniel menyambar ponselnya yang tergeletak di meja, Daniel segera mencari secarik kertas yang di berikan Stella.
Daniel mengetik satu persatu nomor Stella di ponselnya lalu melakukan panggilan.
Beberapa kali Daniel melakukan panggilan, Tapi Stella tak kunjung menerima panggilan darinya.,
Hingga di panggilan berikutnya Stella baru menerima panggilan dari Daniel.
__________
Seperti hari kemarin Stella masih betah menyendiri di kamarnya, tapi kali ini Stella sudah mulai mengemasi barang-barangnya untuk di bawa kembali ke Australia.
Stella lebih memilih untuk melupakan semuanya, dan memulai kehidupan baru di sana, setidaknya disana dia tidak akan sendirian seperti ini.
Apalagi yang di harapkan.
Kekasihnya berhianat, kehormatannya hilang.
Bahkan rencananya untuk membalas dendam harus di lupakan karena Daniel tak kunjung menghubunginya.
Satu persatu barang-barangnya sudah masuk kedalam koper.
Tangannya pun terhenti saat ponselnya bergetar.
Nomor tanpa nama, tertera di sana.
dengan cepat Stella segera menekan tanda hijau.
Stella masih berharap Daniel lah yang menghubunginya.
"Halo" Ucap Stella
"Sayang ini aku Leo, kamu kemana saja?. kenapa--.."
Belum sempat Leo menyelesaikan ucapannya Stella langsung menutup panggilannya.
Dengan segera Stella pun langsung memblokir nomor yang tadi di gunakan Leo memanggilnya.
Stella tidak ingin lagi berbicara dengan Leo.
Dan mengingat-ingat lagi segala hal tentang Leo, meskipun banyak hal manis yang mereka lalui bersama.
Stella menutup kopernya setelah semua barang-barang yang akan di bawanya sudah tersusun rapi di dalam koper.
Setelah selesai berkemas, Stella berjalan gontai menuju kamar kedua orang tuanya.
Stella berniat untuk memberitahu bahwa dia akan kembali ke Australia.
karena hari masih pagi keduanya masih berada di rumah.
Stella mendengar suara keributan di dalam kamar ibunya.
Memang bukan hal yang aneh melihat kedua orang tuanya bertengkar.
Itu sering terjadi sejak Stella masih kecil.
Stella berdiri di dekat pintu untuk menunggu perdebatan keduanya mereda, baru dia akan masuk.
Pintu yang tidak tertutup sempurna membuat Stella bisa melihat kalau Adrian dan Ameera sedang beradu argument.
Tapi Stella tertegun saat mendengar apa yang di ucapkan keduanya.
"Ameera, aku mohon beri perhatian untuk Stella sedikit saja. Aku merasa dirinya Saat ini sedang dalam masalah." Ucap Adrian pada Ameera.
"Adrian ayolah!. Aku tidak ada waktu untuk itu.
Kamu urus saja putrimu sendiri." Jawab Ameera tidak perduli.
"Jaga ucapanmu Ameera!" Bentak Adrian.
"Punya hak apa kau meneriaki ku! Seharusnya kamu banyak berterima kasih padaku, Aku sudah meminjamkan nama besar keluarga Jackson untuk putrimu, bahkan dia tidak pernah kekurangan apapun karena aku sudah memfasilitasi segalanya," ucap Ameera dengan nada yang tidak kalah tinggi.
Lutut Stella terasa lemas saat mendengar ucapan Ameera.
Apa maksudnya?
Apakah Ameera bukan ibunya?
Kalau begitu, pantas saja Ameera tidak begitu perduli padanya.
Stella mengurungkan niatnya untuk menemui Ameera dan Adrian ayahnya.
Stella memilih kembali ke kamarnya, dengan Air mata yang sudah mengucur deras di pipinya.
Stella merasa semakin rapuh.
Sang pencipta sedang memberikan begitu banyak kejutan padanya.
Stella menangis bersandar di dinding kamarnya.
Dua masalah sedang ia hadapi, masalah baru pun datang semakin menyakiti.
Stella membiarkan air mata mengalir di pipinya dengan bebas.
Sejak kemarin ia mencoba untuk tegar, tapi tetap saja ia begitu rapuh untuk menghadapi semuanya sendiri.
Setidaknya Dia butuh tempat untuk hanya sekedar meringankan bebannya.
Stella mengusap pipinya yang basah.
Stella mengambil ponselnya yang sejak tadi terus berdering.
Stella termenung sejenak, takut kalau yang menghubunginya adalah Leo.
Dengan ragu Stella menekan ponselnya, dan menerima panggilan itu dengan sisa-sisa tangisannya.
" Ini aku,"Suara bariton seorang pria.
"Ya." Jawab Stella dengan suara serak menahan tangisannya
Stella merasa lega karena yang menelponnya kali ini bukan Leo.
"Apa kamu sedang menangis?" Ucap pria di sebrang sana.
"Hah, Ti-tidak." Jawab Stella mengelak.
"Temui aku di PA-SO-LA restoran sekarang!" Ucap pria itu lagi.
"Ba-baiklah, aku akan segera kesana."
Pria itu pun langsung menutup panggilannya.
Stella melemparkan ponselnya di atas kasur, ia segera mencuci wajahnya yang sembab.
dan berganti pakaian.
Stella segera menuju restoran yang di maksud Daniel.
