Di dalam mobil kedua orang itu hanya saling diam, Arana tidak berani mengeluarkan satu kata pun dia hanya terdiam sambil sesekali melirik pada pria yang sedang fokus mengemudi.
Harajuna yang fokus menyetir mobilnya, dia mengedarkan matanya ke arah luar sambil mencari restoran atau tempat makan yang masih buka. Jelas saja sangat sulit mencari restoran yang masih buka tengah malam begini.
"Kamu mau makan apa?" suara pria itu tiba-tiba terdengar di sana.
Arana tersentak kaget dan langsung menoleh ke arah si pemilik suara. "Aku tidak tau, lagian kenapa kita tidak kembali ke dalam hotel saja, aku menyimpan camilan di dalam kamarku."
"Memangnya kamu mau mengajak aku masuk ke dalam kamar kamu?" Tanyanya tanpa disaring dulu.
"Siapa yang mau mengajak kamu ke kamar aku, lagian aku tidur dengan temanku di kamar tidak mungkin mengajak seorang pria masuk ke sana.
"Ya sudah mulai besok aku akan pindahkan kamar kamu di tempat lain dan kamu tidur sendiri di sana jadi aku tidak akan susah jika bertemu dengan kamu," ucap Harajuna tanpa melihat ke arah Arana yang melongo mendengar apa yang barusan pria vampire itu ucapkan.
"Enak saja main pindah kamar orang! memangnya kamu pemilik tempat itu? lagian apa tadi kamu bilang? dengan begitu kamu tidak akan susah bertemu denganku di kamarku?" Muka Arana terlihat tidak percaya pada apa yang diucapkan Harajuna benar-benar tidak ada filternya.
"Hal itu mudah aku lakukan, Ara!" jawabnya santai.
"Jangan panggil aku Ara! orang yang memanggilku Ara hanya orang-orang yang dekat denganku." Bibir Arana ngedumel pelan.
"Memangnya kita kurang dekat waktu itu? Apa kita ulangi lagi supaya kamu ingat sedekat apa kita." Harajuna tersenyum miring.
"Tuan Vampire jangan berpikiran yang tidak-tidak, Ya!" serunya kesal.
"Aku juga bodoh, kenapa mau saja kamu suruh datang ke dalam kamar kamu dan sekarang malah mengikuti kamu," lanjut gerutunya.
"Karena kamu memang sebenarnya menginginkan dekat denganku Arana!"
"Siapa yang mau dekat denganmu? tau begitu ambil saja ponselku, aku tidak peduli." Arana melipat tangannya ke depan dengan wajah ditekuk.
Harajuna hanya tersenyum kecil dia memutar mobilnya waktu melewati jalan tikungan dan akhirnya dia sampai di suatu tempat. Harajuna memarkirkan mobilnya di sana dan dia turun dari mobil, Harajuna berjalan mengitari mobilnya dan membukakan pintu untuk Arana.
"Kita sudah sampai, Arana! ayo keluar." Tangan Harajuna mengulur bermaksud membantu Arana keluar. Arana hanya melihat uluran tangan Harajuna tanpa melepaskan lipatan tangannya.
"Ayo! katanya mau makan?"
"Aku tidak mau, aku mau pulang saja!" Arana membuang mukanya tidak mau melihat Harajuna.
Harajuna langsung membungkuk dan membuka sabuk pengaman Arana dan menggendong Arana ala bridal style. "Tuan Vampire kamu mau apa?" Arana berusaha berontak, tapi Harajuna tidak mudah di kalahkan. Dengan satu tendangan pintu mobil itu bisa ditutup dan dia membawa tubuh Arana masuk ke dalam rumah makan yang sederhana dengan suasana yang ternyata cukup ramai karena ada live musik dari pemusik jalanan.
"Juna, tolong turunkan aku! aku malu di lihat orang-orang di sini." Arana mendekatkan mulutnya berbisik pada telingan Harajuna.
"Biarkan saja! mereka pasti mengira kita pengantin baru yang sedang romantis-romantisnya."
Lagi-lagi pria tampan itu berbuat dan berkata semaunya tanpa difilter dulu, Arana yang merasa malu malah mengeratkan pelukannya pada leher Harajuna, dan dia ingin sekali menyembunyikan wajahnya pada dada Harajuna.
