Setelah berbicara dengan kakek Bisma, Harajuna turun ke bawah menemui Tommy yang ternyata sudah berada di sana dengan tangan yang menenteng goodie bag berisi pesanan Harajuna.
"Halo, Bos!" sapa Tommy dengan senyum anehnya.
"Apa itu pesananku, Tom?"
"Iya, Bos Ini pesanan kamu." Tommy menyerah goodie bag itu. "Bos, sebenarnya ponsel ini buat siapa? Lorena? tapi dia kan sudah punya ponsel malah lebih canggih dari ini." Alis mata Tommy berkerut.
Harajuna tidak menjawab hanya tersenyum miring. "Ayo kita pergi sekarang, Tom! tuan Smith pasti sudah menungguku." Harajuna berjalan dengan tegapnya membawa goodie bag itu mendahului Tommy.
"Huh ...! dasar bos aneh! kenapa sepertinya dia menyembunyikan sesuatu dari ku?" Tommy kemudia berlari mengejar Harajuna.
Tommy melajukan mobilnya menuju tempat di mana dia ada janji meeting dengan tuan Smith.
Di tempat lain. Arana masih memikirkan masalah ponselnya yang hilang itu. Dia bingung apakah harus menanyakan tentang ponselnya itu pada Harajuna atau dia pura-pura tidak peduli. "Kalau nanti aku pulang dan mama bertanya tentang ponsel aku, Bagaimana? aku bingung!" Arin menghentak-hentakkan kakinya berkali-kali ke tanah.
"Kamu kenapa, Ara?" ternyata Tia dari tadi memperhatikan Arana yang sedang melamun sesuatu.
"Oh ...! tidak apa-apa, Tia." Arana nyengir.
"Arana, tadi sebenarnya ada apa, Sih? itu soal Bruno dan laki-laki tampan yang aku ceritaka. sama kamu waktu itu."
"A-aku tidak tau, Tia! lagian aku tidak mengenalnya." Arana berbohong.
"Oh ...!" Tia masih melihat Arana curiga. "Kami yakin tidak mengenal dia? tapi tadi kok sepertinya dia ada masalah sama Bruno?"
"Aku gak tau, Tia! lagian mungkin saja dia punya masalah pribadi sama Bruno. Kamu tau kan, Bruno itu cowok seperti apa? mungkin dia merebut pacar pria itu dan mau menyelesaikan dengan Bruno," Aranalah yang di maksud cewek yang membuat Si vampire--Harajuna dan Bruno terlibat masalah.
"Bruno itu sebenarnya sangat menyukai kamu, Ra! apa kamu tidak tertarik dengannya?" Tia bertanya pada Arana yang sibuk menulis sesuatu di bukunya.
Arana menghentikan kegiatan dan melihat dengan tatapan tidak percayanya pada Tia yang duduk di sampingnya. "Kamu itu tau kan, Tia. Siapa Bruno?" Arin sampai menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.
"Iya tau, Ara! Tapi siapa tau jika dia bersama dengan orang yang disukai dia bisa berubah."
"Berubah apanya? dia saja sikapnya kurang aja begitu, lagian aku gak suka sama dia, kan kamu tau sendiri aku sudah punya kekasih yang sangat aku cintai yaitu Fabio. Dia akan datang dan melamar aku, Tia!" saat mengatakan itu entah kenapa malah terlintas wajah si vampire itu bukan hanya wajahnya kejadian malam itupun terlintas dipikiran Arana.
"Argh ...! kenapa jadi teringat hal itu." teriaknya.
"Ara!" Tia seketika memegang tangan Arana dan memberi isyarat pada Arana jika dia menjadi pusat perhatian karena teriakan frustasinya.
Arana tersenyum aneh dia malu karena sikap refleknya yang berlebihan. "Maaf ya."
Arana dan teman-temannya itu sedang berada di balai observasi untuk mengerjakan tugas study tournya. Beberapa menit mereka di sana akhrinya tugas mereka selesai dan teman-teman Arana termasuk Arana kembali ke hotel di mana mereka menginap. Setelah mandi dan berganti baju mereka bersiap-siap makan malam di restoran bawah, pihak hotel juga sudah menyiapkan semuanya.