Sebuah restoran mewah yang berada di Ritz Carlton Jakarta.
Restoran ini cukup terkenal untuk orang-orang kalangan atas, bukan hanya karena makanannya yang di hidangkan dengan penyajian mewah, tapi nuansa yang di miliki restoran ini pun sangat mewah bak istana.
Stella bergegas dan memacu mobilnya.
Lima belas menit melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, Stella sudah sampai depan gedung yang di maksud.
Stella memasuki restoran tersebut, dia mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Daniel.
Seorang pria yang dia cari akhirnya di temukan.
Stella sedikit tertegun saat melihat Daniel, penampilan Daniel sangat berbeda.
Walaupun sebelumnya Stella pernah bertemu dengan Daniel, tapi Stella tidak pernah melihat Daniel berdandan se formal ini.
Terlebih saat melihat Daniel di rumah sakit jiwa, waktu itu.
Stella berjalan menghampiri Daniel.
"Maaf membuat anda menunggu" Ucap Stella menunduk.
Stella berusaha menyembunyikan wajah sembabnya.
"Duduklah."Suruh Daniel menepuk kursi yang ada di sampingnya
Stella menurut tanpa berkata.
Stella sangat menunggu keputusan dari Daniel, Walaupun tidak banyak harapan kalau Daniel bersedia menikahinya.
"Kamu mau pesan apa? Ini sudah waktunya jam makan siang. Jadi sekalian saja."
"Tidak usah, aku tidak lapar. Kamu pesan saja untukmu sendiri." Jawab Stella.
Daniel pun memanggil pelayan dan memesan makanan.
makanan yang di pesan mulai di antar satu persatu, ternyata Daniel tidak hanya memesan satu menu makanan, lebih dari empat menu kini sudah tertata rapi di meja.
"Apa dia makan sebanyak ini?" Tanya Stella, tentu saja di dalam hatinya.
"Kenapa cuma nonton, ayo makan." Ujar Daniel.
"Tapi aku tidak lapar."
"Badan kamu kelihatan jauh lebih kurus dari pertama kita bertemu. Apa kamu sakit?"
Stella memperhatikan kembali tubuhnya, ternyata benar, tubuhnya lebih kurus.
Karena mengalami patah hati ia sampai lupa pada dirinya sendiri.
"Ayo cepat makanlah, tenang saja, aku akan menikahimu." Ucap Daniel santai sambil terus mengunyah makanannya.
"Benarkah? Kamu benar benar akan menikahiku?" Ucap Stella Sambil menarik tangan Daniel dengan antusias, sehingga sendok yang di pegang Daniel sampai jatuh.
Beberapa pasang mata melirik ke arah mereka.
"Jangan berlebihan seperti itu." Ucap Daniel mencoba melepaskan tangan Stella yang mendekap tangannya.
"Maaf," Stella pun menarik kembali tangannya.
"Jangan terlalu berharap banyak dengan pernikahan kita nanti. Aku hanya melakukan tugasku untuk bertanggung jawab atas perbuatanku. tidak lebih."
"Itu sudah cukup buatku." jawab Stella.
"Siapa namamu? Bukankah nanti aku akan menyebutnya dalam ijab pernikahan."
"STELLA FRANSISKA JACKSON" Jawab Stella pelan.
Daniel cukup tercengang mendengar nama panjang Stella.
Dari namanya Daniel bisa menebak kalau Stella adalah keturunan orang berada.
"Aku Daniel, DANIEL PRATAMA" Ucap Daniel mengatakan nama lengkapnya.
Stella hanya mengangguk, sebenarnya ia sudah tau itu.
"Untuk kedatangan keluargaku kerumahmu nanti akan aku kabari lagi." Ucap Daniel setelah menyelesaikan makannya.
"Baiklah. Aku tunggu kabar darimu."
_________
Hari ini Leo mengambil cuti dari rumah sakit, Leo ingin fokus mencari Stella, ia sedang berusaha menghubungi Stella melalui semua media sosial yang Stella punya.
Leo sampai harus membuat Acoun palsu hanya demi mencari tau apa yang terjadi, sampai-sampai Stella memblokir semua media sosial Leo.
Leo pun membeli nomor ponsel baru, agar dirinya bisa menghubungi Stella.
Semua nomor-nomor yang di milikinya sudah tidak dapat menghubungi Stella.
Leo segera menghubungi Stella dengan nomor yang baru di pasang-nya.
Panggilan pun terhubung.
Dan di Jawab.
Leo tak membuang waktu, ia langsung berbicara pada Stella.
"Sayang, ini aku Leo. Kenapa kamu --.." Belum sempat Leo menyelesaikan ucapannya Stella langsung menutup teleponnya.
"Arrgghh"
Leo melemparkan ponselnya sampai hancur berkeping keping.
"Ada apa dengannya, Kenapa tiba-tiba seperti ini?" ujar Leo frustasi.
__________
Jangan lupa kasih like dan Votenya yaa..
Komentarnya juga jangan lupa ya.
Terimakasih.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Sopi
daniel sembuh ntar leos yg depresi😁dunia terbalik🤭
2022-07-23
0
Rena Agustina
beho amat baru jd kekasih sesetres itu ceroboh banget sih kamu
2022-01-25
0
Suhartik Suhartik
miris banget kisah Leo dan stela.... penghianatan yg menyakitkan....
2021-08-20
0