Harajuna berjalan dengan santai saat mata orang-orang di sana memperhatikan dirinya yang menggendong Arana. Harajuna sampai pada bangku yang berisi 4 orang yang masih kosong, dia meletakkan Arana di sana.
Arana duduk dengan wajah yang bersemu merah, dia benar-benar malu karena dia tau orang-orang dari tadi melihatnya. Bahkan saat Arana sudah tidak di gendongan Harajuna orang-orang itu masih terlihat saling berbisik satu sama lain, Ada pula yang tersenyum pada Arana.
"Kamu mau pesan apa?" Harajuna yang malah tidak memperdulikan orang-orang yang dari tadi memperhatikan mereka, malah sibuk dengan list menu di tangannya.
"Kita pulang saja, Tuan Vampire. Aku tidak jadi lapar." Bisik Arana.
"Kamu belum mencoba makanan di sini, kalau begitu biar aku pesankan, Ya?" lagi-lagi Harajuna tidak menghiraukan ucapan Arana. Tangan Harajuna terangkat satu memanggil salah satu pelayan laki-laki di sana.
Seorang pelayan yang usianya seumuran Arana berdiri di depan mereka sambil membawa buku note kecil untuk mencatat pesan.
"Malam, Mas! mau pesan apa?" tanyanya ramah.
"Emm ... nasi goreng spesial dua ditambah telur ceplok yang matang ya, lalu minumannya dua gelas jeruk manis hangat. Itu saja."
"Baik! sebentar di tunggu ya pesanannya." Laki-laki itu berjalan pergi.
Arana mengerutkan kedua alisnya mendengar apa yang barusan Harajuna pesan. Kenapa seolah-olah pria yang ada di depannya ini tau keinginanya.
Arana memang sangat menyukai nasi goreng dengan telur ceplok matang, dan jeruk hangat sangat cocok apalagi di udara dingin begini.
"Bagaimana menurut kamu tempat ini, Ara?" tanya Harajuna seketika.
"Jangan panggil aku, Ara." Arana melotot pada Harajuna.
"Ara. Kamu milikku." Harajuna mendekatkan wajahnya pada Arana. "Apa kamu ingin aku mengecupmu di sini? agar kamu sadar jika kamu dan aku sudah sangat dekat.
Arana dengan cepat menarik wajahnya menjauh dari Harajuna. "Kita makan saja, lalu kita pulang dari sini." Arana memalingkan mukanya dari Harajuna karena takut jika pria itu nantinya akan benar-benar menciumnya di sana.
Tidak lama pesanan mereka datang, Harajuna mengambilkan sendok dan garpu yang sudah disediakan di sana, Harajuna dengan cekatan mengelap sendok dan garpu itu dengan tisu dan kemudian dia memberikan pada Arana. Arana yang melihat itu merasa bahwa pria di depannya ini benar-benar pria yang berbeda walaupun menyebalkan.
"Cobalah! makanan di sini enak! aku baru ingat jika di kota ini ada tempat makan yang buka dari jam 9 malam sampai pagi."
"Kamu sering makan di sini?" tanya Arana disela-sela makannya.
"Dulu waktu kecil aku pernah diajak kakekku ke sini, ternyata tempat ini masih bertahan dan masih banyak pengunjungnya. Sepertinya anak dari pemilik rumah makan ini bisa meneruskan usaha orang tuanya.
"Aku masih ingat dulu ada sepasang suami istri yang sudah tua bersama anak laki-lakinya dengan ramah menyambut para pengunjung tempat makan ini, aku dan kakekku sampai berkenalan dengan mereka karena sering makan di tempat ini.
"Tempat ini sebenarnya sangat nyaman apalagi mereka mengajak seniman musik jalanan mengisi acara musik di sini." Arana mengedarkan pandangannya melihat suasana di sana.
Wow ... kayaknya mereka bakal damai nich! jangan lupa baca terus ya dan simpan di rak kalian, terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Elly Az
next aj
2021-06-01
1
Yuccasano Widiatanti
kok es jeruk manis hangat? typo kali ya authornya
2021-02-24
3
Vivi Agustina
es jeruk hangat tuh yg gmn yak
2021-02-09
1