"Sayang, besok sebelum kita kembali apa kamu mau menemaniku jalan-jalan di sini?" tanya seorang wanita yang sedang dinner makan malam bersama Harajuna.
"Aku sibuk, Lorena! bahkan besok bisa seharian aku di luar," jawab Harajuna singkat sambil memotong daging stik di atas piringnya.
"Ayolah, Juna! kamu kan seorang CEO kenapa kamu begitu sibuk menyelesaikan sendiri tugas kamu, kamu bisa meminta tolong Tommye mengurus semuanya."
"Tapi aku juga harus profesional dan bertanggung jawab dengan tugas ku, Lorena." Tangan Harajuna masih sibuk makan bistik kesukaannya.
"Ck ...! mungkin sebaiknya pernikahan kita di percepat, Juna! supaya waktu kita lebih banyak. Apa kamu setuju?" tangan putih nan mulus itu mengusap rahang tegas Harajuna.
Ting ...
Harajuna meletakkan dengan agak sedikit keras pisau yang di pegangnya sehingga terdengar bunyi denting karena pisau itu membentur piring kaca yang tebal.
"Aku belum memutuskan hari pernikahan kita, Lorena! jadi jangan mengambil keputusan sendiri." Sorot mata Harajuna menatap tajam.
"Aku ingin mempercepat pernikahan kita karena aku merasa kamu ingin mengulur-ulur pernikahan ini! keluarga kita sudah saling mengenal, apalagi kakek Bisma sudah sangat menyukaiku dan berharap aku menjadi cucu menantunya."
"Ck ...! itu keputusan mereka, Lorena! bukan keputusan aku, dan waktu itu menerima pertunangan dengan kamu karena aku tidak bisa membawa calon istri untukku." Rahang Harajuna mengeras mengingat kejadian waktu dulu di mana dia seharusnya membawa gadis yang dicintainya di acara pertemuan keluarga. Namun, hal itu tidak pernah terjadi lantaran suatu kejadian yang ingin Harajuna lupakan.
"Aku tidak mau membahas ini lagi, Lorena! yang jelas jangan mengambil keputusan tanpa sepengetahuanku." Harajuna berdiri dari tempat duduknya dan berjalan dengan tegapnya menuju lift karena dia ingin kembali ke kamarnya.
"Juna, kita belum selesai berbicara." Teriak Lorena. Namun, lagi-lagi tidak dipedulikan oleh Harajuna yang tetap melangkah pergi.
"Cih ...!" seru Lorena kesal dia sampai melempar serbet makannya.
***
Berberapa menit kemudian, seorang wanita berdiri dengan gugupnya di depan pintu kamar seseorang. Tangannya saling bertaut cemas, berkali-kali dia menggigit bibir bagian bawahnya guna mengurangi sedikit kecemasannya.
Tok ...
Tok ...
Dia akhirnya memberanikan diri mengetuk pintu kamar yang dari tadi dia pandangi.
Cklek ...
Pintu terbuka dan berdiri seorang pria dengan memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang tanpa penutup, hanya celana pendek berbahan babytery berwarna abu-abu melekat pada tubuhnya.
"Arana!" Kedua alis mata pria itu hampir bertau melihat siapa yang ada di depan pintu kamarnya.
"A-Aku--!" Belum sempat menyelesaikan perkataannya tangan Harajuna menarik pinggang Arana mendekat ke arahnya, tubuh Arana didekap oleh Harajuna dan dengan satu tendangan kaki Harajuna pintu kamar itu tertutup sempurna.
Waktu yang sangat tepat. Saat tubuh Arana di tarik Harajuna masuk ke dalam kamarnya di saat itu juga Tia sahabat Arana keluar dari kamar tempat dia dan Arana menginap.
"Arana mana, Sih?" dia celingukan melihat lorong kamar yang sepi. Arana tadi bilang mau naik menyusul Tia nanti, tapi Tia yang menunggu di dalam kamar dari tadi tidak ada tanda-tanda kedatangan Arana
Pukul sudah menujukkan jam 21.00 dan sekarang Arana berada di dalam kamar hotel bersama Harajuna. Pria itu menyudutkan Arana pada daun pintu, dan mata mereka saling menatap lekat. Sangat lekat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Elly Az
semangat thor
2021-06-01
1
Asri Ani
salah thor arana kok sebut arini itukn nm mmkny
2020-12-27
3